prolog

442 27 0
                                    

Seorang gadis dengan ibunya berjalan membawa 1 kantung belanjaan dari pasar.
Keduanya selalu tersenyum walau terik matahari menerpanya

Dengan ragu gadis cantik ini mulai berbicara
"Ibu apakah ayah membenci ku?"
Sang ibu menengokkan kepalanya melihat putrinya dengan mata berkaca kaca
"Tidak putriku kau harus tahu bahwa ayahmu hanya butuh waktu untuk menemui mu" ucapnya sambil mengelus pipi putrinya
"Kenapa ayah pergi? Apa ayah akan kembali nanti?" gadis itu menggenggam tangan ibunya yang terbebas dari kantung belanjaannya
"Pasti ayahmu akan menemui" sembari memaksakan senyum ia terus meyakinkan putri tersayang nya
"Apa kita akan bahagia setelah berkumpul? Aku takut membenci ayah" gadis itu menangis terisak, sang ibu merengkuhnya menyalurkan rasa sayangnya
"Kita akan bahagia, ingat kata kata ibu"
Dengan melepaskan pelukannya kemudian ia memegang lembut pipi putrinya sambil tersenyum
"Apa ibu pernah mengajarkan untuk membenci seseorang?"
Gadis itu menggeleng
"Apa kau membenci ayahmu?"
Gadis itu menggeleng lagi
"Ingat, setiap manusia pasti pernah berbuat salah ibupun pernah. Jadi kita harus saling memaafkan"
Gadis itu tersenyum lalu memeluk ibunya
"Ibu ayo berjanji jika nanti kita akan bertemu ayah" dengan senyuman cantiknya ia mengangkat jari kelingkingnya
"Ibu janji"
Kemudian keduanya melanjutkan berjalan menuju rumahnya
.
.
.
Gadis cantik itu dengan semangat mengaduk adonan roti untuk dijual di toko ibunya besok
"Nak istirahatlah ini sudah pukul 11 malam" ujar ibunya sambil mengelap keringat putri cantiknya
"Sebentar lagi bu, 2 adonan lagi" keras kepala memang putrinya ini keras kepala mirip dengan ayahnya
Samar samar wanita paruh baya ini tersenyum melihat betapa baik hati anaknya
"Nahhh selesai ayo bu"gadis itu beranjak menarik ibunya pergi ke kamar satu satunya didalam rumah kontrak ini.
"Aku mandi dulu yah bu, ibu tidur duluan saja"
Berjalan keluar melewati pintu, sedetik kemudian ia kembali memasukan kepalanya membuat ibunya heran
'Cup' ibunya tersenyum mengingat bahwa setiap hari putrinya akan memberikan kecupan di pipi sebelum tidur
"Selamat malam bu"
.
.
.
Pukul 6 pagi gadis itu segera bangun dari tidurnya bersiap untuk sekolah, menengokan kepalanya memperhatikan wajah ibu tersayangnya selama ini orang satu satunya yang membesarkannya menjadi sosok ibu sekaligus ayah.
Kerja sebagai penjuak roti di kios yang mereka kontrak sedari kecil

.
.
Wanita paruh baya itu terbangun pukul 7 kurang tetapi tidak menemukan putrinya didalam rumah
Saat ia pergi ke arah dapur matanya tak sengaja menemukan sepiring nasi dan sebuah surat yang ditulis putrinya

'Ibu'

Ibu rumah sudah aku bersihkan, dan juga adonan kue sudah kubawa ke toko.

Ohh iya aku lupaa aku sudah membutkan ibu sarapan jangan lupa untuk memakannya yah bu.

Setelah aku pulang sekolah nanti aku akan langsung ke toko untuk membantu ibu

Aku sayang ibuuuu

'Putrimuu yang cantikk'

Wanita paruh baya itu tersenyum melihat bentuk perhatian putrinya.
Kemudian pergi mandi sebelum sarapan

.
.

"Hai jisoo" sapa gadis bergigi kelinci ke sahabatnya yang baru saja mendudukan dirinya di sebelah bangkunya
"Hai nay kok tumben datang pagi?" tanya jisoo sambil membuka buku pelajaran jam ini
"Hmm kau mau megajarkanku kan?" dengan wajah dibuat menyedihkan
Jisoo tersenyum sambil mencubit pipi sahabat di pinggirnya
"Pr matematika kemarin?" gadis kelinci itu mengangguk sambil membuka buku pr nya
"Nomor berapa?"
"Nomor 5 nomor 3 nomor 1 nomor 4 dan nomor 2 hehehe" jisoo tersenyum melihat keanehan sahabatnya
Dengan senyuman jisoo mengambil pulpen
"Ayo aku ajarkan"
Gadis kelinci itu merapatkan tubuhnya dan mulai belajar
.
.
'Tringgg tringgg'

Siswa siswa busan senior high school berhambur keluar kelas segera menuju kantin
Berbeda dengan gadis cantik yang masih saja belajar walau tanda bel istirahat sudah berbunyi
"Jis ayok ke kantin"
Jisoo merapikan bukunya kemudian menunjukan bekalnya
Roti buatan ibunya dan air putih, nayeon tersenyum memang sudah kebiasaan bagi jisoo membawa bekal dan kadang ia juga diberi
"Kau bawa berapa?"
"Tiga" ucapnya
"Untukku?"
"Ini dua untukmu dan satu untukku" gadis bergigi kelinci itu tersenyum sambil mengambil 2 roti yang diberikan sahabatnya
"Sekarang biar aku teraktir kau, ayok beli milk shake" nayeon tau jisoo selalu menyimpan uang jajannya walau tidak banyak. Sahabatnya ini sejak sekolah dasar selalu menabung berbeda dengannya
"Emmm tak usah akukan bawa minum, ini" sambil mengangkat botol minum kuningnya
Nayeon yang mulai gemas menarik lembut tangan jisoo, saat jisoo ingin bersuara
"Diam, atau aku teriaki si boby" ancam nayeon membuat jisoo pasrah ditarik menuju kantin.
Saat dikantin jisoo langsung murung melihat bobby sudah berdiri bersender ke tembok sambil senyum jahil ke arahnya

"Hai jis, kelinci amazon" sapanya
Naeyon mendengus kesal dipanggil kelinci jelek
"Heh kau tuh kelinci jelek!"
Jisoo tersenyum ke boby dan langsung menarik naeyon menjauh
"Pokoknya dia ngeselin, jis tunggu disini biar aku yang pesan"
Jisoo mengangguk melihat sekelilinnya asik bercengkrama bersama teman temannya, bermain ponsel, mereka semua orang yang memiliki banyak uang.
Ia masih bersyukur dapat sekolah di sini karna beasiswa dan juga ia masih bersyukur mendapatkan teman tulus seperti naeyon dan boby? Mungkin.
.
.
'Tringg tringg'
Bunyi bel pulang pukul setengah tiga sore
Jisoo segera merapihkan bukunya dan merapikan sedikit rambutnya
"Ayok jisoo"
Mereka berdua berjalan bergandengan tangan menuju parkiran sekolah
"Kau bawa sepeda?" tanya naeyon
Jisoo mengangguk
"Aku pamit dulu dahh nay"
Kemudian ia mengayunkan kakinya menggoes sepeda lamanya

.
.

Di perjalan menuju tokonya sambil menggoes sepedanya ia bernyanyi
Saat hendak berbelok ke kanan tak sengaja ia melihat sebuah cincin di tengah jalan raya
Dengan ragu ia turun dari sepeda dan mengambil cincin itu
'Aku harus mencari pemiliknya' pikir jisoo sambil menggoes sepedanya melanjutkan perjalanan

"Mah kamu ingat ingat dulu terakhir liat pada saat dimana?" tidak jauh dari jisoo terlihat sepasang suami istri tengah berdebat
"Mamah gak tau pah, mamah baru sadar hilang tadi" jelas wanita itu
Jisoo berniat membantu kemudian bertanya
"Maaf paman bibi ada yang saya bisa bantu?"
Sepasang suami istri itu menengokan kepala melihat gadis bersepeda dengan seragam sekolahnya
"Ah nak, ini aku tak sengaja kehilangan cincin pernikahanku"
Jisoo teringat cincin dijalan tadi langsung mengeluarkan cincin yang dibalut tisunya dan bertanya
"Bagaimana ciri ciri cincinnya bi?"
Gadis ini tidak mau salah memberikan cincin ke orang yang bukan pemiliknya
"Cincin emas ditengah cincin terdapat sebuah berlian berbentuk huruf T, apa kau melihatnya" bukan istrinya yang menjawab melainkan suaminya. Jisoo tersenyum lalu memberikan ke wanita didepannya
"Apakah itu bi?"
Wanita itu membukanya dengan tatapan berbinar saat barang yang sempat hilang sekarang ada di depan matanya
"Ah terimakasih nak"
Kemudian ia memeluk jisoo, lalu melepaskan pelukannya
"Nah nak ini untukmu" pria itu mengeluarkan beberapa won yang jumlahnya sangat besar.
Jisoo menggeleng sebagai penolakannya
"Maaf paman bibi, tapi aku hanya tidak sengaja menemukannya dijalan tadi jadi tak perlu diberi imbalan, aku hanya membantu sesama manusia, aku permisi dulu paman bibi, senang bertemu kalian" jisoo hendak berbalik
"Nak! siapa namamu?"
Jisoo berbalik menghadap ke mereka kembali
"Im Jisoo imnida" sambil tersenyum, senyum adalah hal yang menjadi ciri khas bagi dirinya dan sang ibu.
"Aku Taeyeon dan ini Taeyang suamiku, terimakasih jisoo"
"Sama sama bi, aku permisi"

Jisoo beranjak pergi menuju toko kuenya
Tak sabar ingin mencium pipi ibunya yang sangat cantik sore ini.

.
.
.
.
.
.
.

Haii guys ini ff ku yang ke tiga, menurutku ini paling beda dari yang lain karena dari segi bahasa aku pake bahasa yang sedikit sopan, baku.

.
Sambil nunggu part 2 dari ff sebelumnya, baca yang ini dulu yapps

Mianhe .. Please [O.S.H×K.J.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang