Biasanya setelah makan malam bersama Haechan akan mencuci piring dan membereskan dapur sementara Mark menuju ruang tengah untuk menonton televisi. Namun kali ini berbeda, saat Haechan sibuk mencuci perkakas yang kotor dia justru dikejutkan oleh sepasang lengan yang melingkar di pinggangnya.
"Hyung!" Haechan memekik kaget, untung saja piring dalam genggaman tangannya tidak terjatuh.
Sementara itu Mark justru terkikik di belakang Haechan. "Hari ini aku senang sekali."
"Apakah tidak bisa berceritanya setelah aku selesai beres-beres?"
Mark menggeleng di atas pundak Haechan. Kedua tangannya membelenggu tubuh kecil istrinya hingga rengekan manja keluar dari bibir berbentuk hati itu.
"Hyung~~ nanti aku tidak selesai-selesai mencucinya!"
"Baiklah, aku lepas tapi cium dulu." Dengan senyuman di wajahnya Mark menunjuk pipi kanannya. Haechan merengut namun tetap memberikan apa yang suaminya minta. Senyuman di wajah Mark makin lebar, dia beranjak pergi dan meminta Haechan untuk menyusulnya setelah menyelesaikan pekerjaan rumahnya.
Haechan menghela napas dengan lega. Setelah cucian piring kotornya habis dia beralih membersihkan wastafel, mengelap counter dapur lalu meja makan dengan lap. Butuh waktu sekitar lima belas menit dari kepergian Mark, Haechan baru menyusul sang suami ke kamar mereka setelah menyempatkan diri untuk memberi makan Choco dan mengusap kepala anjing kecil itu sebentar.
Mark yang melihat kedatangan Haechan langsung menepuk-nepuk sisi yang kosong di sebelahnya. Buku yang tadi dia baca pria itu letakan di nakas.
"Hyung terlihat bahagia sekali."
"Tentu saja!" Begitu Haechan duduk di sampingnya, Mark meraih jemari mungil sang istri ke dalam genggamannya.
"Kau ingat mimpi yang kuceritakan padamu minggu lalu?"
Dahi Haechan mengerut. Pria mungil ini kembali menggali ingatannya tentang mimpi yang Mark maksud.
"Err... mimpi tentang Choco yang main dengan anak kecil?"
Mark mengangguk, senyuman masih senantiasa menghiasi wajahnya.
"Ta--tapi hyung... kita kan selalu melakukannya dengan pengaman." Rona merah menjalar di permukaan wajah Haechan. "Aku tidak hamil, dan lagi kalaupun aku hamil harusnya akulah yang memberi tahu hyung."
"Bu-bukan itu." Wajah Mark ikut memerah, dua pria dewasa ini jadi tidak terlihat sudah merajut rumah tangga selama dua tahun. Tingkah mereka yang malu-malu membahas hal intim membuat kedua terlihat seperti remaja yang baru pubertas. "Aku dipromosikan, Chan. Mulai besok aku bukan lagi staff biasa, aku sudah diangkat jadi manager."
"Benarkah?!" Bola mata bulat istrinya berbinar. Kedua pasang telapak tangan yang jemarinya masih terjalin itu terayun seiring gerakan antusias yang lebih muda. "Selamat kalau begitu!" Ucapnya seraya menggenggam lebih erat tangan sang suami. "Seharusnya hyung mengatakan lebih awal padaku, jadi aku bisa memasak makanan special untuk makan malam kita berdua tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
「MARKCHAN」 Home Sweet Home
Fanfiction[ON HOLD] "Chan, aku pulang." "Selamat datang!" Tidak ada tempat lain yang lebih nyaman dari apartemen kecil tempatnya tinggal bersama suaminya, pria mungil yang dinikahinya dua tahun lalu.