Raindrops

898 24 8
                                    

"Halo.."

"Ya.. silahkan berbicara"

"Aku.. Aku berharap hari ini hujan tidak turun"

"Ya?"

"Jangan khwatir.. Oppa! Aku telah menggantungnya di dekat jendela. Agar rintikan hujan tidak menyentuhmu hari ini"

"Ya?"

****

Musim panas telah dimulai. Setiap orang sibuk berputar untuk mempersiapkan liburan panjang. Terlalu banyak tempat di Seoul untuk menghabiskan waktu kosong yang dimiliki. Mereka sibuk terhadap diri mereka sendiri.

Jung Yong Hwa menghela napas panjang, menengadahkan indra pengelihatannya ke luar jendela ke arah langit. Ia menyelami awan awan putih yang berlalu, runtunan memoar timbul dan bergerak lalu menghilang dari jamahannya bersama kumpulan awan putih.

Tidak, ia tidak mengingatnya.

Perempuan itu juga sudah mati, mati ketika ia memilih untuk melupakannya.

Seharusnya ia terhapus dari seluruh memori hidupnya, atau seharusnya memori miliknya tidak merekam alur cerita bersama perempuan itu sedikit pun.

Jung Yonghwa, laki laki dengan kepribadian baik dan berstuktur wajah tampan dengan titik mol pada sebelah mata kirinya adalah seorang penyiar radio handal, programnya 'The Answer' selalu mendapat rating tinggi. Program yang mencoba memberi ruang kecil bagi para pendengarnya untuk mengungkapkan sesuatu yang sulit dikatakan, atau sekedar mengirim pesan singkat yang berisikan keluhan hidup. Yonghwa selalu berusaha ikut memberi solusi terbaik untuk setiap masalah kehidupan yang dialami pendengarnya. Tapi ia tidak cukup handal untuk memberi solusi terbaiknya untuk masalah kehidupan sendiri.

"Aku.. Aku berharap hari ini hujan tidak turun" Pernyataan dari penelepon yang ke 5 pagi tadi sekarang sedang memantul-mantul nyaring dalam telinganya.

Penelepon ke 5, seorang perempuan yang setiap hari selalu menyampaikan satu hal yang sama.

"Jangan khawatir.. Oppa! Aku telah menggantungnya. Agar rintikan hujan tidak menyentuhmu hari ini" Perkataan itu dilanjutkan kembali oleh ingatannya. Entah untuk siapa harapan yang diucapkan perempuan penelepon 5 itu, tapi Yonghwa selalu merasa bahwa penelepon ke 5 memberi harapan itu untuknya. Untuknya yang selalu terkena demam, walaupun terbasahi sedikit air hujan. Atau untuknya karena seseorang dulu selalu memberi harapan yang sama untuk dirinya.

Perempuan itu yang selalu menjanjikan padanya bahwa hujan tidak akan turun, bahwa dia tidak mengizinkan hujan turun. Perempuan yang telah mengangkat rasa cinta Yonghwa untuk menari-nari di atas langit. Perempuan yang juga telah mendorong rasa cinta Yonghwa untuk hancur berkeping keping ke dalam samudra.

Semuanya terasa jelas dan dalam.

Keluar dari ingatan-ingatannya. Berhenti menyelami awan awan putih, Yonghwa menunduk sesaat, mengalihkan perhatian ke arah perhitungan waktu yang melingkar pada tangan kirinya, memastikan banyaknya menit yang ia habiskan duduk di cafe ini untuk menunggu seseorang yang telah membuat janji dengannya siang ini. Jarum pendek mengarah ke angka dua, dan jarum panjang menunjuk angka dua belas.

'Tepat jam 2!' Teguhnya.

Beberapa kali Yonghwa mengaduk santai dengan satu tangannya Kopi Americano yang ia pesan tanpa sentuhan gula sama sekali.

Rasa jenuh mulai menyerang, ia tidak bisa menunggu orang itu lebih lama lagi atau ia sedang mencari alasan untuk berpura pura jenuh hanya karena tidak ingin bertemu dengannya.

Sekali lagi ia meneguk kopi pada genggamannya, matanya mengedarkan perhatian ke seluruh bagian kafe ini, mencari sesosok yangㅡtidak terlalu ia tunggu. Yonghwa mengeluarkan boneka kecil seukuran jempol dari saku celana jeans miliknya, dengan kepala dan badan yang dibungkus kain putih dan tali merah muda yang mengikat di lehernya. Ya.. Teru-Teru Bozu yang selalu ia bawa sejak tujuh tahun  lalu. Ia menatap dalam dan lama benda kecil itu, sampai manik matanya menangkap wujud yang menjadi alasan mengapa ia berada di sini, orang itu melambaikan sebelah tangannya pada Yonghwa dari pintu masuk. Segera Yonghwa menarik boneka kecil itu dan menyimpannya ke tempat semula.

LOVE IS...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang