Gadis cantik dengan rambut ekor kuda, tak hentinya sedari tadi menongok ke arah luar jendela pesawat lion air yang sedang mengudara di ketingian 3000 kaki dari tanah.
Dirinya merasa sangat bahagia, mengingat sebentar lagi akan tiba di negara pria kesukaannya.
Setelah perdebatan panjang dengan ayah serta ibu, yang pada akhirnya mau menuruti ke mauan dirinya untuk pindah kembali ke ibu kota indonesia itu dengan syarat akan menuruti kemauan keduanya.
"sayang, apa kamu tidak merasa lelah? Jika lelah istrihatlah. Sepertinya masih butuh beberapa jam untuk mendarat"
Suara ibu disamping ku tadi membuat aku mengalihkan pandang pada dirinya. Aku tersenyum.
"tidak ibu, aku tak sabar ingin cepat sampai. Jika bisa, rasanya detik ini juga aku ingin langsung sampai" jawab ku sambil nyengir kuda.
Ibu tertawa lalu mengusap kepala ku sayang.
***
Setelah cukup lama mengudara, kini gadis itu telah menginjak kakinya di ibu kota. Bibirnya terangkat ke atas membentuk senyum manis.
"welcome to Jakarta, semoga dengan segera aku menemui dia"
Katanya dengan semangat, namun tidak sampai berteriak, dirinya masih punya malu jika harus berteriak dan jadi pusat perhatian orang-orang sekitar.
"ayo sayang, ari dan abang sudah menjemput kita di lobi" ayah menarikku untuk segera berjalan meninggalkan lapangan penerbangan.
Saat sampai di lobi, kami mengarahkan pandang mencari keberadaan kakak dan ari -sopir keluarga kami."merindukan abang hemmm"
Katanya sambil memeluk ku dari belakang. Aku tidak terkejut, sudah biasa dengan perlakuannya begini.Aku memutar tubuh untuk menghadap dirinya "aku very-very miss you brother" kataku sambil nyengir kuda
Abang melepaskan pelukan kami, tangan jailnya mengacak rambutku yang agak sedikit bewarna. Tentu aku marah, sebab rambutku berantakan.
"ga usah sentuh-sentuh kalo mau ngerusak deh"
Dia tertawa ringan.
"its oke babby, ayo balik kerumah dan main game sepuas mungkin, oke?""tentu saja aku tidak menolak"
Abang menyalami ibu dan ayah, memberi peluk hangat untuk melepas rindu. Lalu setelah itu menarik koper dan menggandeng tanganku menuju mobil untuk pulang kerumah.
***
Di kediaman keluarga albert, sebuah keluarga harmonis sedang makan malam bersama. Setelah usai makan malam tak ada satu orang pun yang beranjak dari kursi.
Gadis dengan balutan piama bergambar hewan telinga panjang itu terlihat asik memakan puding buatan sang ibu.
"senja, kamu udah ayah daftarin di sekolah sesuai kemauan kamu" kata ayah memulai pembicaraan.
Senja yang mendengar langsung tersenyum senang "lalu, mulai kapan aku bisa masuk yah?" tanya nya antusias
"besok juga bisa jika kondisimu lebih baik. Tapi sepertinya kamu harus istirahat dulu, minggu depan baru masuk"
Gadis itu mengegeleng kepala tanda tidak setuju dengan ide sang ayah.
"malam ini senja akan menyiapkan perlengkapan, besok pagi harus sudah masuk sekolah, senja sudah pengen sekolah yah"
"eleh, bilang aja mau ketemu fajar" ketus kakaknya tak suka.
"ya itu termasuk dong!" katanya berseru
"kan senja udah kangen" lanjut dirinya sambil tertawa sendiriAyah ibu serta kakak langsung menggelengkan kepala dengan tingkah gadis itu.
"tapi harus jaga kesehatan oke, nggak boleh cape-cape" kata ibu mengingatkan anak gadisnya.
"siap ibu" jawabnya sambil memberi hormat ala pasukan kepada komandan.
"besok berangkat mau di antar ayah, abang atau kak ari?"
"emmm" katanya bergumam sambil mengetuk jaringa pada dagu, seolah pertanyaan yang sulit dan harus di jawab dengan benar. "abang aja deh, ayah kan harus ke kantor cabang" matanya menatap sang kakak yang asyik menyesap kopi.
"ngga mau bareng albi aja?"
"enggak bang, kan dari tadi siang senja belum ketemu albi. Masa tiba tiba mau berangkat bareng, kan ga enak. Nanti pas di sekolah senja pasti nemuin albi kok" menggaruk pipinya seolah gatal "kalo ketemu tapi, senja kan mau ketemu fajar dulu, hehe" lanjutnya sambil ketawa.
Sentilan pelan tepat mengenai dahi gadis itu, ia langsung mengusapnya dan menatap tak suka pada sang kakak.
"apaan sih, sakit tau" katanya ketus.
"fajar mulu dari tadi, kamu kan belum ketemu fajar sejak terakhir dulu, siapa tau fajar sekarang ga cakep lagi, banyak jerawatnya, hitam, gemuk lagi"
Jawab sang kaka seolah tau betul fajar seperti apa di masa sekarang.Gadis itu sungguh kesal, dengan kekuatan ekstra dia mencubit lengan kakanya begitu kuat , hingga si korbang menjerit keras.
"aaarrgghhh!!! Ibu senja monster" katanya sambil mengusap bekas cubitan sang adik.
"kamu sih, ngeledek mulu, ya terima akibatnya kalo monsternya ngamuk" balas ibu santai.
"fajar tetep ganteng, tetep keren, tetep oke. Aku yakin banget, bahkan aku lebih yakin kalo fajar lebih dari yang dulu. Ngga kayak abang" katanya sambil menjulurkan lidah pada kakanya.
"eleh, itu kan maunya kamu"
"sudah-sudah, senja ayo persiapkan barang-barang mu, sebentar lagi malam" ayah angkat bicara setelah dari tadi diam bak penonton adegan debat kedua anaknya itu.
"ayo sayang, ibu bantu"
"baik ayah, mari bu kekamar senja"
Semua orang berdiri dari meja makan, terkecuali sendri yang masih setia duduk dan melihat ke arah anggota keluarganya.
"loh, kok ayah ikut berdiri" tanya nya bingung.
Pria kepala empat itu berbalik badan dan memandang putra nya sambil mengerut kan dahi juga alis sebelahnya yang terangkat ke atas, tanda bahwa dirinya tidak faham atas pertanyaan sang anak.
"bukannya mau duduk di sini ngobrol bareng sendri" ucapnya lagi dengan polos.
"ayah mau ke ruang kerja, ngecek email dari sekretaris ayah, katanya malam ini akan di kirim"
Semuanya lanjut berjalan meninggalkan sendri, Lagi.
"semua aja ninggalin sendri, emang cocok kok di nelangsain begini" ucapnya dramatis seolah dirinya tersakiti sangat dalam.
"ga usah drama abang! Cepet kerjain tugas kuliahnya biar cepet lulus" teriak senja dari arah tangga.
***
Sedangkan ditempat lain, tepatnya di rumah keluarga wincaksono, seorang pria sedang mengatur nafas usai bangun tidur. Tak biasanya dirinya mimpi apalagi sampai seburuk ini, keringat dingin membanjiri tubuhnya. Bukan takut tapi hanya merasa aneh saja."apa gua tidur kecepetan dari jam biasanya sampe mimpi begini sih" decakan keluar dari mulutnya. fajar menggaruk kepalanya soalah ada rasa gatal di sana.
Masih sambil mrnggaruk kepalnya dia berjalan ke arah kamar mandi dan mencuci muka. Usai dari kamar mandi dia turun ke bawah untuk membuat cokelat hangat, malam sedikit dingin dan sepertinya sudah lebih dari dini hari.
Cokelat hangat sudah ada di tangan dan akan di bawa ke meja depan televisi. Menyelonjorkan kaki ke kosa sambil menompang dagu dengan tangan, fajar merasa dirinya resah, seperti ada sesuatu yang akan menimpa seseorang sekitar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Fajar
Teen Fictionrasa yang hadir tak dapat selalu di tuntaskan dengan ujung bahagia, dua anak manusia yang saling mencintai namun terhalang takdir. sama-sama di kagumi indah menawan memukau tapi tidak dapat di satukan *** "biar pun akan terkubur bersama kenangan d...