akan ku bunuh kau !

161 3 0
                                    

Namaku Ken Tampan Wicaksana, umurku baru saja memasuki 15 tahun. Aku tumbuh menjadi laki-laki berperawakan tinggi besar dan sedikit kurus, aku anak tunggal. Aku menjadi salah satu korban dalam kehidupanku. 

Kehidupanku sangat berantakan sejak orang tuaku bertengkar dihadapanku dan mereka saling menodongkan pisau. Kini kuhanya bisa melihat mereka dari cendela kamar, mereka sering begitu bahkan itu sudah terjadwal dan bunyi vase bunga yang selalu pecah, itu sudah biasa saat pagi datang itu tugasku menata ulang. Aku tak pernah tau apa yang terjadi, tapi saat malam datang aku hanya bisa menutup telinga agar suara meraka tak kudengar lagi. 

"dasar wanita tak tau diri, hanya bisa meminta dan meminta, kamu pikir saya kartu kredit. Bisa-bisa saya gila , kamu tau" kata seorang laki-laki dan disusul suara tangisan seorang wanita, yang tak kudengar dengan jelas suara siapa itu. Aku berada disudut kamar, bantal yang kini kurangkul tanpa ikhlas ku melepasnya. Kini kumengalami ketakukan yang yang sangat dahsyat, hingga tak bisa kutahan. 

Waktu terus melaju pada relnya, kini semakin membuatku, merasa tertekan olehnya. " ah, kini aku tak bisa mengendalikan emosi pada diriku, semua barang yang ada didepanku telah hancur, dan bahkan tak tau kemana pergi setiap potongan yang pecah" kini kumelihat mereka hamper saling membunuh.  

"berhenti..." teriakku. 

"apa kamu hanya anak kecil yang hanya bisa menghabiskan uangku" bentak ayahku padaku 

"sudah jangan bawa dia dalam masalah kita" sahut ibuku yang tak henti menangis. 

"kalian hanya sampah, yang hanya bisa menghabiskan setiap keringatku" suara ayahku kini sangat jelas dan sangat -sangat tidak bisa diterima. 

"Apa Ayah Bilang, aku sampah, lalu apa ayah?, yang hanya bisa marah, dan tak pernah memberi setetes kasih sayangnya untuk kami, lalu apa gunanya aku memiliki ayah seperti anda." Aku tak tau bagaimana rangkaian kata itu bisa keluar dari mulutku. 

Plak.. " pandai sekali kamu bicara, kamu tau siapa yang sedang bicara?. Dasar anak tak tau diri" pukulan ayahku tepat terkena dipipi, dan yang kini kurasakan ada tetesan darah yang mengalir. 

"bukan aku yang tak tau diri tapi kalian, yang tak pernah tau bagaimana perasaanku. Aku malu, jika melihat teman-teman yang setiap sore pergi bersama keluarganya sedangkan aku tidak, pernah gak ayah dan ibu pikir hal sekecil itu. Aku yakin kalian gak akan pernah terpikir. " kini tetesan bening telah keluar dari rumahnya. 

Kini ibuku memelukku dan "maaf nak ibu belum bisa memberi itu "  

Ayahku hanya terdiam dan pergi keluar rumah, aku tak peduli dengannya. 

Kini waktu bergulir begitu cepat, aku tak peduli ku lari menaiki tangga dan ku hentakkan pintu kamarku. Kini emosiku sudah tak dapat kutahan, kukeluar kamar dan mencari ayahku dengan tangan yang mengepal. Aku tak peduli dia telah membuatku hancur, sudah habis kesabaranku. 

Tapi ibuku menahan tuguhku dan aku tak mungkin tega membuatnya terjatuh setelah lelaki itu, "kemana perginya ayah?" tanyaku, "sudahlah nak tak usah kau pedulikan ayahmu" wajah ibu ku yang membuat aku tak mamapu berkutik lagi. 

Waktu terus bergulir, dan mulai lebih cepat dari biasanya. Tempat yang selalu kucari setelah kejadian semalam, adalah sekolah. itu adalah rumah keduaku. Tempatku bersantai dari semua polusi keluargaku, tapi kini ku terdiam. Saat ku dengar ada beberapa anak yang berkata 

"eh tadi aku diajak papa dan mamaku ke mall, aku dibelikan macem-macem" kata anak itu 

Bukan barangnya yang aku impikan tapi saat dia bisa pergi bersama-sama. Ah aku tak tau kenapa aku sensitive soal itu. Aku lari kedalam kelas dan aku bertiak dan menangis dipojokan kelas, dan mereka hanya tertawa mengataiku Gila. "aku tidak gila. " teriakku. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

akan ku bunuh kau !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang