Prolog

1K 39 1
                                    

XX XX 1XXX

Kerumunan orang saling menyerang satu sama lain. Wajar saja, mereka sedang berperang. Perang yang didasari oleh perebutan wilayah. Dasar manusia, mereka tidak pernah puas.

Sebagian orang memilih untuk bersembunyi daripada ikut bertarung, contohnya para wanita dan anak-anak. Banyak di antara mereka yang memilih bersembunyi di gua atau lumbung padi. Termasuk anak perempuan yang berusia tak lebih dari 14 tahun itu.

Anak itu memutuskan untuk bersembunyi di hutan. Suasana hutan yang tenang juga membuatnya merasa nyaman dan jauh dari hiruk-pikuk peperangan. Anak itu hanya berjalan mengikuti langkah kaki yang membawanya sambil menyibak semak yang menghalangi jalannya.

Tanpa sengaja, ia melihat seekor ular raksasa. Ukuran ular itu bahkan melebihi ukuran pohon-pohon yang ada di sini. Anak itu segera mencari tempat bersembunyi agar ular itu tak melihatnya.

Anak itu memperhatikan ular itu. Rupanya ular itu sedang melahap mangsanya yang tak lain adalah seekor babi hutan. Rasa mual mulai dirasakan anak itu ketika si Ular memakan bulat-bulat babi hutan yang cukup besar itu.

Betapa terkejutnya anak itu begitu melihat perubahan wujud si ular. Ular raksasa yang awalnya berukuran puluhan meter itu kini berubah menjadi seorang pemuda.

Sudah jelas ini sihir, pikir anak itu.

Karena tidak mau si pemuda tahu bahwa ia baru saja memergokinya makan, anak itu hendak pergi dari tempat itu.

Trek!

Sayangnya anak itu menginjak ranting kering yang menimbulkan bunyi nyaring. Tubuhnya kaku seketika begitu melihat ular raksasa tadi tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Tidak sopan mengintip seseorang makan," Ujar si Ular.

Ular ini bisa bicara?! Anak itu terkejut bukan main.

"Jawab aku, apa yang kau lihat?" Tanya si Ular.

Anak itu hanya bisa menggelengkan kepalanya kuat-kuat, lidahnya kelu untuk berucap barang satu kata saja.

"Jangan berbohong! Apa yang kau lihat?!"

Kali ini anak itu tidak menjawab si Ular. Anak itu hanya menunduk dan berusaha untuk melawan rasa takutnya.

"Karena telah lancang melihatku makan secara diam-diam, maka akan ku kutuk kau untuk hidup selamanya!"

Langit tiba-tiba menggelap dan angin bertiup kencang. Anak itu terkejut dengan apa yang terjadi. Aku dikutuk?! Di kepalanya muncul banyak pertanyaan.

"Ku harap kau belajar banyak tentang tata krama, Anak Kecil,"

Perlahan, wujud ular itu mulai menghilang seiringan dengan angin kencang yang juga perlahan hilang. Anak itu mengedarkan pandangannya berusaha mencari sosok si Ular. Kalau ia benar-benar dikutuk, setidaknya dia harus tahu cara agar ia dapat menghilangkan kutukannya.

Mulai detik itu, ia akan hidup selamanya.

Rin, nama anak itu.

---------------
MONSTER
---------------

"Siapa namamu, Anak Manis?"

Cih, aku bosan dengan pertanyaan itu. Nama mana lagi yang harus ku sebutkan? Fey, Alice, Haru, Nana, Kia, Erisa dan masih banyak lagi nama yang aku dapatkan dari orang lain.

"Namaku Pio," Cicitku pelan. Orang itu mengusap kepalaku. Semua orang selalu begitu, di awal manis dan di akhir meninggalkanku serta menyebutku sebagai monster.

"Aku punya sepotong roti, kau mau?" Orang itu menyodorkan sepotong roti padaku. Tanpa menolak, aku menyambar roti itu dan langsung memakannya. Orang itu terkekeh pelan. Hei, dia mengejekku?

"Aku akan membawakanmu roti lagi besok. Tunggu aku ya!" Cih, kenapa pula aku harus menunggumu kalau pada akhirnya kau pergi meninggalkanku? Orang itu beranjak pergi dan tidak sengaja menjatuhkan sebilah pisau. Dan itu berhasil mengenai kakiku.

"Oh, tidak. Maafkan aku, Pio! Kau tidak apa-apa?" Sekarang kita lihat, apa kau masih ingin memberiku roti esok hari. Darah yang mengalir dari lukaku perlahan berkurang dan luka itu menutup kembali seolah tak ada luka sebelumnya.

Orang itu menutup mulutnya yang ternganga tidak percaya. "K-kau? Bagaimana bisa?!" Dia mulai menjerit. Aku tidak membalas perkataannya bahkan menatap matanya pun tidak. "Kau--kau monster!" Dia berlari terbirit-birit sambil berteriak bahwa aku adalah monster.

Namaku--ah maksudku nama asliku adalah Rin. Memiliki fisik berusia 14 tahun namun telah hidup selama 257 tahun karena sebuah kutukan. Dan aku sendiri tidak tahu cara untuk menghilangkan kutukan ini. Menyedihkan sekali aku ini.

Lagi pula kenapa aku harus mendapat kutukan seperti hanya karena mengintip seekor siluman ular yang sedang menyantap mangsanya. Aku tidak bisa mati bahkan jika pembuluh nadiku putus sekali pun. Aku muak dengan hidup ini. Yang ku inginkan hanyalah mati.

Apa ada seseorang yang ingin bertukar tempat denganku? Dengan senang hati aku menerima tawaran itu.















---

Dan akhirnya Ran malah publish story baru😂

Gapapa lah ya, aku butuh hiburan guys.

Oh iya, ff ini merupakan penyaluran rasa rinduku pada member EXO yang mulai pada wamil. Minseok udah tiga bulan dan Dio baru sebulanT_T Dan aku rindu momen Chansoo, elahh.

Member EXO muncul di next chapter

Hope u like it guys!

Papay,

Ranikazz_

Monster | EXOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang