Namsan Tower

18 3 0
                                    

Perjalanan tak terasa sudah 2 jam dan mereka sudah sampai di depan bangunan apartment milik Dong Sil, mobil itu tetap melaju menuju ke basement tempat biasa Dong Sil memarkirkan mobilnya. Dan Mey juga sudah terjaga sekitar 20 menit yang lalu karena dibangunkan oleh sang sahabat. Setelah rapi memarkirkan mobil, Dong Sil melepas sabuk pengaman

" cha, kita sudah sampai. ayo kita turun" ajaknya sambil tersenyum dan melihatku.

kujawab dengan anggukan dan senyum sembari melepas sabuk pengaman juga. kami berdua turun dari mobil, Dong Sil langsung berlari kecil ke belakang untuk membuka bagasi dan mengeluarkan koperku yang lumayan besar itu dan menyeretnya sambil menggandeng tanganku.

deg deg deg.  oh astaga kenapa jantungku berdetak dengan sangat cepat.

aku termangu sekaligus kaget, memang bukan yang pertama tetapi tetap saja rasanya beda. tapi kakiku malah menurut dan mengekori Dong Sil menuju lift. setelah menunggu sebentar akhirnya lift terbuka dan kami berdua masuk dengan masih bergandengan tangan.

"ekhemmm...."

"oh... astaga maaf.. hehehe"

"gwenchana"

tangan yang tadinya digenggam Dong Sil sekarang kubawa kedepan dada diriki guna menstabilkan degub jantung yang bermarathon. sadar Mey, Dongie itu sahabatmu.

Tiingg

pintu lift terbuka yang berarti kami sudah sampai di lantai tujuan, suasana agak sepi karena memang ini sudah lumayan larut malam. kami terus berjalan hingga tiba di depan pintuberwarna hitam dengan garis silver di pinggiran serta handle pintu yang juga berwarna silver.Dong Sil merogoh kantong celananya, sepertinya sedang mencari kunci. ya dan benar saja, dia memegang kunci dan segera membuka pintu.

"hhhhh rasanya tidak sabar mau tidur"

teriakku sambil menerobos masuk mendahului Dong Sil

"kau ini, dasar tukang tidur" sambil menggelengkan kepala dan beralih menyimpan kunci itu di gantungan khusus di atas tempat penyimpanan sepatu dekat pintu. kamarmu di sebelah kiri Mey, yg kanan itu punyaku. Kamar mandinya ada di sebelah dapur di belakang sana.

"okay boss, ohya sini koperku. aku mau langsung  beresin biar besok bisa langsung jalan-jalan" kataku yang langsung merebut koperku dari tangan Dong Sil.

"umm..sebenarnya apakah benar tidak apa-apa aku gabisa menemanimu berjalan-jalan di seoul mey ?"

"ck.. arrasseo gwenchana Dongie, asal ada googleMaps dan uang pasti aku bisa jalan-jalan sendiri ko, hehe"

"baiklah, oh ya setelah ini kau langsung istirahat saja, sepertinya aku akan menginap di kantor. ada kerjaan yang tak bisa kutingalkan" sambil berlalu menuju kamarnya sebentar dan tak lama membawa tas jinjing yang biasa dibawa para karyawan gitu.

"eoh, benarkah?" tanyaku sedikit lesu

"mianhae, kalau kau lapas di kulkas penuh dengan bahan makanan, masak apapun yang kamu mau, aku pergi dulu" tersenyum padaku dan berlalu menuju pintu.


****


"hhhh akhirnya selesai juga, ah aku lapar sekali makan apa ya?" monolog ku sambil membuka pintu kamar dan berlalu menuju dapur dan mebuka kulkas

"wah banyak sekali, hmm pa ya yang kira-kira enak? japcae ? eh ada kimchi!" seruku kegirangan melihat toples kecil sejenis tupperware yang berisi kimchi. aku suka sekali sayur, terutama sayur tumis tapi semenjak Dong Sil mengenalkanku dengan kimchi , sayur tumir tergeser menjadi makanan favoritku ke no2. aku mengambil kimchi itu dan meletakkannya di tangan kiriku, dan berlanjut me-scan isi kulkas lagi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 17, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PhotographeWhere stories live. Discover now