"Loh kak, kenapa lu ada disini?" Tanya Aditya kepada kakak perempuannya yang sudah ada di depan sekolahnya.Shanin langsung mengajak adiknya untuk mengikutinya.
"Mau kemana kak? Inikan bukan jalan buat ke rumah?."
Shanin menghapus air matanya dengan kasar.
"Kenapa lu nangis?"
"Nata.."
Aditya langsung merasakan perasaan tidak enak tentang saudaranya. "Nata kenapa? Dia baik-baik aja kan, Kak?"
Shanin menggeleng. "Gue gak tau, tadi Bunda nelepon gue. Katanya Nata masuk rumah sakit."
"Terus sekarang gimana keadaannya? Dia baik-baik aja kan?"
"Gue gak tau Dit, gue juga khawatir sama Nata.."
Taksi yang mereka tumpangi telah tiba di lobby rumah sakit, Shanin dan Aditya langsung bergegas pergi menuju resepsionis dan menuju ruang rawat adik mereka.
Shanin dan Aditya dapat melihat kedua orang tua mereka yang duduk di depan ruang rawat Adinata.
"Bunda, Ayah.."
Cantika dan Naufal menolehkan kepalanya. "Sayang, kalian udah pulang? Gimana sekolah kalian?"
"Bun, Nata gimana?"
Cantika tersenyum, namun air matanya menetes. "Adik kamu baik-baik aja, kata Om Adi keadaan adik kalian sempet menurun."
"Terus sekarang, gimana keadaannya?"
"Dia lagi istirahat."
"Boleh kita masuk Bun?"
Cantika dan Naufal tersenyum dan mengangguk. "Masuk gih, adek kamu pasti nungguin kamu."
Shanin dan Aditya langsung masuk kedalam ruang rawat Adinata. Di lihatnya oleh mereka ada Adi yang berada di samping ranjang pesakitan adik mereka.
"Om Adi..."
Adi tersenyum ketika melihat Shanin dan Aditya ada di dalam ruang rawat Adinata. "Kalian, udah nyampe? Nata terus nanyain kalian berdua."
Aditya dan Shanin langsung mendekat, melihat wajah pucat adik mereka yang terhalang oleh masker oksigen-meski hanya hidung dan mulutnya- tidak membuat ketampanan Adinata berkurang.
Air mata Shanin menetes ketika melihat keadaan adiknya. "Lu kuat ya Nat.."
"Gue anak yang kuat Kak.." Kata Adinata lirih dan pelan.
Shanin mengangguk. "Iya, itu baru adek gue. Lu harus kuat, gue yakin lu pasti sembuh."
"Doain ya Kak.."
"Gue pasti doain lu, pasti."
Adinata menolehkan kepalanya ke arah Aditya yang berdiri di sisi lain ranjang pesakitannya. Adinata terkekeh kecil ketika melihat saudara kembarnya menangis. "Lu cengeng.."
Aditya menghapus air matanya kasar. "Engga, gue ga cengeng. Gue cuma kelilipan doang."
"Basi banget alasan lu, Dit.."
Akhirnya Aditya menyerah, dia menangis di hadapan Adinata. Tangan Adinata yang terbebas infus mengusap pelan tangan saudaranya. "Jangan nangis, lu jelek. Gue ga suka."
"Hiks..jangan sakit lagi..hiks..gue takut.."
Adinata tersenyum. "Gue juga ga mau sakit Dit, doain gue, selalu ada di deket gue. Kata Bunda sama Ayah, gue bakalan kemoterapi minggu depan. Lu mau kan temenin gue?"

KAMU SEDANG MEMBACA
ADINATA ✔ [TERBIT]
Fanfiction[Beberapa Part Di Hapus untuk Keperluan Penerbitan] Namanya Adinata Putra Pranaja yang memiliki kekurangan. namun semua anggota keluarganya tidak mempermasalahkannya. Semua anggota keluarganya sangat menyayanginya, melebihi apapun. Namun dalam sebua...