Pintu elvetor terbuka bersamaan dengan bunyi denting khasnya. Sheryl melangkah dengan gugup diikuti Charlie memasuki sebuah ruangan kedap suara berwarna krem. Mereka hanya melewatinya sebagai lorong menuju sebuah ruangan berpintu kaca.
Charlie mengarahkan remote control yang sedari tadi digenggamnya ke arah pintu kaca tersebut. Pintu kaca transparan itu bergeser membuka perlahan.
Mata Charlie membelalak melihat sosok yang mirip dengan dua orang anak manusia sedang terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang yang terletak bersisian. Charlie menaksir, dari fisiknya anak laki-laki dan perempuan itu berusia sekitar enam tahun.
Charlie mendekat dan mengamati wajah anak laki-laki yang sedang tertidur. Anak laki-laki itu berambut kecoklatan dan berkulit terang. Beberapa selang tertempel pada kulit di bagian perutnya. Selang-selang itu terhubung pada sebuah layar monitor kecil yang berada di sebelah tempat tidurnya. sebuah infus terpasang di salah satu lengannya.
"Jadi dia adalah Clone SW-727?" Gumam Charlie pelan.
Di belakang Charlie, Sheryl mengangguk canggung. "Professor Frederick membius mereka sebelum kami berangkat makan siang tadi. Ia ingin memeriksa keseluruhan organ vital Shawn dan Alice untuk memastikan tidak ada cacat bawaan."
Pandangan mata Charlie beralih ke arah anak perempuan yang berbaring di tempat tidur disebelahnya. Anak perempuan berambut pirang itu juga diperlakukan sama dengan SW-727. Pada salah satu pergelangan tangan anak perempuan itu, Charlie melihat sebuah gelang perak dengan ukiran AL-727.
"Kalian menamai kloning ini seperti manusia?" Tanyanya dengan menyungging senyum meremehkan.
Sheryl mengangguk ragu di belakang Charlie. Namun, Charlie sama sekali tidak melihat ke arahnya. Pria itu sibuk mengamati kloning yang dihasilkan Frederick. Iris mata cokelatnya menyiratkan sebersit kekaguman. Meskipun ia tak mau mengakuinya. Frederick, yang ia anggap payah itu ternyata telah berhasil menciptakan Dolly versi manusia.
"Sheryl, pastikan kau mengamankan semua berkas mengenai para Clone ini!" Titah Charlie pada Sheryl. "Frederick tidak boleh membawa apapun saat keluar dari Lab."
Sheryl mengangguk lagi. Gugup. Ia bergegas pergi meninggalkan pria itu menuju ruang kerja Professor Frederick. Sementara ekor mata Charlie memastikan kepergian Sheryl.
Setelah ia tinggal seorang diri di ruangan itu, Charlie merogoh sesuatu dari kantongnya. Ia mengeluarkan sebuah suntikan kosong. Kemudian, ia berjalan perlahan mendekati ranjang anak laki-laki yang berkode SW-727 itu. Tangannya meraih pergelangan tangan Shawn dan hendak menusukkan jarum suntik yang telah disiapkannya. Namun tiba-tiba, anak laki-laki itu terbangun dan membuka mata.
Iris mata cokelatnya beradu dengan iris mata Charlie. Charlie terkejut dan segera menyembunyikan jarum suntik itu ke dalam kantong jasnya.
"Halo, Shawn!" sapa Charlie dengan seringai lebar.
"Siapa Anda?" Tanya bocah laki-laki itu dengan wajah datar. Ia mengamati Charlie dari atas ke bawah, penuh selidik.
"Perkenalkan, namaku Charlie. Aku kira kau akan tertidur lebih lama," ucap Charlie hati-hati. Ia mengamati ekspresi Shawn yang sama sekali tak terlihat takut dengan kehadiran orang asing. Baginya, ia tak terlihat seperti anak kecil berusia enam tahun pada umumnya.
Anak laki-laki itu lekat menatap Charlie, "Apa anda teman Professor Frederick?"
"Tentu saja," sahut Charlie antusias. Ia mendudukkan bokongnya di tepi ranjang Shawn. "Aku rekan kerja Professor Frederick. Bagaimana harimu? Apakah kau merasa bosan menghabiskan waktu setiap hari di ruangan sempit ini?"
Shawn mengendikkan bahu, "kami tidak pernah merasa bosan. Professor Frederick dan Professor Sheryl selalu mengajari kami hal baru setiap harinya. Tapi, aku selalu berpikir berada di luar sana pasti lebih menyenangkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Clone [ON HOLD]
Science FictionMengisahkan tentang seorang clone (SW-727) a.k.a Shawn yang merupakan proyek terbaru Clone Master Corps. Ia ditugaskan menggantikan sosok seorang jurnalis Amerika yang sempat dinyatakan hilang di Timur Tengah bernama Eugene Haysworth. Berperan sebag...