"Clara wake up!" suara nyaringnya membuatku semakin merapatkan selimut. "CLARA!!!" aku benar-benar membuka mata Yes mom! Im up! aku membuang selimut dengan asal. Sambil duduk di pinggir ranjang aku memijat kepalaku yang sedikit pusing. Ah sial! Monyet dimataku ternyata belum pergi.
Dalam keadaan setengah sadar aku beranjak menuju kamar mandi. Aku membasuh wajahku dan menatap cermin di depanku. Menyaksikan pantulan diriku yang..... astaga jelek sekali wajahku. Wajah oval, mata besar dan hidung yang kecil serta bibirku yg tebal dibagian bawahnya, dan tidak lupa terdapat kerak dipinggiran bibirku. Sisa jejak sungai amazong semalam.
"Clara...!!" teriak wanita baya dari dapur. Ibu. iyaa bu, aku baru mau mandi! aku bergegas untuk menyelesaikan rutinitas pagi ini. Aku dapat membayangkan ekspresi wajah ibu. Sekarang pasti ibu sedang mengelengkan kepala dan berkata apa dia begadang semalam? "Apa yang dia lakukan semalaman sampai telat bangun?"
Aku mematut diriku sebaik mungkin, celana joger dengan ruffled top, sneaker, bagpack hitam. Perfect. Aku menganggukan kepalaku, untuk lebih meyakinkan diriku sendiri. Aku siap untuk memulai hariku. Hariku yang baru.
Nama ku Clara Liliana, 19 tahun dan ini adalah hari petama ku masuk peguruan tinggi. Aku bukan anak yang pintar dalam hal bergaul. Masa high school ku tidak menyenangkan, aku melewatinya dengan penuh perjuangan dan air mata. Jakarta. Inilah kota dimana aku akan memulai hariku kembali. Aku beruntung mendapatkan beasiswa untuk bisa masuk perguruan tinggi ini. Universitas terbaik nomor 3 di Jakarta. Piano adalah jenis music yang kusukai, pianist favoritku adalah Franz Liszt. Pianis clasic yang terkenal di abad ke 19. Alunan music yang diciptakannya pun benar-benar menyentuh hatiku.
"Makanlah sarapanmu" ibu memberikanku sepiring nasi goreng dan mencoba untuk membuka percakapan pagi "Hari ini aku ada meeting sore mungkin..."
Selera makan ku hilang "Baiklah aku paham, aku pergi ya. Semoga harimu menyenangkan" aku memotong pembicaraannya, karna aku sudah hafal dengan segala dialog paginya. Aku mencium tangan dan pipinya kanan kiri. Kebiasaan kami ketika berpisah. Ibuku bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang media sebagai seorang assistan manager. Pekerjaannya ini sering memakan waktu kami berdua, tak jarang dia sering meniggalkanku untuk meeting di luar kota.
Kini aku berdiri di halte busway, menanti bus tujuan kampus. Halte ini cukup ramai pada jam segini. Jakarta memang dikenal sebagai kota tersibuk, seolah kota ini tak kenal kata tidur. Tapi, itulah daya tariknya, selain sebagi kota perekonomian terbesar di indonesia. Sekitar 15 menit aku menunggu busway itu datang. Tempat favoritku adalah sudut pojok belakang dan beruntungnya aku busway tujuanku ini sedang sepi. Mungkin bayak penduduknya lebih suka menggunakan kendaraan pribadi.
Bus berhenti di halte dekat kampusku, tepat di depan sana adalah gedung kuliahku, dengan cepat aku turun. Tidak sabar untuk memulai segalanya. Ternyata tak hanya aku yang mengunakan buswa ada beberapa mahasiswa yang juga bareng denganku, apa aku harus menegur mereka? aku ingin menegur mereka dan mengajak berjalan bersama. Tapi, aku tak ada keberanian itu. ah sudahlah.... aku berjalan mendahului mereka.
Sebenarnya kampus ini menyediakan asrama untuk mahasiswanya. Tapi hanya segelintir yang tinggal di asrama, sisanya datang dengan kendaraan pribadi. Yep, kampusku ini di penuhi oleh anak-anak berkantong tebal yang hanya mengandalkan uang dan kekuasaan. Aku tidak berharap akan mendapatkan bullying disini. Aku bukan clara yang dulu lagi kali ini. Aku akan melawan jika ada yang mengganguku.
Aku berhenti melangkah menatap gedung kampusku ini, aku menarik nafas dalam dan menghembuskan nafas dengan lantang. 'Welcome clara, semoga harapanmu terkabul disini." Aku bermonolog untuk menyemangati diri sendiri.
"hai! aku deany, Apa kabar?" wanita ini mengulurkan tangan tiba-tiba.
Aku menyambut tangannya "Ha hai.. aku clara dan aku baik" ucapku gugup karna terkejut. Entah dari mana asalnya wanita ini.
"Hahaha kau pasti terkejut ya, haha maaf ya. Aku tidak punya teman disini, kuliat dari sana sepertinya kau sendirian juga." Aku mengikuti arah telunjuknya. Parkiran. "ah bukan sepertinya tapi, memang kau sendirian. So, Aku dari jurusan hukum. Kamu?" lanjutnya sambil tersenyum lembut.
"Hehe yeah aku sedikit terkejut, aku juga sama denganmu."
"benarkah?! Oke mulai sekarang kau adalah temanku... dan maaf aku tidak menerima penolakan." desaknya bahkan aku belum sempat berbicara iya atau tidak. Mungkin dia terlihat sedikit aneh tapi aku suka.
ayoo Kami berjalan beriringan menuju loket untuk mengambil kartu mahasiswa, dengan dia yang mengelayuti tanganku seperti seekor kera.
Dalam orentasi ternyata aku dan deany satu kelompok. Tidak banyak yang kami lakukan hari ini. Dalam kelompok ini terdiri dari 5 orang dua orang lelaki dan yang lainnya adalah wanita termasuk aku. Kami mendapatkan sedikit tugas setelah berkeliling kampus dengan pengarahan dari senior kami, kini kami telah selesai.
Aku dan Deany memutuskan untuk makan siang di kantin "Jadi bagaimana kehidupanmu sebelum disini?" pertanyaan deany yang duduk dihadapannya. Clara hanya tersenyum manis binggung harus menjawab apa, karena apa yang telah terjadi disekolahnya dulu tidak ada yang menyenangkan selain mendapatkan penghargaan di setiap kompetisi sekolah.
"tidak ada yang special, aku bukan most wanted. Bagaimana denganmu?" clara mencoba menjawab dengan santai walaupun sebenarnya dia menyimpan sedikit emosi di dalamnya.
"aku? Hmm ketika high school aku memang sedikit popular, banyak hal yang aku alami setidaknya sebagai leluconku saja ketika nanti aku mengenang masa lalu." Deany memang memiliki wajah yag cantik, clara berfikir wajar saja jika deany menjadi popular di sekolahnya dulu.
Irinya aku....
"benarkah? Coba ceritakan Ladakh" clara tersenyum manis ketika bertanya dan menampakan wajah antusiasnya untuk mendengakan cerita deany.
Bukan hal yang sulit untuk clara memanipulasi ekspresi wajahnya dulu ia sering kali melakukan ini agar ibunya tidak merasa curiga dengannya. Bagaimana dia menutupi memar di wajahnya atau rasa sakit di kakinya saat berjalan.
"aku popular di sekolah bukan karna kecantikan atau kekuasaan orang tuaku tetapi karna kenakalanku sendiri. Aku pernah membuat teman sekelas hengkang dari sekolah, membuat guru menangis" ujar deany sambil menerka ulang kehidupannya di high school.
wajah deany yang terlihat antusias ketika menceritakan kehidupan di sekolahnya dulu seakan banyak kenangan manis membuat clara semakin merasa iri di dalam hatinya. Walaupun di depan deany clara selalu tersenyum. Hal ini semakin membuatnya merasa iri.
"haha itu terdengar menyenangkan" clara mencoba menanggapi cerita deany dengan santai.
Kami berbincang seakan tak mengenal waktu, deany dengan kelihaiannya selalu membangun suasana di antara mereka jika sudah kehabisan topik untuk di bahas. Tak terasa waktu cepat berlalu ketika mereka sedang menikmatinya.
"deany aku harus pergi, aku ada acara lain" ujar clara melirik arloji di tangan kirinya.
"benarkah?? Ah sayang sekali aku masih mau mengobrol banyak denganmu" merasa tidak rela berpisah deany menggengam tangan clara.
Sebenarnya clara merasa lucu dengan deany sifatnya ini seperti seorang anak yang akan ditinggalkan badut kesayangannya. Tapi, clara memang harus pergi karna jadwal lesnya akan di mulai satu jam lagi. Ya, Clara telah mendaftar les piano untuk mengembangkan bakatnya.
"maaf ya besok kita bisa mengobrol kembali, bye deany" clara marik tangannya dengan halus dan berjalan berbalik.
"berikan aku nomor ponselmu" Deany menyerahkan handphone. Clara mengambil ponsel itu dan menekan digit nomor ponselnya dan menyerahkan kembali ponselnya.
"sudah aku miscall. Bye clara, sampai jumpa besok" clara menoleh dan memabalas lambaian tangan deany.
Clara berjalan dengan senyum bahagia. Dia tidak menyangka hari pertamanya masuk kuliah akan mendapatkan seorang teman.
Terima kasih tuhan, ini hari keberuntunganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER
Romancemenceritakan kehidupan seorang gadis yang tidak akan pernah bisa kembali. Waktu, kepercayaan dan kenangan. Clara gadis intovert di sekolahnya. Untuk hal pelajaran clara dikenal dengan sosok yang cerdas tapi tidak untuk hal bergaul. Tidak banyak tem...