Part 1 (Pasien Agresif)

9.2K 329 53
                                    

POV Excel

.

Menjadi seorang dokter, muda, tampan, dan mapan, kata orang mudah untuk mendapatkan jodoh. Tapi itu kata orang, bukan kata takdir. Kenyataannya aku masih betah dengan status jomblo ditinggal kawin alias Jowin.

Sakit memang, sudah dibohongi, masih pula diselingkuhi. Kadang aku merasa harga diriku sudah tak ada artinya lagi di mata Karin.

Wanita itu sudah meninggalkanku demi laki-laki lain, dan nyatanya si lelaki brengsek itu tak lain adalah sahabatku sendiri. Tapi anehnya, Karin masih gencar menemuiku. Sekadar menumpang curhat masalah rumah tangganya, dan ujung-ujungnya minta ditraktir makan nasi padang punya Uda Roni.

Berbulan-bulan aku terpuruk dengan predikat mantan gagal move on. Karin dan Ryan sudah menikah. Bahkan sekarang dia sedang mengandung buah cintanya dengan si cecunguk itu. Tapi aku bisa apa, saat Karin tiba-tiba datang sebagai pasienku? Dan secara terang-terangan meminta Dokter Excel Sp.OG yang terkenal tampan dan kalem ini untuk menjadi dokter kandungannya. Apakah aku akan menolak? Tidak. Sama sekali tidak. Aku berusaha untuk profesional dalam bekerja.

Sudah dua tahun aku bekerja sebagai dokter kandungan di salah satu rumah sakit terbesar di kota Jogja. Hampir setiap hari aku selalu dikerubuti oleh mama-mama muda cantik. Tubuh mereka yang mulai berisi, serta perut yang sudah terlihat buncit itu menjadi daya tarik tersendiri untuk memikat kaum adam. Sayang, mereka ini statusnya istri orang, bukan istriku. Dan rasa kesepian itu kembali mengusikku.

Hari Rabu biasanya aku membuka praktik pada malam hari. Pukul 20.00 WIB aku baru saja memasuki ruang periksa. Asistenku bernama Vira mulai memanggil nama pasien berdasarkan nomor urut untuk menghadapku.

Malam ini rata-rata pasien yang aku jumpai kebanyakan ibu-ibu hamil yang ingin memeriksakan kondisi kesehatan janinnya. Sampai pada pasien nomor 16, aku mencium aura yang berbeda dari pasienku ini.

Aku bukan indigo yang bisa peka terhadap aura-aura aneh. Aku mempunyai satu kelebihan unik yang tidak dimiliki oleh pria lain. Aku bisa menebak apakah seorang gadis masih segel atau tidak lewat tatapan matanya.

Pasien nomor 16 adalah seorang wanita muda. Wajahnya tampak cantik meski sedari tadi ia selalu menunduk. Dengan potongan rambut pendek sebahu, dia terlihat menggemaskan sekaligus imut.

"Dengan Mbak Prita Salsabila?" Sekilas aku meliriknya, setelah aku membaca biodatanya di buku agenda pasien.

Di sini tertulis jelas kalau si Prita ini sudah menikah tiga tahun lebih. Keluhannya ingin memiliki anak, tapi aku merasa curiga dengan pasien yang satu ini.

Pasien yang bernama Prita itu duduk di kursi depan mejaku. Dia hanya mengangguk saat aku menyebut namanya.

"Mbak Prita ingin punya anak? Lalu mana suaminya? Kenapa tidak ikut?" Saat aku bertanya seperti itu, Prita mulai berani menatapku. Wajahnya memang seratus persen cantik. Pipi tirus, hidung mancung, tapi ada yang berbeda dengan matanya.

Saat menatap matanya, aku langsung bisa menebak dia masih segel atau tidak. Dan tebakanku kali ini sukses membuat aku terkejut.

Dia sudah menikah, tapi dia masih segel. Belum pernah melakukan hubungan suami istri pada umumnya.  Aneh. Sangat aneh dan jelas tidak wajar.

"Eum ... kalau boleh saya tau, Mbak ada kendala apa? Haid tidak lancar, atau mungkin punya riwayat penyakit kandungan sebelumnya?" Tiga kali aku bertanya, si pasien yang mengenakan blouse putih serta rok span hitam itu masih bergeming.

Aku pun memilih garuk-garuk kepala. Bingung juga menghadapi pasien yang malu-malu kucing seperti ini. Sampai sebuah pertanyaan gila tiba-tiba muncul dalam otak. Dengan tarikan napas panjang, aku memberanikan diri bertanya masalah pribadi pada Prita.

Make You PregnantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang