Hujan deras dan petir menggelegar. Jam sudah menunjukkan pukul 23.15. Rosa belum juga pulang. Nomornya tidak aktif. Tiara cemas bukan main. Adik bungsunya, Jingga, sudah terlelap sejak tadi. Ibu dan ayahnya masih di luar kota, menghadiri pernikahan teman dekat orang tuanya.
Jam setengah dua belas, terdengar bunyi gerbang dibuka. Tiara langsung berdiri menuju pintu, membuka kunci dan membuka pintu masuk rumah. Dia cemas, bercampur marah. Beberapa minggu ini Rosa suka pulang telat. Membantah setiap kali ditegur ayah dan ibu. Tiara juga kesal sekali padanya.
Dari depan pintu, Tiara melihat Rosa berjalan di bawah hujan, basah kuyup. Tangannya memeluk badan. Tas nya disampirkan menghadap ke depan. Rambutnya menempel ke kepala. Berantakan.
Tiara kaget. Meskipun keluarganya tidak bisa dibilang sangat agamis, mereka mendapat ilmu agama yang cukup baik dari kedua orang tuanya sehingga mereka sudah memakai kerudung sejak kecil. Setidaknya sejak remaja. Rosa tanpa terkecuali.
Mutiara ingin berteriak, bertanya apa yang terjadi, tapi urung melihat keadaan Rosa. Segera diambilnya payung di samping rak sepatu, segera dihampirinya Rosa. Semakin dekat, dia baru sadar. Rosa sesenggukan. Menangis, dan bertambah deras dan menggigil badannya. Tiara kaget. Segera dirangkulnya Rosa dan digiring menuju ke dalam rumah.
Tiara segera mengambil handuk di lemari. Mengeringkan rambut Rosa dan menyuruhnya untuk segera mandi dan ganti baju. Tapi Rosa bergeming. Tak beranjak dari depan pintu. Tiara bingung dengan responnya.
"Ros, cepat mandi dan ganti baju. Nanti kamu bisa sakit kalau tidak segera ganti baju."katanya
Rosa tetap diam dan malah semakin deras air matanya. Tiara bingung. Dia mulai curiga.
"Ada apa Ros? Kenapa kamu ini?" Katanya sambil berdiri menghadap Rosa dan memegang pundaknya.
Rosa masih diam dan menangis.
"Ayo Ros bilang. Kamu tau kan kakak sayang kamu?"Tiara meyakinkan Rosa.Tangisan Rosa tambah deras. Tiba2 tubuhnya terjatuh ke lantai. Tangannya memeluk lutut Tiara.
"Maafkan Rosa kak... Maafkan Rosa" katanya di sela-sela tangis
Perasaan Tiara menjadi tidak enak. Dia ikut duduk di lantai bersama Rosa, sambil memeluknya. "Bilang sama kakak kamu kenapa. Kamu tau kakak sayang kamu. Akan selalu sayang kamu"
Tangan Rosa semakin erat memeluk Tiara. Lirih dia menjawab di sela-sela tangis .
"Maafkan Rosa kak... Maafkan Rosa. Kakak benar. Adri cuma suka Rosa cantik. Adri suka tubuh Rosa. Maafkan Rosa kak ... Maafkan Rosa. Rosa udah gak perawan lagi."
Bagai diterpa topan, dipukul-pukul dengan palu, pikiran Tiara menjadi kosong. Ia kaget. Kaget sampai tak bisa berkata apa-apa.
"Astaghfirullah hal adzim. Innalillahiwainnailaihi rajiun." Air mata menetes dari mata Tiara. Syok, kaget, sedih.
"Istighfar Ros. Ayo istighfar. Mohon ampun pada Allah" ucap Tiara tegas.
Rosa masih sesenggukan. Terbata-bata mengucap istighfar sambil menangis. Sambil berkali-kali minta maaf pada Tiara .
"Sekarang kamu mandi, ganti baju. Besok kita bicarakan. Kamu tau kan...."Tiara memberi jeda. Isakan mengancam keluar dari bibirnya" .... tau kan.... Kalau kakak sayang kamu..." Tiara mencoba tegar.
Rosa mengangguk. Pelukannya bertambah erat. Tiara menariknya bangun menuju kamar mandi.
"Berhenti menangis sekarang. Berhenti. Segera selesaikan mandimu. Jangan lama-lama Ros. Kamu perlu istirahat" Tiara mengingatkan Rosa sebelum menutup pintu kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mutiara
RomanceTiara, anak pertama dari tiga bersaudara, mendapati Rosa, adiknya, suatu hari pulang dalam keadaan menangis. Tiara jatuh bangun menjaga adik-adiknya dari segala keburukan