Dengan langkah tegap dan gagah seorang pemuda berjalan mengelilingi desa dan menyapa setiap orang yang ditemuinya, dengan senyum yang ramah dan wajah berseri semua warga menyambutnya dengan hangat, ia adalah seorang panglima perang bernama Birawa. Semua orang mengenalnya sebagai seorang panglima yang hebat dan baik hati.
Ia terkenal akan kekuatannya yang luar biasa, badannya begitu kokoh, kepalan tangannya begitu keras, bahkan tendangannya bagaikan kilat yang menyambar, kakinya lebih kuat dari besi, bahkan batu sekalipun bisa hancur di tendangnya, sehingga musuh-musuhnya dibuat takut akan kehebatannya.
Dalam pertempuran dia adalah sosok yang ditakuti dan juga disegani para prajuritnya, tidak ada pertempuran yang tidak bisa ia menangkan, maka dari itu ia dijuluki sebagai singa di medan perang. Dibalik semua itu ia adalah sesosok pribadi yang baik dan menyenangkan.Kebiasaannya ialah berjalan-jalan mengelilingi desa-desa di sekitar kerajaan, tidak ada yang tidak mengenalnya, semua orang akrab dengannya, ia begitu di puja-puja, itu semua disebabkan karena keberaniannya di medan tempur dan sikapnya yang ramah terhadap orang-orang desa.
Meskipun Birawa tak pernah sekalipun menyombongkan dirinya pada orang lain tapi dia hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, karena kekuatannya dan kehebatannya itu, Birawa menjadi lupa diri, dalam hatinya ia berkata “betapa hebatnya diriku ini, betapa kuatnya diriku ini, tak ada yang bisa mengalahkankku, akulah makhluk terkuat”, Meskipun dia tidak menyombongkan dirinya pada orang-orang, tapi dia telah membuat Tuhan marah karena telah sombong akan dirinya, dalam pertempuran berikutnya untuk pertama kalinya ia berhasil dikalahkan oleh musuhnya, kudanya terkena anak panah dan kemudian terjatuh dan menimpa kakinya sehingga kakinya patah, terpaksa Birawa harus mundur dari peperangan dengan rasa malu.
kehebatan dan kekuatan dari sang panglima yang namanya tersohor itu kini hanya tinggal cerita, tidak adalagi tendangan yg seperti kilatan petir bahkan untuk berjalan pun ia harus memakai tongkat dan di bantu oleh istrinya.
Sudah satu tahun berlalu kakinya tidak kunjung sembuh, sampai akhirnya ia menyerah akan hidupnya dan merasa kesal dia berkata “mengapa dunia ini tidak adil kepadaku bahkan Tuhan pun tidak mengasihaniku”. Tapi orang-orang yang berkunjung menemui Birawa terus memberikan dukungan dan memberinya semangat.
Sampai pada akhirnya ada pria tua yang datang mengunjunginya, dengan lemah lembut dan suara yang berat pria itu berkata “mintalah ampunan pada tuhan atas kesalahanmu”, Birawa terdiam denang raut muka yang terkesan bingung, “apa salahku kisana? Selama ini aku selalu berbuat baik dan menolong orang-orang bahkan aku tak pernah menyombongkan kekuatanku pada orang lain” ujarnya pada pria tua tersebut. “Memang benar kau adalah orang yang baik, tapi tanpa kau sadari dalam hatimu kau telah sombong seakan akan kaulah yang paling kuat, kau telah lupa bahwa di atas langit masih ada langit” ucap pria tersebut mengingatkan Birawa. Birawa pun mengakui semua kesalahnnya ia telah lupa bahwa di hadapan tuhan ia hanyalah manusia yang lemah tak berdaya, pada akhirnya birawa meminta ampunan dan memohon maaf pada yang mahakuasa, kakinya pun kembali pulih dan kejayaanya kembali.