Masih Sama

4.4K 608 66
                                    

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Aku tidak membutuhkan matahari untuk menerangi hidupku. Aku tidak butuh apapun.
Kecuali satu.
Dirimu.
Aku membutuhkanmu, Park Jiyeon.
Sebab, dirimu seorang mewakili segalanya yang aku butuhkan.”

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━























Rona kemerahan tercetak dengan jelas di kedua belah pipi porselen Jiyeon. Definisi seseorang yang tengah dilanda bahagia. Guratan senyum malu-malu tercipta di bibirnya. Refleks kemudian hidungnya membaui aroma post-it tersebut.

Iya. Masih sama.

Masih sama dengan kemarin.

Floral.

Tidak lain lagi bahwa pengirimnya adalah orang yang sama dengan post-it kemarin. Namun, kali ini post-it itu tergeletak apik di laci meja tempat Jiyeon duduk.

Dengan hati yang berbunga-bunga Jiyeon menyimpan kertas kecil tersebut ke dalam saku blazer-nya. Lekas mendudukkan diri di kursi sebelum terkejut dengan presensi tak asing di sampingnya yang tengah memejamkan mata.

"Eum, Jungkook?"

Tak ada jawaban. Hingga detik kemudian Jiyeon sadar manakala irisnya menangkap earphone yang tersumpal di sepasang telinga Jungkook. Dahinya di tepuk pelan untuk merutuki kebodohan.

"Jungkook?"

Kali ini Jiyeon memanggil dengan tepukan pelan di lengan lelaki itu. Sontak tatapan kelabu tersebut merupakan pemandangan pertama yang menyambut penglihatan Jiyeon.

Sebelah earphone yang bertengger di lepas. "Apa?"

Bibir Jiyeon bergerak skeptis untuk mengeluarkan untaian kalimat. Suara berat Jungkook membuat tingkat kepercayaan dirinya terkikis perlahan. Karena—hei, Jungkook itu terkenal sebagai pemuda dingin dengan tatapan tajam di sepasang maniknya. Pendiam.

Tsundere. Definisi yang tepat untuk menggambarkan siapa itu Jeon Jung Kook.

"Kau melihat orang lain di sekitar sini?"

Kening pemuda itu berkerut sedikit. "Maksudmu?"

"Ah, maaf." Jiyeon mengulum bibir, mencoba menghilangkan rasa gugup yang menyapa tanpa sebab. "Ma-maksudku,—ya, kau datang lebih awal pagi ini sebelum aku. Apakah ada orang lain di sini sebelumnya yang datang?"

"Tidak," jawabnya kemudian sambil melepaskan sebelah earphone yang lainnya. Jungkook lekas menambahkan, "Tidak ada. Aku tidak melihat siapapun yang datang setelahku,—eum, maaf, kecuali dirimu tentunya."

Jiyeon mengerjap-ngerjap. Mengalihkan titik fokusnya segera ke depan. "B-begitu, ya." Sejenak menjeda membuat gestur berpikir sembari menerawang. "Berarti dia datang sebelum Jungkook," monolognya kemudian.

"Kau bicara apa?"

Refleks Jiyeon tersadar dari pikirannya. Tersenyum kikuk sambil mengusap kepala belakang.

"A-ah, bukan apa-apa. Aku hanya mendapatkan post-it dalam laci mejaku. Kupikir orang yang memberikannya datang sebelum kau sampai ke sekolah," jelas Jiyeon sambil menunjukkan kertas kecil berwarna tersebut.

Jungkook menatap intens post-it tersebut dalam diam. Sebelum mengangkat bahu acuh. Kembali memasang earphone miliknya.

"Maaf, aku tidak melihat siapa yang meletakkan post-it itu ke dalam laci meja mu."[]

POST-IT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang