04 - TXT : Evidence

2.1K 296 1
                                    

...

Priiittt!!

Suara peluit guru olahraga memekik amat nyaring dan membuat Beomgyu dan team-nya menutup telinga rapat-rapat. Telinga mereka sakit mendengar suara peluit itu.

Sang Guru yang sedari tadi berdiri di sudut lapangan dan sesekali bergerak memberikan arahan pun dibuat melangkah memasuki lapangan dengan sorot kelewatan bengis siap meluapkan celotehan yang amat pedas.

Langkah kaki Sang Guru bahkan sudah semakin besar agar segera cepat mendekat. Kulit tan pria itu terlihat mengkilap di bawah paparan sinar matahari, membuat kesan eksotis kian melekat kuat dalam diri Guru Olahraga itu. Namun bukan itu poin pentingnya, karena sekarang semua players yang ada di lapangan tengah menyiapkan hati dan batin agar tidak sakit hati mendengar ucapan dari Sang Guru.

Hingga langkah panjang itu mulai memasuki lingkaran tree point, wajah bengis itu tidak juga melunak, maka yang dibuat gugup setengah mati kali ini adalah Beomgyu karena pria berkulit tan itu berhenti tepat di hadapannya.

"KATAKAN PADA KU APA YANG MEMBUAT MU TIDAK FOKUS, BEOMGYU-SSI!"

Glek

Beomgyu menelan ludah susah payah saat melihat wajah guru favorit-nya kini menatap marah padanya. Lapangan yang tadinya ramai akan hiruk pikuk siswa yang berteriak nyaring menyoraki nama team idolanya; kini mendadak diam hening tidak bersuara. Sepertinya mereka juga menahan napas sama seperti yang dilakukan Beomgyu.

"Dari awal aku sudah ingin mengeluarkanmu dari team karena tatapan kosongmu itu membuatku berpikir kau tidak akan berguna! Namun mengingat prestasimu di bidang ini, aku mengabaikan kekosongan matamu itu dan tetap menggunakanmu dalam permainan! Tapi sepertinya kau sudah mengecewakanku! Sejak tadi aku susah payah berteriak menyebutkan namamu agar kau bisa fokus pada permainan dan mencetak skor seperti yang sudah-sudah! Namun kau tidak mendengarkanku dan malah terus-menerus drible padahal itu sama sekali tidak ada gunanya karena kau sudah berada di lingkaran ini!"

Lapangan indoor itu benar-benar hening sekarang. Tidak ada suara sekecil apapun seolah napas pun enggan keluar saking takutnya.

Pun dengan segala ketakutan yang kian membesar tidak karuan, Beomgyu menelan ludah lagi dan mendongak yakin. Karena seseorang pernah berkata, jangan menunduk saat kau sedang di nasehati. Dan omelan Pak Kim ini adalah nasehat baginya meskipun terdengar amat perih di hati.

"Maafkan saya, Pak."

Beomgyu meminta maaf dengan cara laki-laki yang sebenarnya. Mengangkat kepala dan berucap tegas. Itulah salah satu alasan kenapa Beomgyu menjadi siswa kesayangan Pak Kim. Menjadi nama yang selalu dijadikan kebanggan di ruang guru dan membuat remaja berusia empat belas tahun itu dikenal semua guru.

"Maafmu tidak akan bisa membuat bola ini masuk ke dalam ring! Maafmu tidak akan bisa membuat team-mu menang dalam pertandingan minggu depan! Dan maafmu benar-benar tidak berguna di telingaku!"

"Saya meminta maaf dan saya berjanji tidak akan membuat kesalahan lagi, Pak. Saya akan mencoba fokus sebisa saya, dan saya akan memenangkan latihan ini sesuai rencana kita. Saya mohon kesempatannya."

Semua tercengang. Berita tentang 'hanya Beomgyu yang berani membalas ucapan Pak Kim dengan tidak takut-takut' kini disaksikan seluruh siswa yang ada di bangku penonton. Tenyata itu bukan sekedar omong kosong belaka yang sengaja dibuat agar pamor atlet kebanggan sekolah itu semakin naik. Ternyata memang benar, bahwa Beomgyu memang berani membalas ucapan Pak Kim dengan lantang.

"Kubilang maafmu sangat tidak berguna di telingaku! Kau tuli?!"

"Baiklah, saya tidak akan meminta maaf. Jadi ... saya berjanji akan membuat semuanya kembali membaik dan kita akan memenangkan latihan ini serta pertandingan nanti, Pak. Saya siap dikeluarkan jika saya mengecewakan!"

TOMORROW BY TOGETHER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang