Mirara

26 5 0
                                    

Jumat, 19.00- Rumah Vania

Di ruang tengah, tampak vania dengan pakaian santainya sedang melihat acara kartun kesukaannya. Ia tertawa tiap kali tokoh utama kartun itu melakukan sebuah kekonyolan.

"Vania, kenapa kamu masih disini. Ini waktunya kamu untuk belajar," tegur ayahnya.

"Vania tadi sudah belajar ayah. Vania butuh hiburan sedikit, vania merasa penat," jawab vania tanpa menatap wajah ayahnya.

"VANIA?! AYAH BILANG INI SAATNYA KAMU BELAJAR, KEMBALI KE KAMAR?!" Bentak ayahnya.

"Ayah Vania tertekan jika terus menerus belajar. Vania juga butuh sedikit pengalihan."

"Jika kamu seperti ini maka ayah akan mendatangkan guru di rumah."

"Ayah kumohon jangan, sudah cukup dengan ayah mendaftarkanku di tiga tempat les yang berbeda."

"Kalau begitu kembali ke kamarmu dan belajarlah atau ayah akan memanggil guru les untukmu."

Vania mulai berjalan meninggalkan ayahnya kembali ke kamar. Sebelum ia menutup pintu kamarnya ia sempat mendengar ayahnya mengatakan peringatan.

"Ingat Vania ayah ingin kamu masuk ke Harvard. Jika ayah sampai tahu kamu seperti ini lagi dan kamu ketahuan sedang bermain handphone di kamar maka ayah tak segan memanggilkan guru les ke rumah ini."

Satu minggu setelah kejadian vania yang dimarahi oleh ayahnya kini ia semakin menjadi sosok yang pendiam bahkan terkesan tak peduli dengan sekitarnya. Ia kini menekuk medua tangannya diatas meja untuk ia jadikan bantal dan mulai memejamkan matanya.

"Vania lo sakit?" Tanya Ghea.

"Yakali seorang Vania sakit, enggak mungkin lah," jawab Vania.

"Tapi kamu pucet banget ditambah badan kamu mirip tengkorak berkulit," canda Ghea.

"Sialan!"

Ghea tertawa dengan reaksi Vania. Ia memang suka meledek Vania hingga kesal.

"Vania, aku mau liat PR kamu boleh? Aku kurang dua nomer yang belum aku kerjain karena bingung," tanya Dimas teman satu kelas Vania.

"Kamu enggak bisa ngerjain atau emang enggak ngerjain?" Sinis Vania.

"Aku beneran nggak bisa ngerjainnya."

"Maaf aku nggak mau ngasih jawaban aku ke kamu. Aku aja ngerjain sampai tengah malam dan kamu dengan gampangnya minta jawaban aku? Mending minta ke yang lain aja, yang kelakuan sama kayak kamu. Cuma bisa minta jawaban PR tanpa mau usaha ngerjain."

Dimas yang tersinggung, langsung pergi meninggalkan vania.

"Vania kamu keterlaluan banget bicaranya. Harusnya kamu bicara sopan jika tak mau memberikan jawaban PR-mu," tegur Ghea.

"Kalau aku memberikan jawabanku maka mereka akan menjadi sainganku dan aku tak mau hal itu terjadi."

____

Istirahat pertama kali ini vania kembali ke perpustakaan seperti yang ia lakukan dihari- hari yang lalu. Vania fokus dengan buku tebal matematikanya serta pulpen yang ia ketukan di kepalanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MiraraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang