Marcus Giovanni

2.4K 238 35
                                    

Kalau boleh aku berkenalan, aku akan mengenalkan diriku sebagai Marcus kepada orang tua dan Mark kepada orang sepantaran. Aku lahir di keluarga besar berlatar kesusasteraan mahir dan tersohor. Kakekku Giovanni Boccacio, sastrawan Florence yang tersanjung. Ibu dan ayah tinggal di kastil berbenteng dan prajurit. Dindingnya terlapisi marmer putih yang dingin. Sementara tiap sudut ruangnya penuh dengan pahatan-pahatan tangan manusia yang mahir.

Hidupku diisi dengan memperluas pandangan dan pengetahuanku di bidang sastra dan filsuf. Terkadang aku melenceng sedikit dari latar belakang keluarga dan bermain seni. Bisa memahat marmer ataupun melukis, walaupun tak sebagus seniman. Aku bersyukur karena lahir dan dibesarkan mereka yang berstatus. Ayahku seorang bangsawan dan tuan tanah yang disegani. Rakyat menundukkan kepala setiap bertemu ayah, ayah begitu menakjubkan.

Aku berkembang bersama lingkungan dan zaman yang kian menuntut kami untuk mengejar ketertinggalan. Bangkit setelah abad pertengahan, masa kegelapan kami semua, rakyat Eropa. Seolah kami lahir kembali dari keterpurukan yang melanda selama beberapa abad. Perlu aku akui, nenek moyang kami begitu payah dahulu. Mereka lari dari masalah (kudengar musuh mereka adalah kaum barbar odoaker) dan tidak berani menghadapinya sama sekali. Mereka mengendap di kastil dengan bertani dan pergi ke gereja saja, tanpa mau mengenali dunia luar.

Kami tidak melupakan Tuhan sepenuhnya. Gereja masih terisi, orang masih mengenal sang pencipta. Tetapi kehidupan dunia diseimbangi dengan akhirat. Tidak ada ketimpangan antara dunia dan akhirat, tidak ada dominasi seperti abad pertengahan. Aku pergi ke gereja bila ibu mengajak atau sudah tak ada yang ingin dilakukan. Dalam doa, aku masih meminta untuk keselamatan diri dan keluarga. Tidak ada nama lain yang kusebut dalam barisan permintaanku pada Tuhan.

Ayah suka mengajak aku berkeliling tanah pertanian bila sudah petang. Pekerja di sana adalah rakyat biasa yang memberi dedikasi pada bangsawan. Mereka yang membutuhkan perlindungan dan uang untuk bertahan hidup. Kami, para bangsawan tidak begitu kejam dalam bertindak. Kami belajar dari abad pertengahan. Kami bersifat progresif, mendukung segala bentuk kebaikan untuk perkembangan negeri. Aku senang, semuanya hidup bahagia dan berangsur-angsur bangkit dari masa kegelapan.

Ayah tak membatasiku untuk berinteraksi bersama rakyat. Terkadang aku menanggapi beberapa sapaan mereka dan ajakan berbincang singkat. Aku jadi lebih mengenal mereka yang tak senasib denganku. Aku terus mencoba untuk menghargai sesama karena sesungguhnya di mata Tuhan, kita adalah hamba yang sederajat. Rakyat mengenalku dengan baik secara perlahan. Namaku jadi sering tersebut, Marcus yang baik dan lembut tuturnya.

Terkadang aku pergi dari jam-jam belajar dengan filsuf untuk bermain dengan mereka. Aku mencoba membaur dengan rakyat, jarang sekali para bangsawan sedekat ini dengan rakyat. Aku merasa tidak keberatan sama sekali, justru aku senang dengan mereka yang ceria dan lebih berwarna ketimbang filsuf. Ibu menegurku beberapa kali, tetapi aku masih tutup telinga. Lagi pula ini tidak berpengaruh buruk padaku dan hidupku.

Sampai akhirnya ayah turun tangan karena tiga minggu penuh aku jarang kembali ke kastil. Tiga minggu penuh di tanah pertanian dan pergi menjauh dari filsuf, sastra, dan seni. Kenapa harus marah? Aku hanya berusaha mencari sisi lain dari hidup yang selama ini tak aku kenal. Ayah bilang, bangsawan lain mulai membicarakanku dengan kata buruk. Ayah berniat baik, tetapi aku merasa bahwa proteksi dari ucapan buruk orang lain itu tak penting. Biar saja mereka punya pendapat sendiri.

Aku terkenal di kastil dengan pemikiran bebas yang luas, serta jauh lebih merakyat daripada bangsawan lain. Mungkin ini timbal balik dari aktivitasku bersama rakyat di tanah pertanian. Ketika yang lain berpakaian elok dan belajar teori atau melukis, aku lebih senang melepas pakaian yang berat dan bertani dengan rakyat. Ketika yang lain nyaman dengan jamuan juru masak kastil yang sedap, aku lebih senang berbagi masakan sederhana dari pertanian rakyat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

florence ☆ markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang