Love Sick 2

747 71 18
                                    


Dulu kau bilang akan menikahiku. Mengucapkan janji di hadapan Tuhan dan disaksikan oleh dua keluarga kita. Bahkan kau menjanjikanku pesta pernikahan yang begitu megah untukku.

Namun ... apa aku masih punya hak untuk menuntut janjimu di saat hatimu sudah tak lagi untukku?

***

Suara dering ponsel terdengar lantang di kamar milik Jaemin. Tertera nama 'My Jeno' pada layar milik pemuda Na itu, menandakan sang kekasih mengiriminya pesan. Namun si empunya masih tak menyadari.

Jaemin sibuk meringkuk di sudut kamar sembari memeluk bingkai fotonya bersama Jeno. Semua rasa sakit terus berlomba datang padanya, seakan tak mengizinkannya mencecap kebahagiaan. Kamar bernuansa biru laut itu bagai tempat yang baru terserang badai. Banyak baju berhamburan di lantai, begitupun dengan puluhan pil berwarna putih.

Dua minggu sudah ia hidup bersama dengan luka akibat pengkhianatan yang dilakukan Jeno dan Renjun. Sikapnya selama ini memang sedikit berubah pada mereka. Namun setiap kali Jeno ataupun Renjun bertanya padanya, pemuda itu hanya akan menjawab bahwa dirinya hanya sedang memikirkan kuliahnya.

'Kak Jaehyun, ini aku Lee Jeno datang meminta izin padamu untuk menjaga adik kesayanganmu.'

Masih membekas dalam ingatannya, Jeno datang bersamanya menemui Na Jaehyun di sebuah krematorium. Di depan gucci berisi abu milik sang kakak, Jeno meminta izin untuk menjaga dirinya. Seminggu setelah keduanya resmi menjadi sepasang kekasih, Jeno mengajaknya pulang ke Korea.

"Apa kau lupa janjimu pada Kak Jaehyun, Jen?"

Saat itu Jaemin seolah menjadi manusia paling berbahagia di dunia. Jeno bahkan menemui kedua orang tuanya, memberanikan diri untuk meminta restu. Jaemin ingin mengulang semua kenangan indah itu. Namun kini janji itu seolah hanya sebuah omong kosong.

'Sayang ... aku janji, setelah kita lulus kuliah, aku akan melamarmu, dan kita bisa menikah.'

Jaemin mengusap pelan sebuah cincin yang melingkar indah di jari manisnya. Satu tahun yang lalu, Jeno kembali membuatnya seakan terbang.

'Selama kita belum menikah. Aku ingin kita memakai cincin couple ini, Sayang. Sekarang pakaikan ini di jariku, dan aku akan memakaikan cincin yang satunya di jarimu.'

Jaemin bangkit. Ia meraih ponsel yang sejak tadi ia abaikan. Dahinya berkerut saat melihat sebuah pesan yang tertera pada layar.

My Jeno: Nana, aku tak bisa pulang malam ini. Aku menginap di rumah Kak Johnny.

Senyum miris terlukis di bibirnya saat ia tahu Jeno-nya lagi-lagi ketahuan berbohong. Dadanya terasa sesak, seolah ada yang menekannya begitu kuat. Pemuda itu meluruhkan tubuhnya di lantai, tak peduli pekatnya udara malam memeluk tubuhnya. Toh, hatinya sudah semakin membeku.

"Bukankah Kak Johnny sedang liburan ke Swiss, Lee Jeno? Dan...," pemuda itu menarik napas berat, "Renjun pun sejak tadi siang tak ada di sini."

***

Aku memutuskan untuk berhenti, Jen. Rasa sakit yang kau berikan terasa semakin menyiksaku. Puncak dari segala luka yang menetap di hatiku. Aku lelah. Aku lelah mengemis cinta padamu. Dan aku lelah berpura-pura bodoh di depanmu, dan juga dia.

***

Jaemin menyandarkan kepalanya di dada bidang kekasihnya. Dihirupnya aroma maskulin yang selalu mampu menenangkan pikirannya. Namun kini, aroma itu berbalik menghancurkan seluruh pertahanan Jaemin. Dada bidang ini bukan hanya miliknya, atau bahkan kini bukan miliknya lagi.

No Title (Oneshoot Nomin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang