Angin pagi

31 5 4
                                    

"ABII.....BANGUN!!!!"
"Engh..." aku hanya melenguh ketika samar-samar mendengar suara ibu yang membangunkan tidurku dan mencari posisi nyaman untuk tidur kembali.
Brakk!!
"Masyaallah..Punya anak perawan kok nggak bisa bangun pagi...."
"Ih..Ibu Abi masih ngantuk"
"Halah, alasan saja kamu ini, mbok yo jangan malas-malas to ndok.. Makanya kalau disuruh tidur itu cepet tidur, baca novel mulu, ibu bawa ke rumah Mbah Doyon baru tau rasa kamu"

Sontak saja aku langsung terduduk ketika mendengar ibu menyebut nama Mbah Doyon, bagaimana tidak.. Mbah Doyon itu tukang rongsokan, ya kali novel-novel best seller ku harus berakhir di gudang rongsokan Mbah Doyon. Padahal untuk membelinya saja aku harus bersusah payah dengab membagi uang saku ku.

"Lah..Tau gini dari tadi ibu bilang begitu, nggak perlu capek-capek dari belakang ke depan sambil teriak-teriak bangunin kebo ini" kata ibu sambil melirikku jengah

"Ish..Iya iya ini bangun, lagian weekend juga" sahutku dengan malas karena tidurku terusik

"weekend-weekend apanya...kamu itu tiap hari sama aja, bangun kalau belum pukul enam lebih sepuluh belum mau bangun"

Oke dari pada ibu makin menjadi jadi ngusik hobi 'ngebo'ku, aku memilih bangun dan meninggalkan tempat tidurku ini. Bukan apa apa, namanya kamar sendiri tuh emang gitu ya, seberantakan apapun, serusuh apapun, tetep aja kalau di kamar tuh sensasinya beda. Serasa ingin berlama lama. Dan rasanya tuh tiap kali mau beranjak dari kasur, tuh kasur kaya melambai lambai dan menarik narik tubuh ini supaya nggak pergi.

Katakanlah ini terlalu lebay, tapi ya memang ini yang aku rasakan, hingga aku tak malu mengakui jika tidur adalah hobiku.

Setelah melihat aku benar benar berdiri dan membereskan tempat tidur, baru ibu mau beranjak dari kamarku. Dan aku memutuskan untuk menyapu rumah terlebih dahulu.

🌐🌐🌐

Helaan napas kesal keluar dari hidungku. Ingin hati berteriak dan marah marah pada angin ini. Tapi aku masih cukup waras untuk dikatakan orang gila yang mendumel pada angin. Yaa,,walaupun kalau sudah berkumpul dengan teman-teman bisa dikatakan status warasku memudar begitu saja. Menjadi Abi-semigila.

Sebenarnya ini salahku juga, dimintai untuk bangun lebih pagi sulitnya luarbiasa. Jadi ya wajar, disaat oranglain kembali ke aktivitas biasanya. Aku? Abi yang baru bangun tidur ini masih bersiap untuk menyapu halamannya.

"AAAAA.. IBU.....ANGINNYA NYEBELIN!!!" Teriakku dari luar rumah sambil melempar sapu lidi yang kupegang sejak 4 menit yang lalu.

Jengah. Iya, jengah. Dedaunan kering sudah ku kumpulkan menjadi satu, tapi hanya karena angin pagi itu semua bertebaran lagi. Berpencar. Rusuh kembali.

Benar benar menjengkelkan. Apa si angin tidak tahu bahwa aku sedang malas diajak berlarian kesana-kemari mengejar daun itu. Huft...Bukannya malas, hanya sedikit bosan karena sejak dulu hanya aku yang mengejar, dan 'dia' seakan menghindar. Eh..Kok jadi melantur ke situ.

Setelah memastikan angin tidak berhembus dengan gaduh dan memporak porandakan sampah yang ku kumpulkan ini, segera ku buang sampah itu di tempat pembuangan yang letaknya persis di samping rumah. Aku melakukan 'proses pemindahan sampah' ini sebanyak 3 kali bolakbalik dari halaman depan ke samping rumah, begitu seterusnya. Di saat ingin mengangkat sampah yang terakhir aku mendengar suara seseorang yang memanggil namaku
"El?" sapanya dengan suara beratnya dipagi itu.
"Eh, I-iya" sahutku dengan suara yang----aneh?
Astaga memalukan sekali.. Bagaimana bisa berpapasan dengan 'tokoh utama dalam ghibah yang terjadi antara aku dan Allah' dengan keadaanku yang masih acak acakan seperti ini. Bahkan aku belum mencuci wajahku. Masih khas muka bantal orang baru bangun tidur.
Oke Abi.. Satu hal yang terjadi lagi image mu sedikit rusak di hadapannya. Karena setelah dia dan sepedanya pergi ke arah selatan, alias menjauhi rumahku, bisa kulihat dari punggung tegapnya bahwa dia sedang terkikik menahan tawa yang akan menyembur dari bibirnya.
Astaga.. Ini menyebalkan.

Dan satu hal yang baru ku ingat. Sampah terakhir yang harusnya sudah kubawa ke samping rumah dan berkumpul dengan sampah lainnya untuk menanti dibakar sekarang sudah tersebar kembali. Iya..betantakan kembali. Ulah siapa lagi kalau bukan tiupan angin pagi.
"AAAAA..IBUU...."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

P e r d i d oTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang