Prolog

1.1K 45 5
                                    

Perkenalkan, nama gue Altharrazka Aarju Binara. Panggil saja Altharra, jangan panggil nama lain ataupun selain itu.

Kata orang-orang, gue orangnya keren. Cuma karena satu hal, gue kapten di tim sepak bola. Gue tetap menjalani hidup dengan normal sebelum bertemu gadis cantik yang seminggi yang lalu pindah di depan rumah gue. Namanya Aleeya. Dengar-dengar dia blasteran Indonesia-Inggris.

Tapi, sayangnya dia mempunyai sifat tertutup. Dipandang sedikit saja langsung mengarahkan ke arah lain. Dia berbeda dengan yang lain dan hal itulah yang membuat gue tertarik dalam sekali pandang.

Gue belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Demi Tuhan, gue belum pernah. Gue merasa kalau pacaran hanya membuang waktu saja. Dan waktu itu sangat berharga.

Butuh penyemangat? Ya, setiap orang memang butuh itu, tapi bukankah pacaran itu ditujukan bukan untuk hal tersebut? Bukankan itu semacam... pelampiasan? Atau hanya gue yang merasa seperti itu? Entahlah. Lupakan hal itu.

Gue duduk di rooftop rumah gue. Gue memanfaatkan rooftop itu menjadi tempat tongkrongan untuk gue dan teman-teman gue yang kadang berkunjung bahkan menginap.

Gue mengambil kursi, dan mengambil daging untuk dipanggang. Sengaja gue duduk menghadap ke arah rumah Aleeya, karena untuk hari ini gue belum memandangnya sama sekali.

"Ah! Kenapa lampunya dari tadi belum nyala?" tanya gue. Gue selalu memantau rumahnya, dan gue tidak bisa lepas dari itu akhir-akhir ini.

Gue meneguk segelas soda, yang rasanya benar-benar enak sambil memakan daging yang barusan dipanggang. Ini pukul sepuluh malam, kenapa masih belum ada tanda-tanda kehidupan di depan rumah itu?

Gue memutuskan untuk menunggu sepuluh menit lagi, biar tidur gue bisa tenang. Gue mematikan panggangan, dan beralih kepada ponsel dan berselancar di dalamnya.

Gue menemukan akun Aleeya di Instagram, tapi sengaja gue tidak follow. Diantara tujuh post, hanya ada satu postingan dengan wajah Aleeya. Gue memanfaatkan itu, gue screenshoot dan gue bikin wallpaper tentunya!

Cantik.

Lampu rumah Aleeya hidup, lalu gue menyimpan ponsel di dalam saku. Gue mencari dimana Aleeya berada. Meskipun cara ini merupakan salah karena mengintip orang lain, tapi tolong, rinduku tidak bisa dibiarkan begitu saja!

"Anjir enggak jelas!" kata gue, lalu pergi masuk ke rumah untuk mengambil teleskop.

"Bibi! Teleskop yang di meja dikemanain?" tanya gue kepada Bi Han, pembantu di rumah gue.

"Di lemari, Den! Bibi taruh situ!" balas Bi Han.

Gue langsung mengambil teleskop di lemari, dan berjalan menuju luar kembali. Gue memakai teleskop itu agar lebih jelas. "Yes, baby!"

Gue menyipitkan mata, ini tidak sesuai yang gue harapkan. Gue memperbesar ukuran dalam teleskop agar lebih dekat. "Kenapa?" tanya gue yang benar-benar tidak paham pada situasi ini.

Gue melihat, dimana perempuan berjilbab ditampar oleh seorang lelaki. Mereka adalah orang tua Aleeya. Gue mengenalnya. Sementara, Aleeya bersembunyi di belakang ibunya. Situasi macam apa ini?

Ayah Aleeya memarahi habis-habisan kepada istrinya, gue tidak mendengar apa perkataannya karena jauh, tetapi gue mengetahui ekspresi wajah Ayahnya.

Aleeya mengeratkan genggaman tangannya di baju besar milik Ibunya sambil menangis. Dan, dia melihat ke arah gue. Iya, gue!

Dia lalu menutup gorden jendelanya. Sebelum itu, dia menatap sendu gue. Entah perasaan apa ini, tapi gue ingin berlari dan memeluknya!

Untuk pertama dan terakhir kalinya, gue ingin mendekati dan berpacaran dengan gadis ini. Tidak perduli apapun perbedaan yang gue dan dia miliki. Jadilah milikku, Aleeya Freissy Seraphina.

Ineffable ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang