1. Perkenalan

34 4 0
                                    

Gadis mungil itu menggelinding menyusuri tanah. Ditinggalkannya kursi roda sendirian. Tatapan iba bercampur heran sama sekali tak dipedulikannya. Tubuhnya terus saja berguling tanpa rasa malu.

"Hei! Kamu!" Seorang bocah mengacungkan telunjuknya ke arah si gadis. Keheranan tercetak jelas di wajah polosnya.

"Aku?"

"Iya. Memang siapa lagi?" Tangan mungil bocah laki-laki itu menarik anak sepantarannya. Meskipun begitu, gadis ber-name tag Qiani sama sekali tak peduli. Dibiarkannya tubuhnya diseret-seret serampangan. "Kamu ngapain nggerayap-rayap gitu? Nanti seragamnya kotor tahu."

Cengiran lebar tersungging di bibir mungil Qiani. Ditatapnya bocah di depannya lekat-lekat. Menelisik ujung kuku sampai ujung rambut.

"Oren mau gak jadi kaki Qia?"

Anak laki-laki bernama Lioren itu mengernyitkan dahinya heran. Ekspresi polos terpasang di wajah tampannya. "Kaki?"

"Iya, jadi kaki. Mau nggak?" Sambil masih berbaring gadis dengan manik coklat itu menatap penuh harap. Jurus puppy eyes dilancarkannya. "Nanti Qia jajanin, deh."

"Emang kaki kamu kenapa? Sehat gitu, kok."

"Cacat doang, sih." Manik hitam Lioren membelalak tak percaya. Mengapa Qiani bisa sangat santai?

Batuk-batuk kecil lolos dari bibir mungil bocah berusia 5 tahun itu. Dinetralkannya suaranya sebiasa mungkin. "Kalau jajan doang, mah, aku juga ada. Gak ada yang lebih keren apa?"

Gadis dengan seragam putih hijau itu menempelkan telunjuk di pelipis. Dahinya mengerut, seakan sedang berpikir keras. "Apa, ya?"

"Lama, ih. Aku mau, kok, jadi kakimu." Terlalu lama. Lioren langsung menggendong tubuh mungil gadis di depannya. Tenaganya luar biasa besar untuk ukuran anak TK. "Main, yuk."

Semburat kemerahan timbul di pipi chubby si bocah perempuan. Sesuatu serasa menggelitiki dadanya. Begitu panas. Ada apa ini?

Milky LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang