Kita akan selalu bersama, selamanya akan begitu.
Aku menyayangimu.
Jangan lupakan aku.
Jangan pergi.
Aku janji.
Semua orang itu datang.
Menarik semua bagaikan magnet.
Ini salahku.
Membuat semua berarti.
Sampai aku tidak mampu melupakannya.
Sampai aku kehilangan kewarasanku.
Tidak jujur pada sekitar.
Ini... salahku.
Sehingga aku selalu terjebak.
Sulit untuk keluar.
Kertas itu saksinya.
Bulpoin merah itu bentuk rasa.
Setelah semua itu benar-benar pergi.
Aku akan membawa segalanya.
Yang hilang namun membekas, menyisakan ruang.
Sampai mati.
Sampai dikehidupan selanjutnya jika aku beruntung.
Aku meminta kalian untuk kembali.
-------^----^------^----^-----------
Aku sangat bosan berada di sini.
Ditekan oleh semua ketakutan yang kekanak- kanakan.
"Hahaha.. ha..." tawa itu terhenti, tergantikan oleh dehaman yang membuat suasana menjadi kaku.
Tangannya terulur untuk meraih ponselnya yang tergeletak di lantai, kemudian tersenyum renyah. Sepasang mata memerhatikannya seolah menyetahui keadaan itu. Dia balas melihatnya sebari tersenyum geli.
"Huh? Dia?" Gadis itu menyipitkan matanya.
"Tentu." Dia merebahkan tubuhnya. Hah, jantungnya terus berdetak tak normal, namun ia menghela nafas panjang. Saat satu balasan berbunyi. Ia tersenyum samar lalu memerhatikan kedua sahabatnya.
"Tepat sasaran." Mereka tertawa untuk hal yang tidak diperlukan. Ini berharga.
Dia menghela nafasnya. Lalu melihat kearah jendela yang dipenuhi bulir-bulir bening. "Entahlah, saat ini aku merasa bahagia sekali, ada kalian, dia, hidup ku terasa sempurna. Apa selamanya akan seperti ini?"
Dia mengikat rambut panjang nya dengan ikatan yang tinggi. Lalu ikut merebahkan diri, matanya seolah mencari jawaban yang tepat untuk sebuah pertanyaan yang begitu berlawan.
"Kau percaya pada kata 'selamanya?' Menurutku, semua akan sama saja jika kita mampu mempertahankan sesuatu. Hanya saja yang berat itu ketika apa yang kau pertahankan ingin lepas darimu tanpa kau perintah."
Suaranya terdengar santai. Namun entah mengapa sensasi itu menjadi membekukan tubuh kedua orang dihadapannya. Jawaban itu serasa menakuti atau mengacam? Satu hal yang ia hindari muncul lalu bergentayangan di pikirannya yang tidak logis. Selamanya.
Tidak ada kata selamanya didunia ini, segalanya akan berakhir dan diganti dengan yang baru. Pemikiran kolot.
Jika jujur, Dia takut kehilangan, di seluruh hidupnya ia takut kehilangan. Sama saja seperti ada yang mengambil organ tubuhmu dan kau merasa hampa yang amat sangat.