[1]

6.6K 439 13
                                    

WARNING: ALUR MAJU MUNDUR

***

Jaemin menatap gerbang hitam yang menjulang megah menantangnya angkuh, sekali lagi dia menarik napas panjang, meyakinkan diri untuk menekan bel yang terletak di sisi kiri.

"Ayolah, Jaemin, kau pasti bisa!" ucapnya, menyugesti diri sendiri.

Dengan mata terpejam, dia menekan bel tersebut. Menunggu sedetik ... lima detik ... tidak ada respon.

Sekali lagi—katanya, menyemangati diri sendiri.

Sebuah suara dari interkom membuatnya terperanjat dan mundur beberapa langkah.

"Siapa di sana?"

Dia mendongak dan menemukan kamera cctv di sudut kiri.

"Hai paman, aku mencari pemilik rumah ini," katanya.

"Kau siapa? Teman Tuan Muda?"

Pertanyaan itu membuat keningnya mengerut, teman tuan muda katanya? Jaemin hanya mengedikkan bahu dan menjawab iya.

Pintu otomatis terbuka, membuat Jaemin berdecak kagum, matanya menatap takjub halaman luas yang dipenuhi bunga-bunga berbagai macam warna, ada air mancur mini di tengah-tengah dan juga saung yang begitu nyaman. Rindang, nyaman dan sejuk, itu yang ia rasakan.

Seorang pria dewasa bertubuh kekar menahan langkahnya, "Kau sudah membuat janji?"

"Err ... belum?"

Pria tersebut mendengkus membuat Jaemin sedikit takut, perawakannya yang sangar dengan tatapan dingin semakin menciutkan nyali pemuda tujuh belas tahun itu.

"Tunggu di sini," katanya, Jaemin hanya menurut dan melabuhkan bokongnya ke bangku beton.

Dia mendengar sayup-sayup pria tadi kembali berbicara lewat interkom, Jaemin menunggu dengan harap, tangannya bertaut erat, menyalurkan keberanian yang sangat dia perlukan saat ini.

"Tuan Muda tidak ada di rumah, kau mau menunggu atau datang lagi nanti?" tanyanya setelah beberapa saat.

Jaemin berpikir sejenak sebelum menjawab, "Kutunggu saja."

Pria penjaga itu tidak menggubris jawaban Jaemin, dia hanya mengedikkan bahu acuh lalu kembali ke dalam posnya.

Kepala Jaemin tertunduk, menekuri sepatu putih yang sudah terkena noda sana sini, matanya terasa berat, perjalanan panjang dari Daegu ke Seoul membuatnya tidak bisa beristirahat barang sebentar. Tapi, lebih dari itu, ada beban yang sangat berat menggantung di pundaknya. Sedikit banyak dia menyesal sudah meninggalkan kampung halamannya yang nyaman dan tentram hanya untuk menjumpai ketidak pastian.

Suara mesin mobil yang berasal dari gerbang membuatnya tersadar, matanya menajam melihat seorang pria yang masih terlihat tampan di usia yang mungkin sudah menginjak awal empat puluh keluar dari pintu penumpang.

Dia berdiri, menatap figur tersebut dengan hati tertusuk sembilu.

Pandangan keduanya bertemu, Jaemin menyunggingkan senyum patah.

Jadi, dia pria brengsek yang berjasa menghadirkan dirinya ke dunia ini?

Pria bejat yang tidak pernah dia lihat semenjak membuka mata.

Pria yang membuat ibunya terpaksa menanggung beban yang tidak ringan.

Jung Jaehyun.

Pengusaha ternama yang membawahi puluhan hotel di daratan Asia, fotonya banyak menghiasi sampul majalah bisnis, namanya bahkan tercatat di forbes sebagai sepuluh pengusaha terkaya se-Asia.

Sayangnya itu semua adalah anomali dari kehidupan Jaemin yang jauh dari hingar bingar dunia perkotaan.

Dia menyeringai saat Jung Jaehyun melangkah ke arahnya dengan pandangan bertanya, tubuhnya membungkuk sopan, tersenyum singkat sebelum memperkenalkan diri.

"Lee Jaemin. Putra Lee Taeyong."

Dan Jaemin bisa melihat petir imajiner menyambar tepat di atas kepala Jaehyun.

***

deriveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang