Gak pernah kepikiran buat ikut project ini, cuma tiba-tiba dapat ide jahil dari lagu Psycho. Pengen nistain heesae wkwk, karena rulesnya gak boleh sad end.
Tapi ternyata niat jahat aku gak berjalan mulus, karena dapat ide dari lagu Psycho, ekspektasi aku bakal nulis sambil dengerin lagu itu. Dan... ternyata aku tiba-tiba banyak acara dimana ada live campursari+dangdut. Sialnya aku pelupa, aku ga bawa earphone meski dah disiapin. Yaudah lah ya.. tapi feelnya jadi berantakan huhuhu... Udah ah curhatnya..
⚫
⚫
⚫
PSYCHO
⚫
⚫
⚫Seorang pria paruh baya bertubuh tambun dalam kondisi setengah mabuk menyeret anak gadisnya menunju rumahnya. "Appa, lepaskan!" gadis itu meronta berusaha lepas dari cekalan si ayah tiri. Terbayang sudah, ia pasti akan segera disiksa oleh ayah tirinya itu.
"Ini gadis yang aku janjikan padamu, Tuan!" Kim Joonghwan mendorong tubuh ringkih putri tirinya hinga jatuh terjerembab tepat di kaki Baekhyun. Byun Baekhyun, lelaki itu membuat Kim Joonghwan mempertaruhkan anak tirinya di tempat perjudian murahan dekat pasar. Baekhyun tersenyum miring, menyerahkan beberapa ribu won pada Kim Joonghwan. "Kau, belilah soju!" Ucapnya dengan nada mengusir. Tak sopan memang, tapi apa gunanya bersikap sopan pada tua bangka tak tahu diri sepertinya?
Tentu saja hal itu disambut senyum sumringah oleh Joonghwan, selain penjudi ia juga seorang pecandu alkohol kelas berat. Pria tua itu segera saja meninggalkan anak tirinya bersama Baekhyun sembari bersiul riang.
"Bangun!" Baekhyun memerintahkan gadis itu untuk bangkit tanpa harus repot menyeretnya. "Kau Park Hee Sae, bukan?"
Hee Sae mengangguk takut, gadis itu tak berani menatap wajah Baekhyun yang terlihat bengis walau sebenarnya ia memiliki garis wajah yang imut. Diam-diam, Hee Sae melirik Baekhyun yang tengah menelisik area dalam rumahnya. "Di mana kamarmu?" Hee Sae diam, bukannya enggan menjawab pertanyaan Baekhyun, tapi untuk apa pria ini bertanya letak kamarnya?
"Kau tunjukkan kamarmu, atau aku yang menyeretmu?" Baekhyun menatap tajam Hee Sae. Membuat gadis itu semakin bergetar ketakutan. "Cepatlah, sebelum aku bersikap kasar padamu, nona Park!"
Hee Sae melangkah pelan menuju kamar miliknya diikuti oleh Baekhyun, dengan takut-takut ia membuka pintunya. "Cepatlah!" Baekhyun membentak Hee Sae yang menurutnya terlalu lamban itu.
Baekhyun mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan kamar yang tak lebih besar dari kandang anjingnya itu. Ia meraih sebuah koper yang tersimpan disisi lemari dan memberikannya dengan kasar pada Hee Sae. "Kemasi barangmu! Cepat!"
Hee Sae diam mematung, gadis Park itu masih mencerna kalimat yang Baekhyun ucapkan. Hingga suara Baekhyun menginterupsinya. "Kenapa kau diam, hm?" Baekhyun menyeringai dan mendekati gadis itu. Ia mendekatkan wajahnya ke telinga Hee Sae, "kau pilih, ikut aku atau dijual ayahmu di rumah bordil dekat pasar, hm?"
Hee Sae mengangguk patuh, ia segera mengemas barang-barangnya yang tak banyak itu. Sedangkan Baekhyun sibuk memilah dokumen milik Hee Sae dan memasukkannya ke sebuah ransel buluk yang ia yakini milik Hee Sae.
Hee Sae hanya bisa duduk diam dalam mobil. Tatapan tajam Baekhyun membuatnya pasrah dibawa lelaki Byun itu entah kemana. Yang Hee Sae tahu ia akan bebas dari ayah tirinya yang kejam itu, tapi Hee Sae tidak tahu apakah ia benar-benar bebas atau justru akan berakhir di tempat yang lebih mengerikan.
Berita yang akhir-akhir ini ramai semakin membuat otaknya berpikiran buruk. Bagaimana jika Baekhyun menjualnya di kelab elit? "Turun!" perintah Baekhyun, namun sepertinya Hee Sae masih larut dalam lamunannya. "PARK HEE SAE!" Baekhyun meninggikan vocalnya karena gadis Park itu mengabaikannya. Hee Sae gelagapan mendengar namanya disebut dengan sangat keras tepat disebelah telinganya.