"Mom! Jangan bercanda!"
Alice berteriak kaget di depan ibu nya. Bagaimana tidak, ia baru pulang sekolah dan tiba-tiba saja ibu nya mengatakan diri nya adalah seorang Putri dari kerajaan Inggris sambil menunjukkan kertas lengkap dengan stempel kerajaan.
Kakak nya, Locko pun sama terkejut nya. Namun seperti nya dia merasa senang bahwa dia seorang pangeran. Alice mendengus kasar, ia mencampakkan kertas itu secara asal dan berniat berlari namun terhenti karena tiba-tiba saja seseorang mengetuk pintu nya.
"Hormat kami pada keluargga kerajaan, Raja Key sudah menunggu anda datang, Yang mulia."
Mereka berteriak dari luar karena pintu nya tidak di buka. Alice menganga sebentar sebelum mendekat ke arah ibu nya kemudian meremas pelan bahu nya.
"Apa yang Mom lakukan? Usir orang aneh itu!"
"Alice.." Lirih Amber, ibu Alice.
"Sudah lah, terima kenyataan ini, Alice. Menjadi anggota kerajaan tidak buruk juga." Locko yang sejak tadi duduk kini bangkit dan menatap adik nya.
Alice mendecih, "Tidak buruk kata mu?" Alice tersenyum miring, "kita di tuntut menjadi sempurna! Mengikuti peraturan! Di suruh ini dan itu! Mereka memaksa kita menjadi orang lain, Kakak! Bahkan aku tidak yakin ada lapangan basket di istana."
Locko dan Amber terdiam. Yang di katakan Alice ada benar nya, tapi mau bagaimana lagi? Kisah cinta ibu nya dan sang raja membawa mereka pada hari ini.
"Alice, mau tidak mau. Kau adalah seorang putri dan Locko adalah seorang pangeran. Walau zaman sudah modern, tapi pengaruh kerajaan masih sangat besar di Inggris."
Amber memberi penjelasan pada gadis nya berharap Alice akan mengerti. Beruntung Locko mau mengerti walau dia masih tidak paham bagaimana bisa dia menjadi pangeran.
"I'm American!" Kesal Alice.
"Alice, saat ibu mengandungmu. Kami pindah dari London ke New York. Jadi berhenti lah menolak semua ini dan segera berkemas."
Locko berjalan menaiki tangga dan menuju kamar nya. Amber berjalan menuju pintu dan membuka kan nya. Terlihat beberapa pria dengan Jas hitam mewah khas Kerajaan Inggris.
"Yang Mulia Ratu." Mereka membungkuk hormat, lalu berdiri dan kini mata mereka beralih pada Alice. Mereka kembali membungkuk.
"Yang mulia Putri. Raja sangat merindukan anda."
Alice menggeleng pelan lalu berlari ke arah tangga dan masuk ke dalam kamar dengan sedikit membanting pintu nya.
Amber menghela nafas, "Dia perlu waktu untuk menerima ini."
Pengawal itu tersenyum, "Kami akan membantu nya, Yang mulia. Kami mohon, segera lah bersiap-siap."
Amber tersenyum tipis lalu berjalan masuk ke dalam rumah yang ia tinggali lima belas tahun lama nya. Kisah di balik ini, harus dia ceritakan pada anak-anak nya. Termasuk, Alice.
Alice menghela nafas, mata biru nya menerawang jauh ke bawah sana. Diri nya sedang duduk diam di dalam pesawat pribadi milik kerajaan. Diri nya masih tidak terima dengan semua ini. Bagaimana bisa dia seorang gadis bebas tiba-tiba saja jadi putri yang akan terikat dengan peraturan? Bagaimana jika dia tidak bisa bermain basket lagi? Dan yang paling buruk, tidak bisa menonton film bersama teman-teman.
"Alice.."
Gadis itu menoleh ke samping dan menemukan atensi ibu nya. Alice tersenyum kecil.
"Bagaimana ini bisa terjadi, mom? Apa hubungan mu dengan Raja?"