III

0 0 0
                                    

”aku takut membuatmu sedih nantinya. Sebenarnya itu adalah kesalahan besarku mengungkapkan rasa suka itu, seharusnya waktu itu aku menjauh diam diam  agar tidak ada perasaan seperti ini. Maaf udah membuatmu..,”
“ apaan sih.., aku gak sedih kok, lagian kenapa toh kamu juga belum bilang mau kemana, ngapain.., mana ku tau.” Ucapku asal.

     Hari hari wisudanya terasa sangat menyakitkan hingga hari bahagianya itu  tiba tapi tidak untukku. “kamu cantik hari ini.” Untuk pertama kalinya daniel mengatakan itu aku diam saja memandangi pakaian kelulusannya dengan buket bunga yang aku berikan.
“oh ya.., aku punya sesuatu untukmu.” Daniel mengeluarkan kotak dari tas tangannya.
“ini apa?”
“rahasia, apapun isinya di pergunakan dengan baik ya...”
“padahal kan kamu yang wisuda kenapa malah aku yang di kasih hadiah.” Daniel hanya tersenyum. 
“daniel..,” suara itu mengagetkan aku ibu daniel datang memanggilnya.
“kita harus pulang sekarang.” Kata itu teramat tegas.
“tapi ma..,” kata kata daniel terhenti.
“yaudah, hana..., maaf aku harus pulang dulu, kamu bisa pulang sendiri kan, hana maaf sekali lagi.” Daniel pergi tanpa syarat. Aku tau daniel paling tidak bisa melanggar perkataan ibunya, tapi.., ah sudahlah.

        Di rumah aku membuka kotak pemberian daniel. Sebuah sajadah dan jilbab merah muda tersusun rapi di dalam kotak beserta selembar surat.

Kamu tau hana...,cinta itu naluriah, cakupannya sangat luas bagi manusia biasa. Tapi bagi orang yang imannya sudah mantap cintanya itu lebih hakiki pada sang pencipta saja. Sehingga cinta cinta lainnya itu hanya di jadikan sebagai penghias atau jalan untuk mencintai sang penciptanyanya tadi. Mungkin aku masih seperti pencintanya manusia biasa. Kita memang belum memiliki kisah cinta yang hebat seperti kisah ROMEO and JULIET, tapi kita pasti memiliki itu, hanya karena belum saja. Aku tidak mengikatmu dengan pacaran bukan berarti aku tidak mencintaimu, tapi rasa cintaku pada allah lebih dalam sehingga aku takut untuk menorehkan dosa padaku dan juga padamu yang aku cintai. Aku tidak ingin melihatmu menangis, semoga dengan membaca surat ini kamu tidak menangisiku yang belum menjadi apa apa bagimu.
Akan ku katakan jujur, bahwa aku melanjutkan S2 di luar negri. Maaf tidak  mencantumkan alamat dan negerinya. Yang pasti aku hanya menuntuk ilmu dan mencari pengalaman.

Aku berharap kelak jika kita di izinkan untuk kembali bertemu lagi pakailah kerudung yang ada di kotak itu. Tapi ku mohon jangan hanya karenaku kamu memakainya. Berniatlah karena allah. Dan sajadah itu, jadikanlah sebagai tempatmu bersandar jika ingin berkeluh kesah dan mencurahkan semua keluh kesah, sedih, masalah dan rindumu padaku :). Karena yang pastinya nantinya aku tidak bisa lagi mendengarkan kesalmu tentang tugas tugas, teman dan aktifitas kuliahmu lagi di bawah pohon di kanvo store, atau berdebat isi buku di perpustakaan hingga mengundang lirikan risih dari banyak orang yang mendengar kebisingan, bakery choco pay yang slalu jadi tempat singgahmu dan akhirnya jadi bakery yang  sering ku kunjungi juga, atau monster squad yang menjadi alasanmu untuk tidak pernah mau datang ataupun lewat street kelelawar. Hah...,, aku tidak tau apakah di tempatku melanjutkan S2 nanti semua kisah kita bisa di istirahatkan sejenak dengan tugas sarjana lanjutanku. Tapi tenang saja aku kuat (. Aku hanya meminta setelah kepergianku tetaplah jalani aktifitasmu seperti biasanya. Seperti embun, ya...,  sejuk dan menjernihkan, dan jika memang kamu masih yakin bahwa akulah yang akan menjemputmu kepada orang tuamu nanti dan kamu masih yakin bahwa rasa cintamu padaku masih tetap ada tunggulah aku sampai kembali, dan aku tidak tau kapan aku akan kembali. Tapi jika kamu tidak yakin dan perasaan itu telah pudar jangan tunggu aku, terimalah laki laki lain yang menjemputmu pada ayahmu.
Suratku ini tidak lah bisa panjang hana...smoga allah melindungi kita semua dan memberikan yang terbaik untuk kita.”
                        Regards

             ( Daniel Ahmed Pasha)

Air mataku sah mengalir, sesak, sempit, begitulah hatiku saat ini. Aku membencimu daniel..! benci akan semua tingkahmu yang akhirnya meninggalkanku tanpa sebab. Sejak cinta itu tersematkan kian hari kian panjang aku hanya ingin menitinya denganmu saja. Aku tidak pernah tau apa yang kamu pikirkan  dan kamu inginkan dariku, tapi aku tau semua tentangmu, aktivitasmu, keluargamu, seluk belukmu ah.., kala itu rasa cintaku begitu teramat kolot, hanya mengagumimu dan tenang dengan semua kata dan caramu memperlakukanku. Aku tau, salah satu sebab kamu suka pada ku adalah kekuatan dalam hatiku. “kamu orangnya pekerja keras, hatinya tangguh dengan pendirian yang lurus.” Hanya itu yang daniel ucapkan saat aku menanyakan kenapa dia menyukaiku.

   Lama aku mengenang kepergiannya, hingga pada tahun ke 3 setelah kami berpisah dan akupun sudah lulus kuliah dan mulai bekerja di salah satu penerbit sebagai editor. Tak ada yang berubah, aku masih terus berharap dan berharap kalau daniel lah yang akan datang kerumah ya.., rasanya berharap pada sang pencipta itu memang slalu membuahkan hal yang istimewa. meski sudah ada beberapa laki laki yang menjumpai ayah tetap saja aku mengatakan tidak. Ketika aktifitasku yang tak pernah tergeser untuk membaca di berbagai toko buku dan perpustakaan. Entah itu kebahagiaan atau kesedihan, aku bertemu dan di hampiri adiknya daniel. kala itu hujan lagi turun bak tumpahan tumpahan besar mengurung kami di toko buku sehingga waktu untuk berbicara mengenai topik ku dan daniel menjadi sangat panjang. “ kak daniel pernah bilang kalau kakak teman ceweknyayang paling dekat, aku tanyain udah pacaran katanya  enggak. Aneh sih, oh ya kak, sebenarnya setelah lulus S1 kak daniel mau S2 di kota ini aja, tapi mama nyuruhnya ke luar negri aja dan mama juga tau kalau kalian dekat. Mama nyuruh kak daniel nikah sama kakak karena udah suka dan punya status khusus. Tapi kak daniel belum siap katanya tunggu satu tahun lagi. Ya.., mama bilang kamu harus meninggalkannya karena allah dan kembali padanya karena allah juga jika memang sudah siap.” Saat itu aku kembali di ingatkan akan sosok daniel, semenjak itu aku mulai dekat dengan adiknya. Pernah juga saat kami kembali bertemu beberapa hari setelah lebaran ia menyampaikan.

“kak daniel kirim salam, katanya kakak makin cantik dengan jilbab pink abis solat ied kemaren. Setelah solat ied kak daniel langsung ke jalan rumah kakak,  tapi dia hanya liat dari kaca mobil. Dia cuman dua hari di rumah.” Untuk kesekian kalinya aku kembali terluka mengetahui itu. Memendam dan terbakar rindu, daniel curang! Kenapa hanya  dia  yang bisa melihatku, dan aku tidak melihatnya entah berapa tahun meski seujung rambutnya saja. Seperti itulah hari hariku yang terasa panjang dan berat membawa kenangan yang masih tersimpan rapi di pelupuk mata.

                               * * *

       Hari ini lengkap sudah penyempurna agamaku, setelah ijab kabul yang di ucapkan daniel dan di sahkan oleh semua yang hadir di acara suci pernikahan ku. Masih tersisa butiran kecil di sudut mataku, melihat kedua orang tua yang sudah membesarkanku sampai hari ini dan ikhlas melepasku setelah berakhir mengeksekusi tajam daniel untuk melamarku. Semua rangkaian acara berjalan lancar. Menyisakan kami berdua melepas lelah.
“ capek ya dek..,?” daniel bertanya di sela sela keheninngan kami, aku lantas refleks tertawa kecil mendengar panggilan baru daniel ‘dek’ meski dia lebih tua dariku tapi  dia atau aku tidak pernah menyebut panggilang bg/dek sebelumnya. “kok ketawa sih dek, ada yang lucu ya..,” daniel beranjak dari selonjorannya di sofa sebelahku dan duduk di sampingku  yang bersandar. “ apaan sih.” Aku menyikut lengannya pelan, malu dan sejujurnnya malah terlihat salah tingkah karna matanya tidak pernah lepas menelanjangi wajahku. Daniel berulah dengan mendaratkan kepalanya di pangkuanku menatapku jahil menyaksikan wajahku yang mulai panas dan memerah. Daniel meraih tanganku dan meletakkannya di rambut kepalanya  yang halus, aku sedikit heran dia memintaku untuk mengelus elus kepalanya seperti anak kecil yang hendak di tidurkkan. Aku tertawa sendiri  melihat perubahan drastis sikap daniel yang setauku kalem, dan berwibawa. 5 menit berlalu matanya yang  tadi terpejam dengan cepat terbuka mendapatiku di hadapannya. Dan daniel langsung duduk “sayang, aku minta maaf, kan kamu yang capek seharusnya kamu yang istirahat deluan.”

Daniel mengangkatku membuatku terpekik kaget. “ daniel..,! turunkan aku, aku bisa jalan kok. Aku bukan anak kecil..,” ucapku panik membelah ruangan yang sunyinya seperti hutan. Tapi ia hanya tersenyum lebar sesekali menciumi pipiku. Oh.,, tidak lagi, sepertinya malam ini wajahku akan tampak memerah hingga besok pagi  menahan malu dan tersipu akan semua perlakuan daniel.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

waiting for youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang