Sia menutup matanya, ia sangat mengantuk sampai tidak mendengarkan gurunya yang berceloteh nyaring di depan. Entahlah, tubuhnya tiba-tiba lemas tak bertenaga. Padahal pagi ini ia sarapan banyak.
"Usi itu siapa disampingmu? Masih pagi udah molor aja." Ujar guru tersebut dengan keras. Mendengar itu sontak Usi mengguncangkan tubuh Sia berharap ia bangun. Namun Sia hanya menggeliat dan masih saja terpejam. Usi semakin kasar mengguncangkan tubuh Sia dan akhirnya terbangun.
"Hm- eh? Iya?." Sia masih tak sadar jadi pusat perhatian di kelasnya. Guru Sia geram, ia segera menghampiri Sia kemudian menyuruhnya keluar karena tidak memperhatikan kelas. Mata Sia membola, ia tidak ingin meninggalkan kelas tapi bagaimana lagi, ini juga salahnya. Diluar, Sia bersandar pada tembok samping pintu.
"Ekhem"
Sia menoleh ke sumber suara dan menemukan seseorang yang tak asing baginya.
"Eh mas mas yang jual gayung kan?."
What? Mas mas?
"Aku seumuranmu tuh." Agak kesal.
"Eh kemarin nggak sempat kenalan, kamu keburu kabur. Kenalin aku Vito, X Ipa 2 dan Kelas kita tetanggaan."
"Aku Sia, salam kenal." Sia membalas jabatan Vito. Setelah itu keduanya terdiam, tidak tau mau bicara apa lagi.
Mata Sia semakin berat, ia menguap.
"Sejak kapan?." Vito buka suara.
"Apanya?"
"Kamu lelah? Ngantuk kan? Sejak kapan?." Tanya Vito lagi.
"Sejak masuk kelas." Sia kembali menguap.
Setelah mendengar jawaban Sia, Vito mendekatinya kemudian menepuk pundaknya.
"Jangan ganggu kakak ini ya, kasihan loh dia berat gendong kamu."
Sia merinding. Apa maksudnya? Bicara dengan siapa dia?. Lalu saat itu juga sia merasa energinya terisi kembali. Sia hanya bengong menatap Vito.
"Kenapa?." Vito mengangkat alisnya heran kenapa Sia menatapnya seperti itu.
"Bicara sama siapa tadi?."
"Bicara sendiri"
Apaan sih dikira aku bego apa batin Sia.
"Kamu bisa--"
"Apa?" Potong Vito sebelum Sia menyelesaikan kalimatnya. Sia yang kalimatnya dipotong seperti itu merasa kesal.
"Kamu bis--"
"Nggak." Dipotong lagi.
"Iya kamu--"
"Nggak." Dan lagi. "Kamu bisa diem nggak atau kusuruh 'dia' naik punggungmu lagi?."
Sia menggeleng cepat. Ancaman macam apa itu. Tapi Sia masih berpikir siapa 'dia' yang dimaksud. Makhluk seperti itu kah? Entahlah, Sia sangat merinding sekarang.
"Jangan melamun"
"Aku nggak melamun"
"Tadi melamun kan? Makannya dia nempel ke kamu"
"Eh? Iya tadi nggak sadar melamun"
Sia merasa suhu sekitarnya mendadak dingin. Ia mengusap tengkuknya yang merinding.
"Ettan mau kenalan tuh, kamu cantik katanya"
Lantas Sia langsung terbelalak. Ettan? Siapa lagi itu?. Sungguh Sia sangat takut sekarang.
"Dia dibelakangmu"
Tanpa pikir panjang, Sia langsung mendekat dan bersembunyi dibelakang Vito.
"Apasih? Jangan gitu dong, takut beneran nih." Sia memukul punggung Vito kencang, ia sangat takut sekarang.
"Hehe, nggak usah takut, Ettan baik kok"
Entah kenapa kalimat itu semakin menyeramkan bagi Sia. "Udah ah aku nggak mau kenalan, suruh dia pergi aja plis."
"Eh? Ettan jangan marah gitu dong . Kakak ini masih takut, nanti aja ya kalau dia sudah tenang Ettan ajak kenalan lagi."
Eh? Ma-rah?
Jantung Sia berdegup kencang karena takut. Sia menatap Vito panik.
"Takut ya?."
Iya bego pake nanya lagi
"Iya"
"Ahahahaha kamu percaya banget sih."
Eh?
"B-bohong?"
"Kalau iya gimana?"
"Jahat lah!"
"Kalau nggak gimana?"
"Serem lah!"
"Oke"
Sia menahan emosinya yang akan meluap. Vito mempermaikannya? Oh ayolah Sia terlalu naif.
Vito kembali masuk ke kelasnya saat seorang guru menyuruhnya. Sia terus memandangi Vito sampai benar-benar menghilang dari pandangannya.Dasar gila, bikin merinding saja.
"Sia hati-hati yaa, mereka mau kenalan tuh." Vito kembali menampakkan dirinya sambil melambai-lambaikan tangannya.
"Bohong, aku nggak akan percaya"
"Aku nggak bohong. Lagipula aku nggak akan bisa bohong"
"Kok bisa?"
"Kalau aku bohong, habislah aku diganggu habis-habisan sama si Ettan"
"Bohong lagi kaaan"
"Yaudah lain kali aku kasih lihat Ettan ke kamu deh." Vito masuk kembali kedalam.
Mampus mampus mampus
Kalau beneran gimana coba?
Sia kembali ke kelas saat bel istirahat berbunyi. Baru saja hendak masuk, seseorang menabrak pundaknya hingga Sia jatuh.
"Eh maaf ya"
"Apasih Usi main tabrak aja." Sia berdiri menatap sinis sahabatnya itu. "Ke kantin yuk, laper." ajak Usi yang dijawab gelengan dari Sia. " males, nggak laper"
"Nggak laper nggak laper. Mau lebih kurus lagi tuh badan?." Sia hanya memutar mata malas kemudian masuk dan duduk dikursinya.
Usi yang tertolak lantas meninggalkan Sia begitu saja. Bodoamat dia laper sekarang.
Baru beberapa menit duduk, Sia berdiri dan langsung berlari menyusul Usi.
Lagi lagi merinding. Pergi aja deh.
Kantin
Sia hanya menatap makhluk di depannya yang dengan rakusnya melahap 3 siomay sekaligus kedalam mulutnya.
"Katanya nggak laper?"
"Ha? Aku nggak denger"
"Katanya nggak laper, ngapain kesini?." Usi kembali memasukkan siomay kedalam mulutnya.
"Emang nggak laper kok, buktinya aku disini nggak beli apa-apa." Usi mengangguk paham.
Secara tak sadar, Sia kembali melamun. Mimpi yang ia alami pagi tadi terngiang kembali.
"Sia mau kemana? Kok aku ditinggalin sih?." Usi mengerucutkan bibirnya sambil terus mengunyah siomay.
"Vito!!"
TBC💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream
Teen FictionKisah gadis pembenci mimpi dan seorang indigo. Kumohon jangan tatap aku terlalu lama -Sia Aku tak bisa berbohong -Vito