Tak pernah terfikir sedikitpun bahkan dalam setiap mimpinya bahwa Jeongwoo akan seperti ini menyiksanya lebih dari yang dia takuti. Haruto hanya tidak bisa menghentikan karena dia mengerti dengan pasti bahwa dia adalah dalang semua kesedihan ini, tapi haruskah Jeongwoo menyiksanya seperti ini, Haruto akan lebih menerima jika Jeongwoo menyiksanya dalam artian sesungguhnya memukul atau mencaci makinya itu lebih baik, tapi apa yang pemuda tan itu lakukan dia hanya membisukan dirinya dihadapan Haruto.
Menatap hampa pada keberadaan Haruto disisinya, seakan mengatakan " aku lelah melihatmu bisakah kau tidak menambah bebanku," tapi haruto toh tidak mungkin menyerahkan? Pengorbananya kepercayaanya akan Jeongwoo, hanya dia yang berusaha mempertahankan Jeongwoo saat semua orang menyerah termasuk keluarganya sendiri, Yoshi! Haruto hanya bisa mengatakan kata maaf hanya itu.
Hari ini Jeongwoo memohon pada haruto ingin sendiri dia sungguh lelah, keberadaan Haruto hanya membuatnya semakin tidak nyaman. Haruto menggangguk kecil, dengan berat hati dan kecupan hangat di dahi Jeongwoo. Haruto pergi meninggalkan Jeongwoo yang sama sekali tidak menatap kepergiannya. Lebih memilih menatap langit kelabu itu.
"Aku akan kembali dalam beberapa jam. Ada yang ingin kamu mau?." tanya Haruto sebelum benar benar melangkah pergi. Jeongwoo hanya diam tidak sama sekali berniat menjawab. Haruto kembali mengangguk paham.
"Aku pergi dulu, ya"
.
.
Jaehyuk menata makanan yang dia siapkan dari apartement. Namun respon Jeongwoo jauh berbeda dari yang dia harapkan nampak tidak minat dan terkesan menolak makanan itu. Padahal Jeongwoo paling suka masakanya.
"Kau berubah." Jeongwoo menatap jaehyuk malas.
"Terus?"
"Ada apa denganmu Jeongwoo?" balas Jaehyuk dengan mata merahnya.
"sudahlah kau membuatku bertambah pusing, aku ingin tidur jadi bisakah kau pergi." Jaehyuk menatap tidak percaya Jeongwoo.
"Park Jeongwoo kita belum selesai. Ada apa denganmu, jika kau memiliki masalah bagi denganku kita cari solusinya."
"Solusinya adalah kalian semua pergi dari hidupku. Agar aku tidak merasa bersalah setiap hari" balas Jeongwoo berusaha memejamkan matanya. Jaehyuk mengalah.
"Mungkin otakmu terbentur terlalu keras. Aku akan kembali nanti saat otakmu kembali normal." dengan kesal Jaehyuk menarik kasar tasnya dan pergi dari ruang inap Jeongwoo. Setelah Jaehyuk pergi, Jeongwoo memakan masakan Jaehyuk sambil berguman "maaf".
.
.
Waktu menunjukan pukul 00.43 saat Jeongwoo terjaga. Dan satu yang Jeongwoo sadari ada tangan kekar yang memeluknya dengan erat. Jeongwoo menatap wajah haruto dalam. Dia hafal detai wajah Haruto. Haruto tidak punya lingkar mata sehitam ini. Tidak juga pernah sepucat dan sekurus ini. Apa yang Haruto lakukan selama dia tertidur?.
Satu fakta yang Jeongwoo tau Haruto menderita karenanya. Jeongwoo benci Haruto yang bodoh, yang tidak menggunakan waktunya bersenang - senang. Jeongwoo menaruh harapan besar bahwa saat dirinya sadar, ia mendapati hidup haruto lebih baik dari saat masih bersamanya. Tapi apa yang dia dapati saat melihat Haruto dengan mata berkaca - kaca, keadaan yang jauh dari kata baik. Jeongwoo benci membuat Haruto tersiksa seperti itu.
"Hei bodoh kenapa kau tidak hidup dengan baik."guman Jeongwoo. Dan pelukan yang semakin erat yang menjadi balasan.
.
.
Setiap pagi Haruto selalu menunggu Jeongwoo bagun tidur lalu menyapanya. itu adalah hal favoritenya sejak lama. Dia selalu melakukan itu tampa bosan. Biasanya Haruto akan melihat senyum Jeongwoo di pagi hari. Membicarakan hal - hal yang membuat mereka tertawa bersama sampai lupa waktu untuk melakukan kegiatan penting lainnya seperti pergi kekantor atau pergi ke universitas. Tapi hampir dua minggu ini Jongin terlihat tidak senang dengan kehadiran Haruto dipagi hari yang menyambutnya dengan kata selamat pagi. Seperti saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Miss You
FanfictionApakah Jeongwoo mempertahankan Haruto dengan cara yang salah???