Kamar pasien dengan nomor 520 di Rumah Sakit Seoul itu siang ini begitu gaduh dengan suara batuk dan ocehan lirih seorang dokter muda.
Tubuh mungil yang ringkih berbalut pakain pasien berwarna biru langit itu terus berguncang di duduknya. Tangan mungilnya ia gunakan untuk menutupi mulutnya yang terus-terusan batuk. Semakin bertambah hari penyakitnya kian bertambah parah, puluhan obat sudah dirasakan tubuhnya, kantung infuspun terus-menerus silih berganti mengalir melalu selang dan masuk kedalam tubuh mungilnya.
Tidak ada harapan.
Itulah kata sang dokter.
Tubuh mungil dengan kulit sedikit pucat karena sakit, rambut bergelombang coklat tua yang terlihat semakin tipis, mata rusa yang bening namun sekarang terlihat letih, dan bibir mungil cherry yang terus-terusan terbatuk.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!"
"Luhan, kau harus mengikuti kemo—" pinta sang dokter bername tag Kim Min Seok itu dengan lirih. Dokter yang selalu setia berada di sebalah kiri ranjang rawatnya itu, ia mengenakan kemaja biru langit dimasukkan kedalam celana dengan sangat rapih dan satu kancing atas terbuka, celana bahan berwarna hitam yang pas pada kaki mungilnya, sabuk kulit coklat sebagai penghias tambahan, sepatu pantofel hitam yang mengkilat, stetoskop bertengger pada lehernya, dan terakhir surai hitam dengan poni miring ke kiri. Minseok berdiri disamping kiri ranjang pasien sejak sejam yang lalu, dokter berpipi bulat dengan mata kucing itu menautkan alisnya khawatir dan juga kesal. Pasalnya bocah yang menjadi pasiennya ini terus-terusan menolak usulannya—padahal ini semua demi kelangsungannya hidup dibumi.
"Ti—Uhuk! Tidak mau! Uhuk! Uhuk!" bantah sang pasien masih terus menutupi mulutnya yang terus-terusan batuk.
"Ini demi kebaikanmu sayang, jika kau tidak diobati maka kankermu akan semakin bertambah parah." ujar Minseok memberi tahu. Alisnya bertambah berkerut sedih melihat keadaan pasien yang ia tangani selama 3 tahun belakangan ini.
"Lulu tidak mau! Setiap kali Lulu mengikuti kemoterapi rambut Lulu selalu rontok, kumohon dokter, biarkan Lulu seperti ini. Lulu berjanji, Lulu akan meminum obat pemberian dokter sebanyak apapun itu! Lulu Janji!" pinta Luhan—sang pasien—dengan wajah memelas, manik rusanya yang bening sudah mulai berkaca-kaca saat mengatakannya.
"Tapi memang begitulah efeknya. Rambutmu akan rantok, tapi penyakitmu akan hilang. Kau mau kan?"
"Tidak mau! Jika rambut Lulu habis maka Lulu akan terlihat seperti monster! Jika Lulu seperti monster maka Hyung tidak akan datang menjenguk Lulu, dan Lulu tidak akan pernah bisa pulang!" Luhan memegangi rambutnya yang mulai menipis. Ia takut mimpi buruknya menjadi kenyataan, dan itu karena kemo yang harus dijalaninya.
Dokter mungil bermata kucing dengan pipi bulat itu hanya bisa menatap sedih sosok mungil yang begitu rapuh ini di hadapan kedua mata kucingnya. Selama 5 tahun Luhan dirawat di rumah sakit, tidak ada satupun anggota keluarganya yang mengunjunginya, bahkan orang yang selalu dipanggil 'Hyung' olehnya tidak pernah datang mengunjunginya. Terkadang Minseok bertanya-tanya, bagaimana caranya bocah mungil ini bisa masuk ke rumah sakit ini seorang diri?
YOU ARE READING
FORGIVE ME, HYUNG (ONESHOT)
FanfictionSetelah menelantarkan sang adik, Oh Sehun baru menyadari kesalahannya saat di masa lalu. Setelah semua kebenaran yang didapatnya, yang bisa dilakukannya hanyalah menyesali pilihannya dan meminta maaf tanpa tahu apakah ia telah dimaafkan. Hunhan fanf...