RED 4

8 1 0
                                    

L for A

"Sekertaris Park, apa hari ini berlatih memanah juga? Aku bingung karena kau tidak memberitahuku kemarin malam, dan aku juga lupa menanyakannya padamu," Jhoan menghampiriku, berseragam latihan lengkap, aku lupa memberitahunya bahwa hari ini Daepyonim ingin mengadakan piknik.

"Ah, soal latihan hari ini.. Daepyonim membatalkannya,"

"Benarkah? Ada apa Sekertaris Park? Kenapa tiba-tiba dibatalkan?," Astaga, wajah bingungnya masih menjadi favoritku sampai saat ini, berbeda jika dia diluar sana, ganas.

"Kali ini piknik, Daepyonim memintaku piknik hari ini, bersama kita bertiga. Oh ya, tolong hubungi Kepala Jung, bilang padanya cepat datang, jangan sampai terlambat lagi, aku menemui Daepyonim dulu." Aku melangkahkan kakiku menuju tangga, menemui Daepyonim yang berada di lantai dua, mungkin ada yang dia inginkan untuk piknik hari ini kan?

Tok tok tok

"Masuklah," aku membuka pintunya, melihatnya sudah rapi dengan pakaian kesukaannya, kemeja hitam, dan celana hitam tentunya. Hitam, warna kesukaannya.

"Umm, apa ada yang ingin kau makan selain apel untuk piknik nanti, Nona muda?"

"Bawakan aku yang seperti biasanya saja, kalian pergilah terlebih dahulu, beli makanan kesukaan kalian sebanyak yang kalian inginkan. Aku ada kunjungan sebentar." Kunjungan? Kemana?

"Mau kutemani Nona muda?"

"Tidak perlu, aku pergi sendiri," kulihat dia memakai sepatu putihnya, bersiap-siap untuk pergi.

"Tapi aku-"

"Tidak apa-apa, aku tidak akan lama, tunggulah disana, nikmati waktu kalian bertiga dulu tanpaku." dia tersenyum sebelum melangkah pergi melewatiku, tidak lupa aku menundukkan kepalaku, sebagai tanda hormatku kepadanya.


····

Apple.

Ruangan ini sangat bersih, aroma mint yang menenangkan membuatku selalu ingin melepas lelahku disini, tapi tidak kali ini, aku bukanlah gadis kecil lagi, tidak ada kata 'ketenangan' sekarang.

"Nona muda, maaf membuatmu menunggu," pria ini baru datang, dia terlambat 2 menit. Orang bilang dia adalah yang terbaik, tapi tetap saja 2 menit bukanlah hal yang remeh untukku.

"Terlambat 2 menit, tidak terlalu masalah bagi orang lain, tapi tidak untukku. Kau tau itu kan Komisaris?" kulihat wajahnya yang tegang membuatku tertawa, kegiatan yang sangat jarang aku lakukan, tertawa.

"Duduklah ditempatmu, kau sudah menjadi Komisaris Besar disini cukup lama, aku bukan apa-apa," aku menyuruhnya untuk duduk, jika tidak, dia akan setia berdiri disana berjam-jam lamanya, diusianya yang menginjak 60 tahun bukanlah hal mudah bukan?

"Nona muda, jangan seperti itu, kau berbeda denganku."

"Tidak Paman Cha, sama saja, manusia kan?" aku tersenyum padanya, mengingat dialah yang sering mengawasiku sejak Paman Lee terbaring koma dirumah sakit sampai sekarang. Sama seperti Paman Lee, aku menganggapnya sebagai Pamanku sendiri.

"Tapi kau keturunan ter-,"

"Paman, jangan membahasnya sekarang, aku sudah tau tentang hal itu 10 tahun yang lalu," orang lain selalu melihatku seperti itu, menganggap diriku adalah orang yang sangat jauh diatas, aku tidak menyukainya. Sangat.

Paman Cha terdiam, maaf tapi aku memang tak ingin membahasnya sekarang.

"Apa dia baik-baik saja? Kudengar dia populer dikalangan kepolisian Gwangju."

RED ONE : A, HandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang