Jam masih menunjukkan pukul lima pagi, ketika pintu kontrakan Saras yang mungil diketuk oleh seseorang dari luar.
Saras yang merasa terganggu dengan suara ketukan lambat namun cukup bertenaga itu, mau tidak mau keluar dari kamarnya dengan posisi kedua matanya yang sangat berat.
Sial! Siapa yang pagi buta seperti ini sudah mengganggunya? Tidak tahukah dia kalau Saras baru saja pulang dan terlelap sekitar setengah jam yang lalu?
"Siapa?"
Dengan sedikit jengkel, Saras membuka pintu kontrakannya dan melihat sosok tinggi berkulit putih yang sudah berdiri di hadapannya dengan sorot mata yang tidak jauh beda dengannya.
"Saras," tegurnya, membuat mata Saras yang tadi hanya terbuka seperempat, langsung terbuka sempurna.
"Pak Rino?" Saras bergumam melihat Rino--dengan pakaian tidurnya yang elegan-- berdiri di hadapan Saras.
"A-ada perlu apa, ya?" tanya Saras was-was, mengingat terakhir kali Rino datang ke tempatnya membawa Rafka yang sedang digulung emosi.
Ah, mengingat Rafka, Saras melongokkan sedikit kepalanya melihat ke arah belakang Rino. Ya, siapa tahu, tiba-tiba saja nanti Rafka muncul di hadapan Saras seperti adegan film horor yang akan membuatnya kaget untuk kedua kalinya.
"Aku tidak bersama Rafka." Ucap Rino, seolah tahu isi kepala dari raut wajah yang gadis itu tunjukkan.
"O-oh," Saras tersenyum dan mengusap tengkuknya canggung.
"Kalau begitu, ada apa ya, Pak Rino?" tanya Saras gugup.
"Apa Della ada di sini?"
"Tidak."
"Kau yakin?"
Saras menelan ludahnya susah payah mendengar nada bicara Rino yang seperti robot.
"Y-yakin, Pak..." angguk Saras setelahnya. "Bukankah, kemarin kami sudah memberi tahu alamat rumahnya di kampung? Jadi, dia tidak mungkin ada di sini."
"Yah, mungkin saja, karena saat ini dia tidak ada di kampungnya." Balas Rino cepat, seketika membuat wajah Saras menegang.
"Apa? Dia tidak ada di kampungnya?" beo gadis itu terbodoh, kemudian mengerutkan dahinya bingung.
"Kemana dia, Pak Rino?" tanya Saras, yang hanya dibalas gidikan bahu oleh Rino.
"Dia kabur."
"Kabur?! Kabur kemana?" tanya Saras lagi mendesak, dibalas pelototan mata jengkel dari pria di hadapannya.
"Adakah orang kabur mengatakan tujuannya, Saras?" ujar pria itu ketus, sontak membuat Saras terdiam.
"Maaf," ucap gadis itu menundukkan wajahnya sekilas.
"Tapi, dia tidak ada di sini, Pak Rino. Kalau tidak percaya, silakan saja geledah rumah ini." Kata Saras lagi, langsung dikabulkan oleh Rino yang masuk ke dalam rumah tersebut dengan sangat santai seolah rumah itu miliknya.
"Andai saja kau ataupun Jerry tidak terlibat dalam menjebak Rafka, aku pasti akan langsung percaya dengan ucapanmu, Saras. Tapi, untuk hal ini sungguh lain cerita,"
Rino mulai membuka satu per satu pintu dari tiga pintu dari rumah kecil tersebut, dan hanya mendapati sosok Jerry yang tengah tertidur lelap di salah satu kamar.
"Bagaimana bisa kau mempunyai saudara seperti ini, Saras?" decak Rino melihat wajah polos tak berdosa Jerry saat tidur.
"Lihatlah, lihatlah... bisa-bisanya dia bernapas bebas dengan dua lubang hidungnya yang besar itu setelah apa yang dia lakukan pada Rafka?" Rino menggelengkan kepalanya jijik melihat Jerry yang menggeliat dalam tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sexy Lady : Pernikahan yang tak diinginkan (Tersedia di PlayStore!)
RomantikCerita selengkapnya, bisa didapatkan di PlayStore! Awalnya, Rafka hanya ingin melepaskan suntuk dengan mendatangi sebuah klub malam dan bertemu dengan temannya. Namun, saat dia sedang bosan menunggu, seorang waiters datang menghampirinya dan memberi...