Aku punya rekomendasi lagu yang pas untuk part ini dan cocok untuk kalian yang lagi falling for someone.
🎵
Broods - Four Walls
Crush - Lay Your Head on Me
Ben Platt - Grow As We Go
Blake McGrath - Let You Love MeOh, ya mulai part ini NO trigger warnings. No mature warnings. No warning to call readers karena aku tahu beberapa pembaca underage akan tetap baca, and I'll say sorry I just want to make sure this scene marketed appropriately for adult readers. But if you are reading and it has something uncomfortable in it, you can skip over the scene. Okay?
Alright. Enjoy 🤟🏻
— — —
Untuk waktu yang cukup lama setelah menghabiskan air mata, keluhan luka, dan mengeringkan gelegak emosi, aku melihat senyumnya lagi. Senyum Jeon yang sama seperti hari-hari biasanya. Berbagai macam emosi memadati sanubariku saat melihat Jeon tersenyum lebih nyaman.
Oh, Ya Tuhan. Percayalah betapa gilanya aku dengan senyum dan bentuk mata Jeon yang menyerupai bulan sabit. Bagai bulan kelabu yang tenggelam dalam riak awan malam.
Aku membingkai kedua sisi rahangnya. Menatapnya yang lebih tinggi dariku kemudian setengah berbisik, "Aku bisa menunggu kalau kau masih butuh waktu."
Semua tak butuh waktu lama bagi Jeon menggeleng. "Aku ingin sekarang."
"Kau yakin?"
"Aku ingin bercinta dengan Shin Runa sekarang."
Aku tersenyum lega mendengar penuturannya. "Kau boleh." Aku tersenyum. Bukan karena dorongan karnal atau libidinal* semata. Bukan juga hawa nafsu sesaat. Tetapi aku sadar seberapa inginnya aku membantu Jeon keluar dari lubang gelapnya, pasti akan muncul keinginan agar kami membangun hubungan yang lebih intim dari sebelumnya.
Bukankah itu yang mereka sebut pernikahan?
(*karnal: hasrat tubuh bersifat material seperti lawan jenis atau harta benda.) (libidinal: hasrat imaterial seperti harga diri atau kekaguman)
Saat ini dia masih memegang pinggulku dengan cara yang sangat berhati-hati. Penuh pertimbangan namun aku merasa kasih sayang terbias dari ujung jemarinya. Kemudian wajahnya mendekat dan menempelkan pucuk hidung kami.
Tatapannya jatuh di atas pupil mataku. Memandangi bola mataku satu persatu dan aku tahu seberapa jelas tendensi bahwa dia menghargaiku. Pandangannya menegaskan seolah aku adalah wanita paling cantik. Bahwa aku adalah wanita yang lebih dari aforisme sempurna terlepas dari apa yang tidak kumiliki.
Dia tersenyum di atasku. "Istriku cantik sekali."
Aku membalas tatapannya malu-malu dan saat itu juga Jeon mengecup bibirku, naik ke sudut mata kananku, ciuman sempat menggelitik buku mataku, kemudian turun menuju hidung dan kembali mengecap basah bibir kami.
Aku tidak sanggup menjelaskan kenapa suhunya meningkat ribuan kali ketika bibirnya kembali menjamah bibirku. Sensasi ini penuh kenikmatan layaknya morfin.
Selagi bibir manis Jeon bekerja, aku bertindak lebih jauh. Jemariku berlari menuju bagian bawah baju rajut birunya. Kuberikan beberapa kali usapan di sekitar tulang panggulnya. Setelah merasa cukup kuangkat ujung kain itu meninggalkan tubuhnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Océanor ✓
FanfictionBagaimana jika kau menikah dengan pria yang sulit disentuh meski dia adalah milikmu? • Aku mengalaminya. Aku sedang menjalaninya. Aku menikahi pria yang tidak tersentuh. Sering sekali aku bertanya, mengapa kami tidak bisa melakukan kontak fisik sepe...