01. Him

24 5 0
                                        

Cliff Darnay —pria berjas hitam itu— tampak resah menanti kedatangan dokter Xaviere. Hampir 62 menit berlalu dan selama itu pula dia menunggu sang dokter keluar dari ruangan kedap suara tembus pandang yang tak seberapa besar di hadapannya. Sepatu pantofel hitam mengkilat miliknya, beberapa kali mengetuk di atas lantai. Raut wajahnya terlihat gelisah dengan jemari-jemarinya yang sedari tadi tak berhenti saling meremas.

Mengapa mereka lama sekali?

Apa yang mereka bicarakan?

Dua kalimat pertanyaan itu kira-kira telah melintas di pikirannya sejak 62 menit yang lalu —Sejak di mana dia melihat dengan mata kepalanya— sahabatnya, dokter Xaviere, membawa pemuda itu keluar dari ruang tahanan dan menginterogasi pemuda itu sesuai permintaannya.

Cliff Darnay di liputi perasaan yang campur aduk —kesal, marah, bosan sedih, dan penasaran— Berapa lama lagi dia harus menunggu? Kepalanya serasa akan pecah karena menanti —terlalu lama akan kedatangan dokter Xaviere dengan segala hasil interogasi perempuan itu.

"Apa aku boleh masuk?" Dia bertanya pada salah satu pria berseragam yang bertugas menjaga keamanan di sana. "Mereka teralu lama. Aku harus cepat memastikan apakah bedebah itu yang membunuh ayah ku atau bukan."

Sersan Thompson —salah satu tentara yang berjaga di sana— menyahut. "Jaga  perkataan mu, tuan. Bedebah yang kau maksud adalah komandan kami yang sangat kami hormati. Kami bisa saja mencincang lidah mu saat ini juga kalau kau masih berkeras memanggil komandan kami bedebah."

Cliff Darnay terdiam seribu bahasa. Tatapan kedelapan tentara itu seakan mampu mengulitinya hidup-hidup. Dia tersadar, tempat ini bukanlah kekuasaannya dan dia merasa di rendahkan —harga dirinya di injak-injak oleh sekumpulan tentara itu. Dalam hati dia bersumpah, akan mendapatkan kebenaran dan segera mengeksekusi komandan serta para tentara yang tadi berani melawannya.

~00~

Delapan puluh tiga menit berlalu, ruangan kedap suara itu terbuka, menampilkan dokter Xaviere bersama sang pemuda.

Kedelapan tentara di sana segera mengangkat tangan mereka, memberi hormat kepada komandan mereka, Kolonel Frand August —yang bahkan tidak tahu menahu, mengapa para tentara memberi hormat padanya.

"Bagaimana?" Cliff Darnay yang tak sabaran, segera mendekati dokter Xaviere, rahang pria berusia 30 tahun itu mengetat, buku-buku jarinya memucat menahan amarah begitu melihat wajah datar kolonel August —tenang seperti orang yang tak memiliki salah.

"Kita bicarakan di ruangan ku." Balas dokter Xaviere bijak. Wanita itu tak ingin membuat kondisi mental pasiennya terguncang akibat ketidak sabaran sahabat di hadapannya itu. Lalu, suaranya melembut dan beralih menatap sang pasien. "Tuan August, maaf aku tidak bisa mengantar mu ke ruangan mu, bisakah kau pergi kesana bersama para tentara ini?"

"Ya." Kolonel August menjawab singkat perkataan dokter Xaviere. Pemuda itu segera memberikan tangannya ke arah salah satu tentara di sana —membuat semua orang di sana mengernyit heran.

Sadar akan apa yang tengah di pikirkan semua orang, pemuda itu berkata dengan suara tenang. "Bukankah aku seorang tahanan? Kalian perlu memborgol tangan ku." —Walau sang pemuda tak mengingat apapun yang terjadi, pemuda itu masih mampu bersikap kooperatif.

Hal itu membuat dokter Xaviere semakin yakin, pemuda itu telah di jebak oleh oknum tertentu dan kejinya, mereka membuat mental pasiennya terganggu. Dokter Xaviere diam-diam telah bertekad akan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk membantu sang pasien agar segera mengingat semua kejadian yang menimpanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HIDDEN SECRETS [RRYRA] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang