“Woiiiiii” teriak seseorang dari arah belakangku
“Sinting lo udah jadi emak juga masih kaya bocah” kataku ketika mengetahui siapa yang telah mengejutkan dengan teriakannya dan mengganggu konsentrasiku yang sedang bergelut dengan notebook kesayanganku
“Lagian ya lo setiap gue main ke rumah lo pasti lagi gawe mulu, sampe gumoh gue lama-lama” cerosos Diana sahabat yang tersisa dari group bidadari, karena yang lain entah kemana setelah lulus sekolah, aku pun males mencari tahu keberadaan mereka, karena kehidupanku pun setelah lulus sekolah benar-benar rumit, bencana gempa dan tsunami membuatku kehilangan kedua orang tuaku, adikku, serta rumahku, takdir perempuan cantik sepertiku benar-benar menyedihkan kan
Jadi singkat cerita setelah dua tahun aku ditinggal pak Rizki selama-lamanya, kota tempat tinggalku diguncang gempa setelah itu tsunami memporak porandakan seluruh bangunan, termasuk rumahku dan memakan korban ribuan jiwa dan didalamnya ada kedua orang tuaku dan adikku
Dan yang menjadi penyeselan seumur hidupku aku tidak ada ketika gempa dan tsunami datang, aku lebih tenggelam dengan kesedihanku karna kehilangan cintaku, aku mementingkan diri sendiri dengan melakukan mendaki bersama dengan kelompok pecinta alam yang beberapa bulan aku ikuti waktu itu
Bayangkan ketika aku turun dari gunung, ketika mendengar terjadi gempa dan tsunami dikotaku aku langsung bergegas pulang tanpa memperdulikan kondisiku yang lelah akibat mendaki gunung, sumpah demi tuhan aku benar-benar tidak tahu harus apa melihat kondisi rumahku yang sudah rata dengan tanah, aku tidak memikirkan yang lain termasuk melihat rumah pak Rizki yang sama ratanya dengan rumahku
Aku langsung teriak memanggil Papah, Mamahku dan Ibnu adikku, aku benar-benar kalut ketika tidak ada yang menyauti teriakan ku, aku langsung bergegas menuju posko pengungsian yang tak jauh dari rumahku, berharap keluargaku selamat dari bencana ini
Namun semua harapan itu benar-benar hancur ketika aku dipeluk oleh Nenekku dan saudara-saudara dari orang tuaku yang entah sejak kapan mereka ada disini, kemudian aku diajak ketempat dimana proses pemakaman masal akan dilaksankan, aku diberitahu Nenekku jika tiga jenazah yang ada dihadapanku adalah Papah, Mamah dan Adikku
Sumpah demi tuhan aku ingin melihat wajah mereka untuk terakhir kalinya, aku melihat mereka terakhir kalinya tiga hari yang lalu sebelum aku berangkat mendaki, tanpa pikir panjang aku langsung bergegas mendekati jenazah keluargaku, namun badanku ditahan oleh Omku, adik dari mamahku, aku memberontak, benar-benar memberontak, teriak tak karuan memanggil-manggil keluargaku, aku tidak ingin tinggal sendirian, mereka sangat berarti bagiku, sungguh demi tuhan, sampai akhirnya kegelapan menghampiriku
Aku sempat divonis gila oleh dokter yang menanganiku, tetapi aku mencoba bangkit yang entah hidayah darimana aku teringat tuhanku, aku teringat tuhan ketika ada seorang pria yang selalu menjengukku yang entah akupun siapa, aku tidak pernah menggubris pria tersebut ketika dia mengajakku berbicara, tetapi dia tetap bertahan walaupun aku tidak meladeninya, dan setelah itu dia keluar dari ruanganku kemudian masuk kembali dengan wajah segarnya, mungkin dia membasuh mukanya dengan air pikirku
Setelahnya dia mengeluarkan buku al-kitab lalu dia membacanya dengan suara merdunya, lantunan-lantunan ayat suci al-qur’an yang dia baca lama-lama entah mengapa membuat hatiku tersentuh, dan aku merasa tersentil karena aku seharusnya tidak terlalu berlama-lama dengan kepurukanku ini, karena tuhan tidak mungkin memberi cobaan kepada hambanya yang melebihi batas kemampuan hambanya
Setelah aku sembuh pria yang sering mengunjungiku pun entah kemana, aku bertanya-tanya kepada saudara-saudaraku menanyakan pria yg sering mengunjungiku apa mereka tahu pria tersebut, dan jawabannya mereka tidak tahu pria yang aku bicarakan, bahkan mereka mengira aku belum sembuh dari kegilaanku, gininih kalo dulu punya kelakuan kaya orang gila terus hampir jadi orang gila beneran, dianggepnya gila mulu, kan kampret
Dan setelah beberapa bulan atas bencana alam yang membuatku kehilangan keluargaku, aku sudah ikhlas atas apa yang terjadi didalam hidupku. Dan aku mulai menata hidupku kembali, dan sementara waktu itu aku tinggal dirumah nenekku, namun tiga bulan yang lalu kembali aku merasakan kehilangan, nenekku meninggal karena penyakit jantung, nyesekkan tetapi lagi-lagi aku harus ikhlas akan rencana tuhan yang sudah ditetapkan untuk hidupku
Dan ketika peringatan tujuh hari Nenekku, ada seorang pria paruh baya menawarkanku pekerjaan, pekerjaan yang menurutku penuh tantangan, dengan keyakinan dari pak Hendri Irawan nama sang pria paruh baya tersebut, akupun menerima tawaran itu
Dan rumah yang aku tempati sekarang ialah rumah orang tuaku yang dulu hancur karena bencana alam, dan pak Irawan benar-benar merenovasi rumah orang tuaku seperti sedia kala, yang membedakan rumah pak Rizki sudah tidak berdiri dirumah sampingku, karena keluarga pak Rizki kembali kekampung halaman mereka yang berada di Semarang
Dan sekembalinya aku kekota asalku, Diana sahabatku berhasil menemukanku ketika aku sedang mendekor ulang rumahku dengan furniture-furniture yang telah dibelikan pak Irawan, tetapi dia kembali dengan status telah menjadi istri orang serta telah dikarunia anak perempuan yang baru usia satu tahun, sepertinya
Entah aku dulu yang lama menjadi gila atau Diananya yang cepat dipertemukan jodohnya, tetapi di usiaku sekarang yang hampir 22 tahun, aku belum ada pikiran untuk menikah, entahlah perasaanku mungkin sudah mati, sepertinya aku harus kembali mengikuti kelas psikolog lagi seperti ketika aku divonis gila
Atau aku yang sekarang sudah terlanjur nyaman bekerja dengan pak Irawan, kalau kalian mengira aku bekerja dikantoran, atau mengira pak Irawan adalah CEO, bos atau apapun itu, buang pikiran itu jauh-jauh dari pikiran kalian, karena pak Irawan mengajakku untuk menjadi team dia untuk membantu masyarakat Indonesia yang membutuhkan bantuan dari orang-orang seperti pak Irawan
Seperti minggu kemarin aku ditugaskan untuk mengawasi pembangunan jembatan disalah satu desa terpencil yang ada didaerah Jawa Barat, iya tugasku atau pekerjaanku hanya seperti itu mengawasi serta menindaklanjuti proposal dari daerah-daerah terpencil untuk dibantu demi kesejahteraan desa mereka, terkadang aku disuruh membantu perusahaan-perusahaan yang kekurangan tenaga kerja itupun atas perintah pak Irawan, aku pun tidak tahu pekerjaan pak Irawan itu apa tetapi uang selalu mengikutinya kemanapun, walaupun aku hanya lulusan SMA tetapi jangan pernah remehkan daya tangkapku yang berada level tertinggi, bahasa kasarnya kerjaku ini serabutan, kerja sana sini oke yang penting halal
Sebenarnya bukan hanya aku saja ada sepasang kekasih juga yang membantuku, tetapi sepertinya Rizal dan Rizka sudah lama mengenal pak Irawan, mereka pun sangat welcome kepadaku ketika aku pertama kali bergabung bersama mereka
Terkadang aku mencari tahu silsilah pak Irawan serta visi misi beliau yang sangat bermurah hati untuk membantu pemerintah membangun Negara dan rakyat ini menjadi maju, dan semua tindakan pak Irawan ini tak ada sangkut pautnya dengan program pemerintah, beliau hanya real membantu desa-desa yang butuh bantuan dia, dan dia percaya kepadaku serta Rizal dan Rizka sebagai penanggung jawab, baik dari biaya maupun dari operasional kerja dilapangan, hebat kan mana ada manusia yang mau memikirkan yang seharusnya ini tanggung jawab pemerintah, andai saja pak Irawan memiliki anak cowo, aku rela deh dijadiin menantunya, bapaknya aja baeknya kaga ketulungan apalagi anaknya, apa gaet tuh pak Irawan, kan duda tuh ya, pikiran ku sudah mulai kacau hahaha….
“Kan kan orang gila dipanggil-panggil malah senyum-senyum sendiri” celetuk Diana yang membuatku hampir lupa keberadaan dia, aku makin tersenyum tak jelas, ketika aku teringat aku menceritakan kisahku menyayat hati dan menceritakan diriku yang hampir gila, mau tahu reaksi dia, ah masa sih bukannya dari dulu udah gila, atau reaksi dia yang lo emang gila wajar kalo dokter ngira lo gila, sahabat kampret tuh yang kaya gitu
“Lo ngapain sih sering banget kerumah gue” kataku ketika dia membawa makanan yang baru dia masak didapurku lalu taruh diatas meja kerjaku
“Gue kepikiran lo mulu kalo lo mau ditugasin ke daerah-daerah terpencil” jelas Diana, yapss dia pun tahu kegiatanku yang sekarang, yang bekerja dengan pak Irawan
“Lebay lo, eh anak lo ga dibawa?” tanyaku biasanya dia kalo main kerumahku selalu bawa Lea sang buah hati
“Lagi sama Omahnya, lo belum makan kan, belum mandi juga kan, keliatan dari rupa lo yang kaya bebek kecebur got” tanyanya beruntun dan diakhiri dengan nyinyirannya
“Eelah kalo gue dandan jadi angsa ini” cengirku sambil mulai menyantap makanan yang sudah dimasakkan oleh sahabat yang aku sayangi ini
“Un, hang out yuk mumpung anak gue lagi sama Omanya terus nanti lo lusa berangkat kan ke Papua, ko gue jadi mewek ya” kata Diana yang mulai berkaca-kaca
“Eh mbuk lo kenapa mewek, kan gue yang ditugasin ke Papua” kataku yang langsung memeluk Diana dengan mulut yang masih mengunyah makanan, mengisi perut yang lapar tidak bisa ditunda bro walaupun kondisi sedang haru-haru begini
“Gue ini sedih Be, kalo gue jadi lo mungkin ga bakal kuat dengan jalan hidup yang sudah lo lewatin beberapa tahun yang lalu, janji ya Be lo selalu anggep gue keluarga lo” kata Diana mulai terisak, lucu sungguh punya sahabat melankolis kaya Diana ini
“Udeehhh ah mbuk gue selalu anggep keluarga lo, lo satu-satunya keluarga gue didunia ini okey” kataku tersenyum tulus dan aku pun sedikit teringat dengan keluargaku, sedih so pasti tapi gue sudah ikhlas “Bentar gue mandi dulu, habis ini kita hang out, tenang gue yang tlaktir” lanjutku bergegas sambil cengir membuat Diana pun ikut tertawa
“Gue kalo deket-deket lo bawaannya pasti mewek mulu” kata Diana tertawa sambil menghapus air matanya yang tadi sudah dikeluarkan Cuma-Cuma untukku
“Dikira gue bawang merah apa” kataku membuat tawa Diana makin kencang, horror berasa ada kuntilanak didalem rumah ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Kau Hadir
Fantasypenipu paling hebat adalah orang yg pura-pura bahagia ketika tidak bahagia dan penipu paling hebat yaitu aku, diriku sendiri priaku, kasih tak sampaiku aku rindu aku hanya ingin benar-benar bahagia bukan kepura-puraan seperti ini