01 Si-kunti

40 11 16
                                    

'Demi apa gue bisa berduaan sama ni kunti?'.

'Ini hatle juga sepi, mana hujan lagi, kan suasananya tambah horor gini'.

Dipta terus menggerutu atau membatin sendiri sambil melirik ngeri cewek disampingnya.

'Eh bentar deh, kata orang-orang kunti itu kan ngga napak, mending gue cek aja'.

Dipta langsung mengambil pulpen didalam tasnya dan pura-pura menjatuhkannya tepat didepan kakinya.

"Aduh.. Jatoh lagi" Dipta berucap sambil melirik Ara dengan ujung matanya, dia melihat Ara yang masih menatap lurus hujan didepannya.

"Segitu seramnya ya gue?".

Suara dingin itu menghentikan aktivitas Dipta yang hendak mengambil pulpennya dan mengecek apakah Ara itu napak.

'Lo laki apa bukan sih dip, haha, berani cuma ngebatin gini, bicara langsung dong sama orangnya, tatap matanya'.
Dipta menggoyangkan kakinya yang lemas.

Perlahan-lahan Dipta menolehkan kepalanya menghadap ke sisi kiri tempat Ara duduk.

'Rambutnya panjang lagi. Kulitnya juga putih pucat'.

'Ok. Mungkin lain kali aja gue kenalannya'.

"Kenapa?" suara dingin itu lagi membuat Dipta menahan nafasnya.

'Dia.. Cenayang?'.

Dipta menoleh lagi dan Ara masih menatap lurus ke depan.

"Iya. Dan gue mau----
Ucapan Ara terpotong karena Dipta "A..apapun. Asal jangan gentayangin gue".

Ara menoleh ke arah Dipta dan melepaskan hadseat ditelinga kanannya. "Lo ngomong sama gue?".

Deg! Jadi dari tadi Ara bicara di telfon pakai headset?.

'Wahai semesta, ilangin gue sekarang'.

Suara mas-mas angkot menarik perhatian Ara "Gue duluan ya" Ara berlari ke arah angkot dan angkot itupun sudah meninggalkan Dipta seorang diri di Halte.

"Sialan. Gara-gara gue  ngeliatin tu kunti, gue jadi ga sadar ditinggalin angkot" Dipta mengacak rambutnya frustasi.

Yha. Dia adalah Ara. Ara yang duduk sendiri dibangku pojok. Ara yang Memiliki kulit putih pucat, dan rambut lurus yang panjang. Jadi banyak yang mengatakan di sekolah kalau dia memiliki aura mistis dan sering dipanggil 'si kunti'.

Tetapi Ara merupakan anak kesayangan para guru-guru karena memiliki prestasi yang cukup tinggi, dan Ara sangat berprestasi dibidang Sastra.

Banyak murid di sekolah yang tidak mau berteman dengan Ara karena banyak yang bilang Ara itu aneh.

Ara hanya mempunyai teman dirumah, yaitu 'si kucing hitam'. Ara sudah lama merawat kucing itu, kucing yang dia dapat digot rumahnya saat kelaparan. Semenjak saat itu kucing yang berwaran hitam gelap tanpa belang itu menjadi teman Ara di rumah.

--------------------

"Lo tau Ara ngga?".

'Arah kemana?'.

"Gue serius kali Yo, lo inget ngga?".

'Gue juga serius Dip, Arah yang mana?'.

Dipta kesal karena tidak puas dengan jawaban yang diberikan Gio, Dipta lalu mematikan sambungan.

"Arghh.. Gue nya yang ngga tenang".

Dipta menghubungi nomor Gio kembali.

"Yo".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIPTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang