Mentari mulai tergelincir ke arah barat yang diiringi oleh burung-burung senja yang terbang berkoloni menembus cakrawala jingga yang kian menebal di angkasa. Tak kalah dari itu, suara klakson berbagai transportasi jalan raya pun semakin bersahutan karena begitu sesaknya kondisi jalan raya kala itu. Mereka pun ingin bergegas kembali ke tempat masing-masing.
"Bagaimana keadaan ibu saya, dokter ?" Tanya seorang lelaki dengan kalut kepada dokter yang baru saja keluar dari sebuah ruangan.
"Ibu anda sudah berhasil melewati masa komanya.." Jelas dokter muda tersebut membuat lelaki itu bisa sedikit bernafas lega.
"Tapi..."
"Tapi ?"
"Ibu anda mengalami kelumpuhan pada organ geraknya." Jelasnya membuat lelaki itu benar-benar shok.
"Tetapi anda jangan putus harapan, kelumpuhan yang dialami beliau tidak permanen. Kami akan mengusahakan terapi terbaik yang bisa kami lakukan." Kata dokter tersebut lalu menepuk pundak sang lelaki.
"Saya harap anda bisa tabah menghadapi ini semua."
Usai menyampaikan hal tersebut pada keluarga pasiennya, dokter muda berkacamata tersebut pun meninggalkannya. Ia berjalan gontai dan menunduk seakan ada hal yang mengusik pikirannya. Tak jauh dari sana, tampak seorang gadis yang sedang berdiri menunggunya. Gadis yang mengenakan dress hitam lengan panjang selutut tersebut memandanginya dengan raut kecemasan. Pria itu mendongak lalu sedikit memberikan senyumannya menyambut kedatangan sang kekasih.
"Apa ada masalah ?" tanya gadis itu membuat pria itu segera menggeleng lalu mengecup kening sang gadis.
"Ayo kita ke ruangan." Ajak dokter tersebut membuat gadis itu menurut saja.
Sesampainya di ruangannya, Darren segera melepas jubah putih yang hampir setiap hari ia kenakan sebagai seorang dokter. Ia melonggarkan dasi yang masih tergantung pada kerah kemeja hitam miliknya baru kemudian duduk pada sofa panjang yang ada disana. Ia tersenyum lalu menepuk samping tempat duduknya meminta agar sang kekasih ikut duduk dengannya. Dengan membalas tersenyum simpul, Maudy meletakkan kantong plastik yang berisi sebuah wadah ke atas meja di depan mereka lalu segera duduk tepat di dekat pria itu.
"Tante Mega apa kabar ? Beberapa hari belakangan ini aku belum sempat menjenguknya." Tanya Maudy membuat Darren kembali tersenyum lalu mengelus rambut gadis itu.
"Mama baik-baik saja. Sepertinya dia sangat merindukan calon menantunya ini." Maudy terkekeh pelan lalu memegangi tangan pria itu yang sibuk menyentuh rambutnya.
"Lalu bagaimana dengan persiapan pernikahan papa kamu, ?"
Mendapat pertanyaan itu, raut wajah Darren seketika berubah menjadi dingin. Ia melepaskan tangannya dari sang kekasih sehingga tentu saja membuat Maudy tak mengerti.
"Aku tidak memikirkan hal itu."
"Kenapa ? Bukankah waktu itu kamu sudah menyetujuinya ?"
"Dan kamu percaya aku mengatakan itu ?" Balas Darren balik bertanya membuat Maudy seketika bungkam.
"Selama ini papa selalu memohon kepadaku untuk menyetujui pernikahan ini. Padahal sebenarnya siapapun juga tahu, dengan atau tanpa persetujuan dariku papa akan tetap pada keputusannya untuk menikahi tante Wina. Jadi, apa gunanya persetujuan dariku ? Aku setuju atau tidak, papa akan tetap menikah bukan ?"
Beberapa saat keduanya tenggelam dalam keheningan. Maudy mengerti bagaimana perasaan kekasihnya itu saat ini. Ia sangat ingin memberikan saran kepada pria itu, tetapi nampaknya saat itu bukanlah saat yang tepat baginya. Maudy pun beralih membuka kantong yang ia bawa dan membuka wadah yang masih tertutup rapat tersebut.
"Setelah seharian penuh melayani pasien, kamu pasti lapar." Ungkap Maudy membuat Darren melirik gadis itu dengan tatapan yang kembali tenang.
"Aku membawakan mie ramen kesukaan kamu." Darren pun kembali menghadap Maudy setelah sempat sedikit berpaling karena pembicaraan mereka tadi.
"Akhir-akhir ini begitu banyak hal yang mengganggu pikiranku. Tapi kamu selalu ada dan membuat aku berhasil mengusir segala pikiran itu. Duniaku memang keras, tetapi aku yakin selama kamu bersamaku maka aku akan baik-baik saja." Ungkap Darren membuat mata gadis itu nampak berkaca-kaca.
"Bagaimana mungkin aku akan meninggalkanmu saat kamu dalam situasi serumit ini ? Aku mencintaimu itu berarti aku menerima semua hal yang ada di dunia kamu." Darren tersenyum haru dan langsung memeluk tubuh gadis itu.
"Terima kasih sudah masuk di duniaku. Setidaknya duniaku memiliki satu keindahan yang tidak dimiliki oleh dunia orang lain." Kata Darren.
"Akutidak akan meninggalkanmu, Bi." TuturMaudy,halus dan segera dibalas anggukan oleh Darren.
Opening yang singkat terlebih dahulu. Akan ada lumayan banyak pemeran dalam cerita ini. Nama tokoh pun saya karang sendiri agar para pembaca bisa berekspektasi dengan tokoh yang diidamkan masing-masing. Saya pun memiliki tokoh imajinasi tersendiri, yaitu 2 pemeran yang telah terpampang pada foto cerita ini.
YOU ARE READING
REFRAIN: Stay With Me!
RomanceDarren Wigi Prasetya seorang pemuda tampan yang telah berhasil meraih gelar dokternya di usia yang cukup muda, yaitu 22 tahun. Ia merupakan lulusan dari salah satu universitas terkemuka Singapore dan telah menjalankan tugasnya sebagai seorang dokter...