chapter 1

8 1 0
                                    

Aku tidak pernah tahu, jika tak sengaja memandangmu yang sedang tersenyum, mampu membuatku jatuh cinta...

Arina G. A

.
.
.

Dia, laki-laki yang selalu menjadi sasaran pandangku disaat jam kosong, laki-laki yang membuatku jatuh hati untuk pertama kalinya hanya karena tak sengaja memandangnya, senyuman hangat miliknya, membuat ia semakin terlihat tampan. Dan juga laki-laki yang sama, yang membuat perasaanku tak karuan.

"Woy, Arina!" Seruan seseorang membuyarkan lamunanku tentang dia, membuatku sedikit kesal dan menoleh padanya. Shasa, teman sebangku-ku yang lumayan menyebalkan.

"Apa?" Tanyaku sambil kembali memandang sosok tampan yang saat ini sedang duduk dibangku paling depan dekat meja guru.

"Heleh, diliatin mulu! Samperin sana, diembat orang, tau rasa lu!" Bukannya menjawab, Shasa malah berucap seperti itu. Membuatku semakin kesal saja.
Kuputar bola mataku, lalu mendengus pelan, mendiamkan temanku itu, dan kembali menatap pujaan hatiku diam-diam.

Oh tidak!

Segera ku alihkan pandanganku pada whiteboard yang berada didepan ruang kelas, ketika dia menoleh kearahku dan meletakkan komik yang sedari tadi dibacanya.

Apakah dia sadar sedang dipandangi olehku?

Demi Chanyeol EXO yang tampan dan digilai banyak wanita, aku akan sangat malu jika ia mengetahui aku selalu memandanginya.

"Heh, titisan Valak! Lu dipanggil tuh sama si Rachel" ucapan Shasa membuatku yang sedang mengalihkan tatapan, terkejut bukan main.

"Hah, apa?" Mendengar suaraku yang cukup kencang, membuat seluruh murid ~termasuk dia~ yang berada dikelas menatapku heran.

Aish, aku benar-benar merutuki kebodohan dan kelambatan kerja otakku yang selalu datang tidak tepat waktu.

***

Namanya Arina Ghayda Arkana, siswi tingkat akhir di SMA Garuda. Hanya seorang siswi biasa dengan nilai rata-rata, tempat duduk di pojok belakang dekat salah satu jendela kelas, dan kerap kali berkelakuan aneh yang membuat sahabatnya ingin sekali menendangnya ke Antartika atau menenggelamkannya ke Samudra Hindia.

Teman sebangkunya, Shasa Naura Firlyana, perempuan yang sedikit menyebalkan dengan segala ucapannya, si pemalas yang entah mengapa bisa menduduki peringkat tiga, perempuan dengan motto "No Game, No Life!". Dan sialnya, dia adalah sahabat dekat Arina sejak duduk di bangku SD.

Satu lagi, Livina Arsyla, teman dekat Arina dan Shasa. Sifatnya yang humble, ramah, si pintar yang sopan dan anggun didepan orangtua dan keluarga, namun bersikap barbar bersama teman-temannya. Juga satu-satunya siswi yang membuat Arina maupun Shasa segan untuk membantah ataupun mengabaikan nasehatnya karena ia sudah seperti ibu bagi mereka.

Arina menyukai salah satu teman laki-lakinya di kelas. Dia bukan satu-satunya most wanted ataupun yang tertampan di sekolahnya. Hanya seorang siswa biasa, tampan, berprestasi, rajin, wakil ketua OSIS dan menjabat sebagai ketua kelasnya di kelas 3 sekarang.

Saat itu pada saat masih kelas 10, jam pelajaran Bahasa Indonesia sedang berlangsung. Namun, sang guru tidak bisa masuk karena ada urusan, dan mereka diberi tugas untuk membuat sajak.

Arina yang sedang berpikir keras sambil mengigiti ujung pulpen yang tertutup, tak sengaja memandang laki-laki dengan undercut hair-nya yang sedang tersenyum sambil berbincang dengan teman sebangkunya.

Tatapannya tak berpaling dari laki-laki yang menurutnya tampan itu, tanpa di sadari dia ikut tersenyum. Dan siswi itu jatuh hati untuk pertama kalinya pada sosok dia. Ramandika Satria Deffandra.

"Memandang wajahmu cerah, membuatku tersenyum senang. Indah dunia" Arina mengalihkan tatapannya pada Livina yang sedang menggambar abstrak, saat mendengar lantunan lagu yang keluar dari bibir tipis temannya.

"Gua tau kok, gua itu cantik kayak aktris korea. Tapi gak usah liatin gua kayak gitu dong. Serasa di teror nih gua!" Ucapan Livina membuat perempuan berambut sebahu yang bergelombang itu memotar bola mata malas.

"Kadang gua tuh heran, kenapa gua masih betah temenan sama dia? Padahal temen gua yang lainnya banyak."

"Yaelah, emang lu gak sadar? Gua kan pake pelet, biar lu sama si Shasa nempel terus sama gua" ucapan Livina, membuat Arina menoleh cepat padanya yang kini sedang mengerjakan tugas sajaknya. Seingatnya, dia bergumam sangat pelan. Namun, sepertinya telinga sahabatnya ini terlalu peka hingga dapat mendengar suaranya tadi.

"Bodoamat lah!" Ucapnya sebelum mulai mengerjakan tugas yang diberikan.

***


Sejak tak sengaja memandangnya hampir tiga tahun lalu. Kini Arina jadi selalu dan sengaja memandang Ramandika ketika jam kosong, ataupun saat sedang ingin. Bahkan dia sering kali menaruh kotak bekal buatannya sendiri di bawah meja atau di loker milik laki-laki itu jika pemiliknya lupa menguncinya. Dan dia semakin bersemangat untuk selalu menyimpan kotak bekal makanan untuk Ramandika, ketika tanpa sengaja ~pula, ia melihat laki-laki itu memakan habis bekalnya.

"Dik, lu nanti udah bisa ikut tanding kan?" Pertanyaan dari Eggy untuk Ramandika yang sedang menulis sesuatu dibukunya, mengalihkan fokus siswi dengan rambut yang diikat satu itu pada buku novel yang sedari tadi dibacanya.

"Bisa lah. Lagian gua udah gak apa-apa kok!" Jawaban Ramandika membuat Arina membolakan matanya seketika.

Yang dia tahu, kaki Ramandika terkilir parah saat sedang berlatih seminggu lalu, dan ia rasa kakinya belum terlalu pulih, karena ia pernah juga terkilir seperti itu

"Jangan ikut!" Pekik Arina spontan, membuat Dika, Eggy, Shasa dan juga Livina yang berada didekatnya menoleh heran padanya.
"Astaga, gua ini bodoh banget sih!" Pikir Arina.

"Pokoknya sa, lu jangan ikut audisi Rising Star itu!" Lanjutnya, sambil mengedipkan mata pada Shasa agar mau membantu dirinya.

"Loh, kenapa gak boleh? Kan gua pengen jadi penyanyi" Arina merasa lega karena temannya dapat mengerti. Dan membuat Dika dan Eggy terfokus kembali pada pembicaraan mereka tadi.

***

"Loh, Arina lu ngapain disini?"

.
.
.
.
.
.
.
.
.

To be Continue


Jengjengjeng...

Hallo, readers!
Ini pertama kalinya saya publish cerita di akun wattpad saya, dan sebagai perkenalan juga sih ya.

Semoga readers pada suka, heheh.
Maaf jika penulisan dan segala tetek-bengeknya masih berantakan. Jika ada saran atau kritikan, silahkan!
Saya akan membaca dan menerimanya sepenuh hati.
Ohya, jangan lupa juga tekan bintangnya.

Terimakasih.

How Are You, My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang