Chapter 2 - Flashback

117 18 5
                                    

1 tahun yang lalu..

Musim hujan menjadi musim yang sangat di benci Soonyoung untuk berpergian. Hujan benar-benar tidak ingin berhenti dan masih setia jatuh dengan derasnya.

Soonyoung benci untuk berpergian di musim hujan, namun Soonyoung juga sangat benci tetap berada di rumahnya saat ini.

Suara bentakan dan barang-barang yang di banting sangat mengganggunya. Soonyoung lelah mendengar ayah dan ibunya yang selalu bertengkar ketika mereka bertemu.

Ayahnya selalu pergi tengah malam untuk judi dan akan pulang pagi dalam keadaan mabuk. Ibunya hanya berjualan tteokboki, dan ayahnya seorang supir taksi.

Setiap akan berangkat judi, ayahnya akan memukul dan menyiksa ibunya agar mau memberinya uang untuk judi.

Terhitung sudah setahun dari sekarang, Soonyoung bersama ayah dan ibunya tinggal di sebuah rusun kecil sejak perusahaan besar milik ayahnya bangkrut. Semua properti di sita akibat pajak yang tidak bisa di bayar selama kurang lebih 4 bulan.

Dan sekarang, Soonyoung memang harus merasakan bagaimana hidup sederhana dengan keluarga yang sudah tidak seharmonis dulu.

TOK..TOK..TOK

Soonyoung langsung terkesiap ketika ada yang mengetuk pintu kamarnya pelan.

“Soonyoung, ini ayah.” Ucap ayah Soonyoung lembut dan langsung membuka pintu kamar Soonyoung dengan pelan.

Soonyoung melihat ayahnya sangat lusuh. Rambutnya yang acak-acakan dan bajunya yang penuh dengan darah.

Tunggu, darah?

“A-ada apa ayah?” tanya Soonyoung dengan gugup dan mencoba tetap tenang.

“Maafkan ayah Soonyoung, ayah benar-benar minta maaf,” ucap ayah Soonyoung berlutut dan menangis.

Soonyoung bingung dan rasa ketakutan langsung menghampiri ketika Soonyoung tau tangan ayahnya tidak kosong. Sebuah botol pecah berada di tangan kanan ayahnya. Digenggam dengan erat hingga..

“Uhuk..uhuk..” mulut ayah Soonyoung mengeluarkan darah. Soonyoung reflek mendekati ayahnya yang tiba-tiba terkulai lemas. Soonyoung memangku kepala ayahnya. Mengambil botol kaca yang sudah pecah di tangan ayahnya dan melemparnya menjauh.

“Ada apa ayah? Ayah sakit?” tanya Soonyoung sambil mengusapi mulut ayahnya yang penuh darah dengan lengan kemeja nude kesayangannya.

“I-ibumu Soonyoung,” ucap ayah Soonyoung sambil terus batuk darah.

“Ada apa dengan ibu ayah?” tanya Soonyoung dengan mata yang mulai berkaca-kaca melihat ayahnya yang terus batuk darah dan seperti kesakitan.

“M-maafkan ayah Soonyoung,” ucap ayah Soonyoung sekali lagi.

“Apa maksud ayaah..” Rengek Soonyoung dan air matanya perlahan jatuh melewati pipi chubby nya yang halus. Soonyoung semakin khawatir dengan keadaan ayahnya yang semakin memburuk.

“Be-berjanjilah agar ka-kau hidup dengan baik nanti ya Soonyoung. J-jaga dirimu agar tetap me-menjadi omega yang terhormat. Uhuk.. M-maafkan ayah dan ibumu yang selalu m-membuatmu takut. S-setelah ini tidak akan ada yang m-mengganggumu lagi Soonyoung,” ucap ayah Soonyoung dengan sedikit terbata akibat rasa sakit yang dia rasakan semakin parah.

Ayah Soonyoung tersenyum kecil dan itu hanya sebentar sebelum ayahnya benar-benar menumpukan beban tubuhnya ke Soonyoung.

Soonyoung tidak bodoh. Soonyoung segera memegang dada ayahnya. Isakan Soonyoung menggambarkan semuanya. Isakan itu terdengar sangat pilu setelah Soonyoung tahu, jantung ayahnya sudah berhenti bekerja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RETURN (SeokSoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang