Sebuah Pengakuan

24 2 0
                                    

©kyunieechan

.

.

.

Dia. Senyuman yang selalu menghiasi hari-hariku. Aku menyukai semua yang ada pada dirinya. Saat membuatku tertawa. Saat ia menggenggam tanganku dengan lembut. Aku menyukai semuanya. Bagaimana cara ia menjagaku. Aku menyukainya.

Dia. Sahabatku.

Entah sejak kapan perasaan ini muncul. Perasaan yang selalu bertambah setiap harinya, tanpa ada yang bisa mencegah atau mengurangi.

Dia yang selalu ada kapanpun aku membutuhkannya. dia yang kuanggap lebih dari sekedar teman.

Dia. Cinta pertamaku.

'hai. Kau tetangga baru ya?'

'ya. Kami dari Nowon. Salam kenal. Dan semoga kita bisa berteman baik.'

'oh ya, namamu siapa?'

'perkenalkan, Kyuhyun. Kau?'

'Seo Joohyun. Biasanya teman-teman memanggilku Seohyun atau Hyun.'

'aku akan memanggilmu Joo.'

Pertemuan pertama kami dua belas tahun yang lalu. Saat pertama kalinya dia menyebut namaku dengan panggilan manisnya. Semua terasa berbeda.

Dia.

-o0o-

Seoul 2010

Gadis kecil itu menatap sebal ke arah dua teman laki-lakinya.

"sudah kukatakan, jangan pernah kemari hanya untuk sarapan. Kau tahu? Ibu harus memasak banyak setiap pagi hanya untuk memberi kalian makan. Dan aku bertaruh. Kalian pasti sudah makan dirumah kan?" Gadis itu mendudukkan dirinya di salah satu kursi dengan sedikit kesal.

"Hyun tidak boleh seperti itu. Mereka anak Ibu juga. Minho harus banyak makan ya, sebentar lagi akan ada pertandingan kan? Changmin juga harus makan yang banyak. Ini hari pertama kalian masuk sekolah kan?"

"anak ibu hanya Hyun. Dan lagi, Hyun tidak ingin memiliki oppa seperti mereka. Tukang makan dan tukang tidur. Apa hebatnya?" kemudian menyendokkan satu sendok penuh nasi ke dalam mulutnya.

"ya! Asal kau tahu saja, aku sudah sering memenangkan olimpiade renang. Dan seharusnya kau bangga mempunyai oppa seperti ku." Salah satu sahabatnya yang bernama Minho bersungut dengan mulut penuh dengan makanan.

"euuhh. Hentikan! Telan dulu baru bicara. Dasar jorok."

Changmin dan Minho, sahabat kecil Seohyun. Mereka kecil dan besar bersama di kota kelahiran mereka. Mereka juga selalu satu sekolah sejak di sekolah dasar. Jarak rumah yang berdekatan membuat persahabatan mereka semakin kental. Bahkan sudah seperti saudara sendiri.

"cha. Kalian harus segera berangkat. Belajar yang rajin dan jangan membuat keributan, arrachi?"

"ne."

"oh ya. Ajaklah Kyuhyun untuk berangkat bersama ibunya bilang dia satu sekolah dengan kalian."

"Kyuhyun? Siapa itu?" Minho membeo.

"tetangga baru kita, mereka baru datang kemarin." Changmin dan Minho mengangguk pelan.

Ketiganya berjalan beriringan. Sudah menjadi rutinitas mereka untuk berangkat bersama.

"kau sudah lihat orangnya Hyun? Seperti apa dia?" Changmin bertanya.

"iya seperti apa dia? Tidak lebih tampan dariku kan?" Seohyun memutar matanya jengah. Dia tidak habis fikir dengan kadar kepercayaan diri seorang Choi Minho. Selalu memuji dirinya sendiri tampan.

Sebuah PengakuanWhere stories live. Discover now