01

8 2 1
                                    

Aku tak tau harus berbuat apalagi. Rasanya sakit sekali menerima kenyataan bahwa kekasihku memiliki perempuan lain selain aku. Sedih sekali rasa nya.

"Sing sabar nya Fi. Nanti ge lah bakalan aya deui nu terbaik nu bakalan datang." upah Yulia menyemangati dengan khas logat sunda nya.
Aku pun mengangguk pelan.
"udah yuk ahh masuk ke Aula. Acara nya mau di mulai tuh." ajak Wita
.
.
Sifi Mubarokatul Sayidah. Yah ini adalah namaku. Aku adalah murid kelas 8. Aku punya kekasih bernama Alan Arifin. Dia adalah kakak kelasku. Aku begitu sangat mencintainya. Waktu itu dia menembakku melalui sepucuk surat yang tiba-tiba ia titipkan melalui Teh Siti. Dan saat itu pula aku menerimanya sebagai kekasihku. Tapi semua itu berakhir setelah aku mengetahui bahwa Alan menduakan cintaku.

Saat ini sekolahku sedang mengadakan acara PHBI. Aku sudah berada di dalam Aula sekolah bersama dengan kedua sahabatku dan siswa-siswi yang lain.

Aku melihat sekelompok orang yang sedang menatara alat-alat yang entah apa namanya.

"mereka itu lagi ngapain sih?" tanyaku pada kedua sahabatku penasaran.
"itu teh grup marawis dari pesantren kita". Jawab Yulia
"Ooohh". Jawab ku sambil mengangguk pelan

Wita dan Yulia adalah sahabatku yang tinggal di sebuah Pesantren dekat sekolah. Sedangkan aku bukanlah seorang santri yang ikut mondok di pesantren tersebut. Jadi aku tak begitu paham dengan alat-alat yang akan di main kan oleh santri dari pesantren tersebut.

Aku mendengarkan suara dari salah satu personil grup marawis tersebut yang di awali dengan mengucapkan salam dan di jawab dengan orang-orang yang sudah ada di dalam Aula. Di sambung dengan lantunan sholawat yang sangat merdu yang di nyanyikan oleh vokalisnya dan diiringi alat marawis membuat suasana di aula sangat indah. Marawis itu tampil sebagai pembuka sekaligus menunggu para penonton yang belum datang.

Yaa Allah...
Dalam keadaan sedang sakit hati, kemudian aku mendengarkan sholawatan itu, rasanya tenang sekali hati ini. Seakan aku lupa akan sakit hati yang tengah aku alami.

Semua siswa siswi dan guru-guru sangat menikmati lantunan sholawat dan marawisnya. Kemudian dilanjutkan dengan acara yang lainnua hingga selesai.

"Eh yang tadi jadi vokal marawis itu siapa sih? " tanya ku penasaran pada ke dua sahabat ku
"itu tuh namanya Hasan, kelas 9B". Jawab Wita
"Enak sekali yaa suaranya, merdu, lembut, ganteng lagi". Celetuk ku
"Hahaha.. Dasar Sifi. Ehh inget loh Hasan itu kan teman sekelasnya Alan Fi". Jawab Wita lagi
"Bodo ahh, udah gak peduli lagi aku. Lagian gak tau kenapa yaa. Tadi pas sebelum acara dimulai rasanya pikiran sama hati itu yang menentu. Tapi pas dengerin sholawat sama marawis itu kok tiba-tiba jadi tenang ya? " oceh ku
"Euleuhh, Sifi mah da emang ningali si A Hasan na kasep. Jadi we ngadak-ngadak tenang di hati, apalagi suaranya merdu..beuhh". Jawab Yulia dengan logat nya yang lucu.
"tuh Fi apalagi A Hasan mah santri Annur yang masya allah sholeh, baik hati dari pada, si A Alan?" kata Wita yang Ikut nimrung, sambil membuka mata nya lebar karena melihat Alan. "Fi itu A Alan manggil kamu". Sambung Wita

Aku hanya bisa mematung sambil melihat Alan berjalan mendekat kearahku.







Gimana nihh cerita nyaa 😂
Mon maaf yaa kalau ada salah2 kata, salah2 bahasa, ada typo dan lain sebagainyaa..
Soal nyaa baru kali ini author nulis cerita ginian 😅 waktu itu juga sempat nulis sihh.. Tapi karena terlalu kelamaan jdi lupa lagi cerita2 yang mau di ceritain 😂
Selamat membaca dan bertemu di cerita selanjutnya yaa para pembaca yang tercinta 😙💕SeeU

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Marawis CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang