Mereka menyebutnya 'teman'.
Ah, tidak, bahkan dengan berani mereka menggunakan diksi 'sahabat'. Itu, sebenarnya apa? Kurasa, tak layak disebut demikian jika hanya sepihak yang mengambil alih atensi. Katanya, jika seorang terluka, maka yang lain ikut merasa. Benarkah? Atau hanya kiasan belaka? Aku memiliki krisis mengenai itu. Kenangan kelam masa lalu yang masih menuntunku terkadang membutakanku. Mana yang benar untukku, mana yang palsu, semua masih abu-abu.