Dibawah plafon berwarna putih, dengan suhu kamar normal. Dia duduk di sebuah kursi berwarna biru yang dapat diputar di kamar. Memang tidak terlalu nyaman, seperti perasaannya saat ini.
Memegang pena sambil melamun, dan tidak tahu susunan huruf seperti apa yang akan memenuhi sebuah buku diary bersampul manis dihadapannya itu. Menatapnya sambil berpikir, bagaimana kelanjutan cerita di esok hari.
Di bulan November itu, biasanya orang-orang akan mengatakan kalau itu bulan yang penuh dengan tangisan dari langit. Hanya saja saat dia bertemu dengannya pertama kali, Matahari menyampaikan cahaya teriknya tanpa adanya lapisan berwarna abu-abu tua sedikitpun yang menghalangi.
Saat itu elevasi matahari sudah sekitar enam puluh derajat. Benar, saat itu senja. Sinarnya sudah bisa menembus jendela-jendela kelas sore itu. Anehnya, belum ada tanda-tanda langit akan berwarna jingga.
Pikirannya semakin kesana kemari. Membayangkan anehnya dirinya saat itu. Pertama kali bertemu dengan <dia yang bukan siapa-siapa>. Sebuah cerita unik dan menarik. Sebenarnya pandangan sebelumnya kepada <dia yang bukan siapa-siapa> biasa saja, tidak ada yang istimewa. Seperti manusia pada umumnya. Lama kemudian sebuah rasa istimewa untuknya tumbuh. Tapi sayangnya semua itu tidak bertahan lama. Setelah semua itu terjadi, menyisakan sebuah luka dan suasana menjadi berbeda.
Kemudian algoritma huruf mulai tertulis memenuhi kertas itu. Sebuah cerita, tapi akan lebih dramatis jika disebut kenangan. 27 November 2018, sebuah kenangan air yang jatuh.
Saat itu aku tidak mengerti kenapa aku bisa menangis. Mungkin itu karena ini terlalu sakit. Mungkin saja aku terlalu cengeng ya untuk seorang wanita. Air-air ini jatuh begitu saja saat aku sadari. Padahal aku hanya memikirkanmu.
Saat itu hujan turun dengan deras. Kamu pernah bilang kan kalau kamu tak suka hujan. Kita benar-benar berbeda ya. Aku sangat suka hujan, aku hujan-hujanan waktu itu. Walau itu mengukir kenangan, setidaknya aku melakukan hal yang aku suka tanpa tekanan apapun. Benar, saat itu aku merasa bahagia dan sedih sekaligus.
Kenangan tentang hujan
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepada.Manusia
RandomTak ada yang tetap, seperti halnya hidup. Hanya sebuah pemikiran kecil, kemudian menjadi aksara. Ini adalah antologi cerita dari manusia, kepada manusia, untuk mengenal manusia.