Tidak ada yang lebih menyenangkan dari melihat sunset di temani dengan seorang terkasih.
Mungkin jika dulu, aku memang lebih sering menyaksikan panorama indah terbenamnya sang raja siang di ufuk barat seorang diri. Namun, sekarang diriku tidak lagi sendiri, karena kini aku telah dianugerahi seorang gadis manis yang akan selalu menemani hari-hariku. Gadis yang selama ini selalu mendukung dan mencintaiku dalam diamnya. Gadis yang selama ini tidak pernah kuhiraukan keberadaannya.
Sudut bibirku terangkat, membentuk sebuah lengkungan lebar. Netraku terpaku indah pada ciptaan kami sama yang berada di hadapanku. "Arigatou, Hinata chan ...." Tanganku terjulur, menangkap wajah yang kini sudah semerah persik.
"Na ... naruto kun~" ia memanggil lembut, suaranya bagaikan alunan syahdu yang membuatku sejenak terlena hingga tanpa sadar aku menarik wajahnya untuk lebih mendekat padaku.
Jarak antara wajahnya hanya tinggal sejengkal, ketika suara gonggongan anjing tertangkap indra pendengaran dan lantas membuyarkan suasana romantis yang tercipta.
Tidak lama sesosok lelaki dengan seekor anjing muncul dari balik pepohonan. "Ehm ... dunia hanya serasa milik berdua," Kiba berseru lantang dengan wajah masam.
"Ck, dasar pengganggu," Aku berdecak lantas memutar kedua bola mata malas, sementara Hinata mulai menutupi wajahnya karena telah kepergok dengan rekan satu timnya.
Aku mulai bangkit dari posisi dudukku dan menepuk pundak Hinata yang masih menyembunyikan wajahnya, malu. "Ayo Hime sama," ajak ku lembut seraya membantunya bangun dari posisinya. Sementara Kiba sendiri mulai membereskan bekas piknik kami yang masih berserakan.
"Huh, lihatlah. Aku seperti babu kalian," ucap Kiba bersungut-sungut setelah berhasil membereskan semuanya.
Aku tersenyum miring, "siapa suruh datang dan mengganggu?" Balasku sarkas sambil cemberut dan mulai melingkarkan tangan pada tubuh mungil kekasihku, Hyuuga Hinata.
"Ayolah kawan," Kiba mengerang, lalu mulai memisahkan diriku dan Hinata. "Kalian ini benar-benar deh, ini sudah sore dan kalian mau sampai kapan bermesraan seperti itu?"
"Terserah kami lah,"
"Ayo kita pulang," Kiba menarik Hinata untuk berjalan menuju desa.
"Kita?" Tidak terima dengan perlakuan Kiba aku pun mulai merebut Hinata dari genggamannya. "Hinata ini kekasihku, dia milikku!" ucapku menekankan.
Hinata dengan halus ia mulai melepaskan genggaman tanganku dan tersenyum lembut. "Kiba ada apa? Kenapa buru-buru sekali?" tanyanya pada Kiba yang kini menatap marah padaku, peduli setan.
"Hei, kalian harus cepat-cepat kembali. Hiashi sama akan ngamuk kalau tau kau tidak mau lepas dengan putrinya seperti permen karet," jelas kiba.
"Tapi, aku sudah minta izin."
"Maka dari itu, ini sudah mulai malam dan kalau kau tidak memulangkan Hinata segera maka Hiashi san tidak akan pernah memberikan izin lagi."
"Tap---"
"Baiklah," sela Hinata dengan cepat, "aku akan segera pulang."
"Tapi, Hime~" Aku menatap Hinata memelas namun, Hinata hanya memberikan seulas senyum lembut. "Haih, wakkata." ucapku pasrah sambil melambaikan tangan pada Hinata yang mulai berbalik memunggungiku untuk segera pulanh bersama Kiba.
Namun, entah kenapa melihat Hinata yang berjalan berduaan dengan Kiba membuat ada suatu perasaan tidak nyaman yang membuatku gelisah.
Aku harap ini bukanlah suatu pertanda apapun, batinku harap-harap cemas
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Sunrise
FanfictionDisc© Masashi Kishimoto Rating: T Naruto U x Hinata H Kelompok 6: @mataharibunga @badangolgi @Thya_Drigin #NHTD10_2019 #CanonSeries Penculikan Hanabi adalah peristiwa yang memukul telak kesadaan Naruto. Naruto menyadari perasaannya terhadap Hinata d...