-PROLOG-

23 2 3
                                    


Sebuah kertas mendarat di atas meja Areta dengan gerakan slow motion. Gadis itu mendongak, mendapati wajah tampan yang sedang menatapnya dengan tatapan teduh. Kedua alisnya tebal, membingkai indah netra hitam legamnya. Areta mengerutkan dahinya sambil meremas kertas itu—hingga membentuk sebuah gumpalan bola.

"Jangan dibuang."ujarnya ketika Areta hendak berdiri—berniat membuang pemberiannya. "Dibaca. Aku udah capek-capek bikinnya."

Areta mendengus malas. "Aku nggak minta."balas gadis itu cepat. "Devano, minggir!"

Devano menggembangkan senyum manisnya. "Tapi aku buatnya tulus." Areta  meneguk air liurnya sambil tersenyum paksa. "Makasih." Devano tersenyum lagi. "Sama-sama cantik."

"Nama aku Areta, bukan cantik."peringat Areta. Devano terdiam sejenak sebelum berbisik di telinga gadis itu, "Kalau enggak cantik, cinta aja gimana?"

"Dev!"peringat Areta. Devano tersenyum simpul sambil mengelus pipi gadis itu yang merona. "Jangan jauh-jauh dari aku."

"Dev, nanti banyak yang lihat!"

Devano tersenyum namun kedua matanya menatap penuh arti. "Nggak masalah. Kamu pacar aku, aku pacar kamu."

"Kita baru kenal."ujar Areta lirih.

"Ya udah. Mulai sekarang, kamu pacar aku!"

"Tapi, Dev—ha?"ucapan Areta tertahan di tenggorokan ketika Devano dengan santai melingkarkan tangannya di bahu gadis itu lalu memeluknya. "Aku sayang sama kamu. Nggak akan pernah berubah, sejak sepuluh tahun yang lalu."

Areta menegang.

#tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

El MioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang