Butiran hujan menutupi jendela kaca. Udara dingin menusuk hingga ke seluruh tubuh. seorang gadis meringkuk menahan tangis. Aliran darah dipergelangan tangan kanannya kian deras. Dalam hati dia berteriak, memaki, menyesali semua yang telah terjadi setahun yang lalu. Lain kata, Ia hancur....
🌊🌊🌊
Solo, 3 Oktober 2017
Bising kota terdengar jelas malam itu. Suara klakson motor, gemercik hujan bahkan teriakan orang membuat suasana bertambah kacau.
Seorang gadis berkerudung merah menghela nafas panjang. Menunggu ternyata sangat membosankan. Duduk sendirian di emperan rumah orang. Hanya beralaskan sendal jepit usangnya."Mila, Maafin aku yaa"
Terdengar suara memohon dari arah samping. Seseorang yang sudah setengah jam ditunggu akhirnya datang juga. Cukup lama memang, Kesal.
"Ck, tau gini aku nggak nunggu disini." Decakku kesal
"Iya-iya maaf yaa. Aku tadi ketiduran soalnya. Hehe.." Sasya tertawa canggung.
"Udahlah cepetan" Kataku sambil cemberut marah.
"Iya yuk, nanti aku traktir es pisang ijo plus seblak deh. Esnya dua. Gimana?" Rayunya
"Gk usah ditawarin harusnya kamu yang tau diri" Gadis itu berkata sambil berlalu.
Sasya geleng-geleng kepala, tertawa kecil. Kampret, emang..
🍂🍂🍂
Toko buku memang menjadi tempat favorit kami sejak SMP. Suasana yang sunyi, tenang, dan yang pasti tak terlalu banyak orang yang berkunjung. Introvet, menurut dunia psikologi.
Inilah dunia kami, menghabiskan waktu senggang untuk membaca buku. Hingga pernah sewaktu SMP kami dijuluki "Ratu Perpustakaan"
"Mil, novelnya bagus. Kamu mau baca?"
"Engga, aku gk tertarik"
"Ck, apaan sih kamu. Ini bukan novel cinta-cintaan. Ini sejarah mil"
"Sejarah cinta maksud kamu" aku terkekeh geli.
"Apaan sih kamu, dengerin ya. Setiap orang pasti pernah ngerasain cinta Dan kenangan sendiri-sendiri. Ya emang itu udah wajar. Kamu aja yang norak" ucap Sasya kesal.
"Iya iya, tapi sorry ya bukannya apa-apa cinta itu buat aku cuma sekedar bumbu kehidupan bukan hal penting buat aku" kataku sambil tersenyum.
Bukan apa-apa hanya saja cinta hanyalah sebuah kebohongan yang mampu menyakiti seseorang secara tersirat. Perasaan itu tidak seharusnya tumbuh terlalu besar dan memenuhi seluruh hati, bahkan pikiran. Sangat tidak wajar. Aku teringat beberapa tahun yang lalu. Tahun yang mengajarkan aku tentang perihnya kisah cinta, sakitnya harapan tanpa penghalang. Sejujurnya, aku berusaha sekuat tenaga menghapus segala kenangan pahit hari itu. Tapi sayangnya semua itu butuh proses.
Sasya mencebik kesal. Pergi mencari bacaan lain. Aku menggelengkan kepala, lucu pikirku
Aku berjalan ditengah lorong perpustakaan. Meraba permukaan samping buku-buku. Aku ingat saat pertama kali mengenal sosoknya. Buku adalah hal yang tak pernah lepas darinya. Kemanapun dia buku adalah teman setia. Aku tersenyum miris. Sudah beberapa tahun sejak aku merasakan kenangan itu. Masih saja membekas tak ingin pergi.
Tanganku berhenti pada salah satu buku. Buku berjudul "Love Can Hurt" . Cukup menarik, dengan sampul klasik dan warna yang unik. Aku berjalan menuju meja baca. Kubuka selembar demi selembar. Hingga aku larut didalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbit
Romance"Saya tidak pernah mengatakan cinta, jika kamu bertanya mengapa saya bersikap baik. Maka jelas kamu telah mengetahui jawabannya dari awal." "Jangan pernah menyalahkan seseorang tentang apa yang kamu rasakan. Tapi coba renungkan, pantaskah kamu mera...