16. Persiapan Pernikahan

7.3K 714 8
                                    


Hari ini adalah hari Minggu. Tak seperti biasanya Raina sudah bangun dan duduk di meja makan untuk sarapan pagi. Bunda bahkan menatap takjub ketika melihat keberadaan si bungsu yang sudah mandi dan berpakaian rapi. bukan Raina dalam pakaian tidur dan rambut berantakan serta jangan lupakan wajah bangun tidurnya.

Raina sedang menikmati roti dengan selai coklat miliknya dan tak memperdulikan tatapan mata takjub kedua orang tuanya. 2 minggu lagi dia akan menikah. Sudah seharusnya Raina mengubah beberapa sifat jelek yang dimilikinya. Bangun siang contohnya. Sejauh ini hanya itu kemalasan nyata Raina. Untuk soal memasak, Raina adalah ahlinya. Hanya saja situasi yang tidak memungkinkannya untuk memasak, membuat Raina jarang terjun ke dapur. Pekerjaannya sebagai guru tentu saja alasan terbesarnya.

Hari ini rencananya Raina akan pergi dengan Tyas. Menikmati hari-hari terakhir kebebasannya sebelum menikah. Mumpung status di KTP belum berubah menjadi kawin, Raina harus menikmati tiap waktunya.

Sebenarnya ini ide Tyas. Tyas bilang, semakin mendekati hari pernikahan semakin kacau juga perasaan. Bukan dalam artian menyesal sudah memutuskan menikah. Namun kacau karena ribetnya mengurus persiapan pernikahan. Dengan hangout setidaknya ancaman stress dapat diminimalisir. Dan tentu saja Raina menyutujuinya. Lagian siapa juga yang ingin terkena dampak stress? Raina kalau sudah stress biasanya timbangannya menurun drastis. Oh, jangan lupakan rambutnya yang bisa mendadak rontok. Astaga, membayangkannya saja sudah membuat Raina merinding.

Tujuan mereka adalah sebuah taman hiburan outdoor. Itu merupakan tempat yang strategis untuk melepaskan stress. Bermain wahan yang mengerikan dan kemudian berteriak hingga suara habis. Sangat amat menyenangkan hanya dengan membayangkannya.

Jadilah Raina kini mematut dirinya didepan cermin. Memperhatikan kaos lengan pendek berwarna putih yang melekat ditubuhnya. Merasa nyaman dengan apa yang dikenakannya, Raina menambahkan jaket bomber dengan warna army sebagai tambahannya. Rambutnya dikuncir kuda dan kemudian tak lupa topi berwarna hitam miliknya.

Tak perlu gaya yang berlebihan. Raina hanya butuh apa yang membuatnya nyaman. Toh dia hanya pergi bermain ke taman bermain, bukan sedang mengajar hingga harus repot-repot tampil cetar membahana.

"mau kemana, Rain?", tanya Ayah begitu mendapati si bungsu turun dari tangga dengan pakaian yang sudah rapi. ditambah gayanya yang santai membuat Ayah bertanya-tanya.

Dengan senyum merekah Raina mendekati sang ayah. Duduk di sofa ruang tengah lalu bergelayut manja dilengan pahlawannya itu. "Tyas ngajak jalan. Buat ngilangin stress before married katanya"

Apa lagi itu? Stress before married? Sepertinya ada lagi istilah baru yang dibuat Tyas dengan asal.

"kamu udah bilang belum dengan Bara? Mulai sekarang kamu udah harus ngebiasain buat ngasih tau Bara kemana kamu mau pergi"

Alis Raina berkerut. Tak suka dengan permintaan Ayah kali ini.

"Mas Bara belum jadi suami Rain, Ayah. Nggak perlu ngelapor juga kan? kalo pas nikah baru deh"

Kali ini Ayah terlihat gemas dengan jawaban putri satu-satunya itu, "iya, kamu bener. Tapi lebih baik kamu membiasakan diri mulai dari sekarang. Dicoba ajalah Rain. Cuma ngasih tau kamu mau pergi aja kok. Bukannya nyuruh kamu ngasih tau apa aja dosa kamu sama Bara"

"ih si Ayah malah bawa-bawa dosa segala.", sungut Raina lalu kemudian mengambil ponsel dalam tas selempang mininya.

Raina: Mas..

Raina menatap last seen milik Bara. Pria itu terakhir kali aktif di WA satu jam yang lalu. Minggu pagi begini biasanya pria itu akan sibuk berolah raga di gym maupun sekedar jogging di jalan kompleks. Tapi mengingat Bara tak ada mampir kerumahnya untuk mengajak Raina jogging, kemungkinan besar pria itu sedang berada di gym.

Just MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang