PROLOG

22 0 0
                                    

Aku melihat keluar jendela, matahari telah menampakkan sebagian cahayanya. Menembus melewati kaca jendela rumahku dan menerang seisi kamarku. Sontak mataku mencari alarm ku dan menanyakan 'jam berapa sekarang bahkan aku baru saja bangun?' batinku. Astaghfirullah... kesiangan lagi, sekarang sudah jam delapan pagi. Aku baru ingat, hari ini hari libur pastinya aku bangun kesiangan. Mengingat apa yang aku lakukan tadi malam. Kurasa itu normal, iya bukan? Karena kita tidak harus dituntut untuk bangun pagi-pagi saat libur, jadi kurasa baik-baik saja jika aku bangun kesiangan.

"Teteh....!" panggilan itu terasa terdengar jelas padahal suara yang memanggil jauh. Tidak salah lagi pasti bunda memarahiku karena aku bangun kesiangan. Akupun cepat-cepat menuju kamar mandi untuk menngosok gigi dan berwudhu. Yang lebih dulu aku ingat ketika bangun kesiangan pasti langsung berjalan cepat kearah kamar mandi agar langsung menunaikan shalat shubuh.

Yap, selesai shalat aku langsung berjalan ke arah dapur dimana bundaku sedang memasak.
"Teteh kemana aja kamu dari tadi Bunda panggilin. Gak denger ya? Apa baru bangun?" Tanya bundaku dengan omelan paginya.
"Iya bun teteh baru bangun, maaf tadi gak kedengaran kali soalnya teteh baru selesai shalat"
"Kebiasaan hari gini baru bangun. Nyadar diri dong kamu itu anak perempuan! Kalau sudah berkeluarga masih kayak gini gimana?" Kata bundaku yang menyambungkannya soal berkeluarga padahal aku sendiri saja masih kelas 2 smp.
"Ya bunda.. kan masih jauh,"
"Yaudah tetep aja kan gak boleh kayak gitu...."

Yah begitulah gambaranku ketika aku di rumah saat hari libur. Jelas sekali terlihat tidak pantas. Aku tahu itu salah, tapi entahlah sepertinya  aku merasa kalau di rumah adalah saatnya aku bisa tidak terlalu terikat dengan aturan. Tidak seperti di sekolah rasanya ingin melanggar pun susah banget. Dampaknya sudah tergambar jelas di kepalaku rentetan hukuman dari pihak sekolah yang berujung mengerikan.
Terkadang aku bingung sebenarnya apa yang aku cari di dunia ini. Mengapa rasanya sikapku di sekolah dan di rumah bertolak belakang. Entahlah aku juga tidak tahu apakah saat aku bertindak aku tidak sadar? Sudahlah aku capek sendiri memikirkan ini. Tidak ada habis-habisnya. Aku benar-benar tidak kenal dengan diriku sendiri. Sepertinya begitu. Jadi lebih baik aku menjalani kehidupan ini seperti air yang mengalir. Seenaknya apa yang ingin ku lakukan.

Pernah tidak membayangkan hidup yang tanpa aturan. Tak banyak perintah dari orang-orang. Sebenarnya aku amat tidak suka dengan perintah yang memaksaku atau menuntutku untuk melakukan sesuatu yang jelas-jelas sulit untuk aku lakukan.

Tapi aku ya tetap aku, yang tak punya kuasa apapun untuk melanggar aturan seseorang. Sepertinya aku tipe orang yang takut kepada orang lain yang tentunya lebih dari ku atau punya pangkat lebih tinggi dariku. Itulah sebabnya terkadang aku menjalani sesuatu dengan hati yang tidak ikhlas. Belum bisa menerima sebuah aturan. Karena sebenarnya aku ini keras orangnya. Tapi entah kenapa aku belum punya keberanian lebih unuk menentang segala sesuatu yang aku tidak sukai.

Pokoknya inilah gambaran tentang diriku, Adellia Putri Khaerani.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A COICHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang