chapter one

148 7 4
                                    

Chapter 1

Daun-daun berwarna kemerahan terlihat mendominasi sebagian besar pepohonan di kota Tokyo. Begitu indah apalagi dengan terlepasnya daun-daun itu dari rantingnya dan hembusan angin menerbangkannya begitu mudah. Bercampur dengan udara dingin yang menusuk menembus tulang. Membuat orang-orang yang baru saja selesai bekerja atau bersekolah, rasanya ingin segera sampai di rumah. Menyalakan penghangat ruangan dan beristirahat bersama keluarga atau setidaknya mereka bisa berendam dengan air hangat untuk melepas penat.

Hal-hal kecil seperti itu terkadang dapat membuat kita merasa lebih bersemangat. Namun hal-hal kecil juga dapat membuat perasaan maupun pikiran kita semakin kacau. Seperti yang dialami oleh seorang gadis cantik berambut merah muda panjang yang saat ini sedang duduk di salah satu kursi di dalam sebuah restoran mewah yang hangat—bertolak belakang dengan udara di luar.

Gadis cantik tersebut tampak sibuk dengan androidnya tanpa mempedulikan seorang pemuda berambut pirang berantakan yang duduk di sebrang mejanya.

"Ehem!" pemuda berkulit tan itu mencoba menarik perhatian gadis pemilik kulit seputih salju yang mungkin akan turun beberapa hari lagi.

Gadis bernama Haruno Sakura itu pun menghentikan aktivitasnya dan menatap Sang Pemuda sejenak. "Ada apa? Aku sedang membahas tugas dengan teman. Jika tidak penting, jangan ganggu aku" sederet kata-kata ia ucapkan dengan nada ketus sebelum ia kembali disibukkan oleh android nya.

Sebuah perempatanpun muncul di dahi Sang Pemuda. Andai saja ini bukanlah permintaan dari orang tua tercintanya, ia tidak akan mau duduk dan makan di sini bersama dengan gadis menyebalkan yang bahkan tak mempedulikannya sejak tadi. Pemuda yang memiliki tiga garis tipis di setiap pipinya itu pun mengaduk-aduk makanannya—bosan. Padahal makanan di depannya ini cukup lezat.

Mendengar suara berisik dari teman makannya tersebut membuat Sakura mau tak mau kembali mengalihkan pandangannya ke arah pemuda di depannya. Ia tatap malas pemuda berambut pirang yang sampai saat ini masih mengaduk-aduk makanannya yang tinggal sedikit itu. Ia pun menghela nafas sebentar sebelum membuka mulutnya. "Tidak baik memainkan makananmu, Naruto" nasihatnya pada pemuda bernama Naruto itu. Atau lebih lengkapnya Namikaze Naruto.

"Cih! Apa baru sekarang kau memperhatikanku? Sejak tadi kau kemana Nona Haruno Yang Sangat Sibuk?" sindir Naruto tanpa melepaskan pandangannya dari makanan tak berdosa yang telah tak berbentuk karena dijadikan pelampiasan kebosanannya.

"Itu bukan salahku. Saat ini aku memang sedang sibuk dengan tugasku. Jika bukan karena orang tuaku yang memintanya, aku tidak akan datang kemari dan bertemu denganmu" ujar Sakura tak mau kalah.

Naruto pun mulai menatap manik emerald Sakura yang sialnya harus ia akui sangat indah itu. "Memangnya aku tidak terpaksa datang kemari? Sekarang ini seharusnya aku pergi bermain bersama teman-temanku"

Sakura memutar bola matanya bosan."Lalu kenapa harus kau setujui perjodohan itu?"

Perjodohan? Ya, perjodohan. Di zaman modern ini entah kenapa ke dua orang tuanya menjodohkannya dengan anak sahabat mereka. Mungkin karena melihat ia yang tak pernah dekat dengan laki-laki sehingga ke dua orang tuanya itu merasa khawatir terhadap masa depannya. Namun jika dipikirkan, sebenarnya masa depannya akan lebih mengkhawatirkan apabila ia benar-benar akan menikah dengan pemuda di depannya yang pada kenyataannya adalah seorang berandalan, tukang berkelahi, pembuat onar, playboy, dan gelar keburukan lainnya. Bagaimana ia bisa tahu? Jawabannya mudah. Mereka satu sekolahan


Warning! Absurd story, Story from me, Typo, Gaje, Mainstrem, etc

NO BASH!

NO SILENT READERS!

REVIEW PLEASE (^v^)

#

Oporation weddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang