Part 1

19 3 0
                                    


Matahari mulai tenggelam di ufuk barat. keramaian di terminal ,para kondektur yang  berteriak mencari penumpang, beberapa bus dan angkutan umum yang siap mengantar para penumpang ke tujuan masing-masing , ada yang datang ada juga yang pergi,  ada yang sibuk ada juga yang santai menikmati sore ini, ada yang bersedih ada juga yang bergembira, ya! dunia ini sangat lucu semuanya saling melengkapi.

Rindu! mungkin kata itu yang pantas untuk menggambarkan perasaan gadis itu,  gadis yang berumur 18 tahun ini duduk terdiam dengan tatapan lurus kedepan entah kenapa memori itu terlintas di pikiranya yang membuat gadis itu menahan kerinduan dan juga kecewa dia tidak tahu harus bagaimana kedepannya dia tidak pernah menyesali takdir Tuhan karena ia percaya Tuhan tidak akan memberi ujian melebihi batas kemampuan , dia percaya akan indah pada masanya,

dia terdiam cukup lama sampai akhirnya pertahanan ia pun runtuh dia menangis dalam diam merasakan sesak di dadanya, dia meringkuk tubuh kecilnya dan menenggelamkan wajahnya.membiarkan air matanya terus mengalir.

Hari mulai petang dan perlahan matahari sudah tak nampak lagi, berganti dengan langit yang dihiasi bintang-bintang dan bulan Gadis itu masih menangis dan tiba-tiba seseorang menyentuh lembut pundak gadis itu "hai kak? kenapa bersedih?"
"oh hai, aku tak apa-apa, hanya sakit mata saja" kata gadis itu berbohong, sambil mengusap-usap matanya
" Tuhan akan marah kalau kakak bersedih dan juga berbohong"
gadis itu tersenyum "sungguh aku tidak apa-apa"
"aku tasya angelia, panggil aku tasya nama kaka siapa?" sambil mengulurkan tangan
"Namaku Putri Rara shakira, panggil Rara saja" tasya pun tersenyum.
"Kaka sering duduk sendiri disini?" Tanya Tasya
"Ya" jawab Rara
"Boleh tidak kalau sekarang dan seterusnya aku menemani kaka duduk disini? Tanya Tasya

Rara bingung harus jawab apa pasalnya mereka berdua baru kenal beberapa menit akhirnya Rara menjawab "eummm ya tentu saja, kita kan teman"

"Terimakasih ka Rara" Tasya senang dengan jawaban Raraa

keadaan hening hanya suara kendaraan dan teriakan orang yang mereka dengar, malam ini sangat indah bintang yang berkelap kelip dan indahnya bulan sabit tetapi di gedung ini mereka berdua hanya terdiam tidak ada yang membuka mulut, mereka berdua sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Rara kemudian menatap tasya yang sedang duduk termenung Rara tersenyum melihat Tasya, dia gadis kecil sekitar Umur 15 tahun gadis yang sangat manis dan cantik, rambut yang terurai namun dia melihat sorot matanya seakan-akan memendam banyak luka dihatinya, tak sengaja Rara melihat lengan Tasya yang bengkak membiru.

 "Tasya? ada apa dengan lengan mu?" kata Rara mencoba menyentuhnya namun tasya segera menghindar.
Tasya melihat lengannya sendiri dan tersenyum getir "ini tak apa kak, hanya jatuh kesandung kemaren saat bermain"
" Kamu tau Tasya Tuhan akan marah kalau kamu berbohong" Rara menatap curiga ke tasya
Tasya hanya tersenyum
"ikut aku sekarang" Kata Rara sambil menyeret tangan Tasya

Tasya hanya berdiam entah mau dibawa kemana oleh Rara toh Tasya pun tidak berpikiran kalau Rara akan mencelakainya, untungnya gedung tua ini hanya 3 lantai jadi tidak terlalu lelah untuk menuruninnya, gedung tua itu dekat dengan terminal kota, begitu mereka turun keramiaan semakin jelas orang-orang berteriak-teriak, para pedagang keliling berteriak menawarkan daganganya, suara kendaraan dimana-mana. di tambah dengan suara klakson yang tidak henti-henti
 
akhirnya mereka sampai di warung kecil, Rara langsung memesan 2 es teh manis dan juga es batu, ketika pesanan mereka sampai Rara langsung mengompres lengan Tasya, Tasya terkejut dengan tindakan Rara yang tiba-tiba tanpa ijin ke tasya namun detik kemudian Tasya membiarkan Rara melakukannya, dia pun meminum Es teh manis yang tadi di pesan

"aku tahu ini bukan luka jatuhkan? ini habis dipukul,iya kan!" cecar Rara sambil mengompres lengan Tasya
Tasya hanya terdiam karna yang dikatakan Rara benar
"kenapa tidak segera di obatin ini bisa bahaya kalau dibiarin begitu saja?" omel Rara
"percuma kak, nanti juga kayak gini lagi" Kata Tasya
Rara mengernyitkan dahinya " apakah ini perbuatan Orang tua mu?"
Tasya mengangguk dan meneteskan air matanya . Rara tahu hal ini karena lingkungan Rara tidak jauh dari hal kekerasan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ke(Rindu)anTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang