Kesulitan terbesar adalah saat kamu dan sahabatmu menyukai pria yang sama.
Pernah mendengar bagaimana caranya hati menerima sebuah nama yang bisa menggetarkannya? Atau pernah mendengar bagaimana rasanya ketika hatimu yang kosong dengan tiba-tiba ada sebuah nama yang hanya bisa kau simpan didalamnya dan hanya kau yang mengetahuinya? Ataukah pernah mendengar bagaimana rasanya cinta dalam diam?
Aku tak lagi mendengar, namun merasakannya. Merasakan bagaimana rasanya menjadi penikmat senyum seseorang, dan merasakan bagaimana rasanya hanya bisa melihatnya tertawa lepas bersama kawan-kawannya setelah olahraga.
Bayangan masa lalu itu kembali lagi. Tentang SMA dan dia, sang penolong. Mau bagaimanapun, perasaanku masih sama, dan akan tetap sama. Harapankun begitu tinggi, percayalah.
Namun, terhempas begitu saja. Ketika mengetahui ia akan menikahi gadis lain. Yang tiada lain tiada bukan adalah….. Sahabatku sendiri.
***
Bara Qari Pratama&
Syifa Nurul Jannah
Akad : 28 Desember 2018 pukul 08.00-10.00
Resepsi : 28 Desember 2018 pukul 11.00-selesai
Lokasi : Gedung Utama BandungTanganku kembali bergetar tatkala meraih undangan yang baru saja kuterima dari sahabatku. Mengingat, bahwa sahabatku itu hendak melaksanakan sunnah Rasul.
Oh, Allah rasanya sakit sekali. Aku senang, Siyifa-sahabatku- bisa mengakhiri status kesendiriannya dengan langsung menikah. Tapi, apakah ia tahu? Bahwa calonnya adalah seseorang yang selalu kusebut dalam do’aku?
Bagaimana bisa aku melihat Syifa bersanding dengan seseorang yang selalu aku harapkan menjadi imamku dimasa depan? Bagaimana aku bisa melihat semua orang berbagia dan tertawa, tetapi aku malah menangis diujung harap sendirian?
Aku kembali ber-istighfar dalam hati. Mungkin ini takdir Allah untukku. Bukan dia yang semestinya menjadi imamku kelak. Bukan dia yang semestinya aku cintai dan kuharapkan terus-menerus. Akan seperti apa jadinya jika Syifa tahu bahwa sampai saat ini aku masih mencintai lelaki yang kelak akan menjadi imamnya?
Tapi, apakah aku bisa ikhlas? Apakah…..“Assalamu’alaikum, ukhti.” Salam seseorang menyadarkan lamunanku. Sang calon mempelai wanita rupanya berkunjung ke rumahku. Syifa, sahabatku yang sebentar lagi akan menikah. Dengan lelaki yang aku cintai.
“Wa’alaikumussalam,” Jawabku sambil menyembunyikan undangan pernikahannya yang sedari tadi kugenggam. Membayangkan nama calon mempelai wanitanya adalah diriku.
Astaghfirullahalaadzim…“Eh, Syif. Kok kerumahku?” Entah aku salah bertanya atau memang hatiku sedang gundah maka mulutku berbicara seperti itu. Syifa langsung cemberut ketika mendengar pertanyaanku.
“Kok kamu bicara begitu? Salah ya jika aku berkunjung ke rumah sahabatku sendiri?” Ucapnya berbalik bertanya.
Mukanya lucu ketika cemberut. Pantas saja ‘dia’ menyukainya. Ucapku dalam hati.
“Hah? Tidak-tidak. Bukan seperti itu. Kan hari-H pernikahanmu sebentar lagi. Seharusnya kamu mempersiapkan diri. Bukannya malah datang ke rumahku.”
Aku menghampirinya yang sedang duduk diatas ranjang.
“Astagfirullah, Rain. Rumah kita berjarak tidak lebih dari 1 kilometer. Ayolah, aku hanya sedang gugup dan bahagiaaaaaa sekali.” Ucapnya dengan nada girang. Berbeda sekali dengan nada ucapanku yang sedikit lesu dan malas.
YOU ARE READING
My Secret Feeling
Teen FictionBagaimana rasanya menjaga rahasia selama 7 tahun? Ketika kamu menjaganya dengan sangat hati-hati, lalu terbongkar begitu saja saat sebuah kenyataan pahit menghampirimu bahwa ia akan menikahi gadis lain? Dan lagi, kenyataan itu menghampirimu ketika...